Home / Pernikahan / Istri Bayangan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Istri Bayangan: Chapter 31 - Chapter 40

141 Chapters

Pindah Terapi

Part 31"Jangan suka berfikir yang nggak-nggak, Dek," Pinta Yogi. "Entah lah, Mas, mau gimana lagi? Sikap dan tingkah lakumu itu selalu membuatku curiga," Jawab Silvi.. Nada bicaranya kesal, matanya sedikit melotot. "Kamu tuh ya, di bilangin selalu... aja ada jawabnya." Timpal Yogi. Silvi merasa Yogi telah kembali pada wujud asalnya, selalu ketus kalau bicara dengan Silvi, tidak ingin kalah dalam berbicara. Namun kali ini Silvi tidak tinggal diam dia sudah memiliki keberanian untuk menjaga dirinya sendiri. Sesampainya di rumah Viyo dirawat secara intensif oleh ibunya sendiri, seminggu lamanya Silvi tidak masuk karena merawat putra semata wayangnya itu. ***Silvi menatap foto besar di dinding kamarnya, ya, foto pernikahannya dengan Yogi memang menjadi salah satu bukti bahwa pernah dicintai.Dia menatap wajah suaminya yang masih segar saat itu, seorang pemuda tampan yang masih cukup mudah. "Ah, betapa indahnya pertemuan pertama kita
Read more

Penyakit Aneh

Part 32Hari ini Silvi terpaksa harus berpuasa menahan hasrat biologisnya, meski fia seorang wanita, Silvi juga seorang manusia biasa yang ingin kebutuhan biologisnya terpenuhi. "Buat apa aku punya suami kalau dia tidak pernah menyentuhku? Jangan-jangan aku ini tidak dianggap sebagai istri," Terka Silvi. "Oh, ya Rabb, Sampai kapan aku harus begini?" Keluh Silvi. Saat itu adalah dua hari menjelang Idul Adha, Silvi berpuasa sunnah di bulan Dzulhijjah. Selain itu Silvi pun berharap dengan puasanya itu dia dapat menahan hasratnya kepada suaminya. "Hmmm, sangat ironi sekali seorang wanita yang bersuami harus berpuasa demi menahan hasratnya?" Bisik Silvi tersenyum sinis. Fajar menjelang, Silvi sudah selesai santap sahur untuk melaksanakan pyasa tanggal 9 Dzulhijjah, saat dia menengadahkan kedua tangannya usai melaksanakan salat subuh, Silvi berdo'a. "Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku kebenaran meskipun itu pahit, aku ikhlas menerimanya, jika aku h
Read more

Jangan Bilang-bilang

Part 33Jangan Bilang-bilangPOV Yogi"Yog, aku tadi ketemu sama istri kamu di rumah sakit," Ucap Firman saat kami bertemu di lapangan. "Ngapain Silvi ke rumah sakit?" Tanyaku heran. "Entahlah, Tadi aku ketemu di depan ruangan dr.Suhaila sepertinya Silvi mau menemui dr.Mahesa yang ruangannya bersampingan dengan dr.Suhailah." Jawab Firman. "Terus, dia nanya kamu nggak?" Tanyaku penasaran. "Boro-boro, mukanya asem banget, jangankan nanya, senyum aja kagak." Jawab Firman. "Sorry ya, istriku kayaknya masih nyimpen dendam sama kamu," Jawabku. "Terlalu cinta itu namanya," Goda Firman. "Ya elah, mulai deh ah, kerja! Kerja!" Ajakku yang memang hari itu ada kunjungan klien di jam kerja. "Kita ke mana dulu nih," Tanya Firman. "Kita ke klien yang terdekat aja deh," Jawabku. "Oke, Ayo!" Ajak Firman. Sepanjang jalan kami tak banyak mengobrol, sudah agak lama sejak aku dipindahkan ke divisi lain aku jarang ngobrol dengan Firman. "Kamu apa kabarnya? Kamu betah ya di devisi yang baru?" Tany
Read more

Terpergok

Part 34 POV SilviAku diantar Vina ke rumah sakit, kesehatan kaki Viyo sudah berangsur baik, aku bersyukur saat di rumah sakit bertemu dengan pria kemayu itu, aku jadi tahu bahwa dia memiliki penyakit yang tidak ada obatnya sampai sekarang. "Udah, Vi?" Tanya Vina. Aku mengangguk, pandanganku kosong. Teringat saat dokter mengatakan bahwa si Firman itu mengidap penyakit HIV stadium 2, pikiranku melayang kepada suamiku jangan-jangan dia juga tertular virus itu. "Apakah benar penyakit yang selama ini ia sembunyikan itu adalah penyakit HIV?" Aku bertanya-tanya dalam hati. "Woy..., bengong aja," suara Vina mengagetkanku menyadarkanku dari lamunan tak berarti. "Eh, sory, ayo kita pulang!" Ajakku. "Ayo," Vina meng-iyakan. Aku dibonceng oleh Vina menggunakan motornya, temanku yang satu ini benar-benar tomboy, caranya mengendarai motor seperti Valentino Rossi saja sampai beberapa kali aku berpegangan erat karena laju motornya ngebut selip sa
Read more

Kenyataan Pahit

Part 35Kenyataan PahitMata Yogi semakin melotot, tatapannya tajam menatap wajahku, sepertinya amarah dalam hatinya pun membuncah padaku."Kenapa? Heran kamu, Mas? Aku tahu segalanya tentang kamu, bahkan aku tahu nomor-nomor teman kerja kamu. Jangan kau kira aku ini diam saja, Mas. Aku bukan Silvi yang dulu." Jawabku mantap. Tatapannya mereda, sepertinya Yogi terpojok olehku. Dia berpaling dari pandanganku, aku melihat tangannya mengepal ada amarah yang ditahan dalam hati. "Ini, Mas, lihat sendiri!" Aku menyodorkan ponselku, ku perlihatkan screenshot dari percakapan kami beberapa saat lalu. "Mau ngeles apa lagi kamu, Mas? Kamu tinggal mengakui aja susah amat, bukti-bukti udah aku pegang, mau lihat bukti-bukti yang lain?" Ujarku panas. Aku membuka pintu lemari, kutarik laci di bagian tengah lemari itu, aku ambil beberapa lembar kertas hasil print-an dari status-status suamiku sendiri di media sosial. Sebagian besar status dan komen-komen
Read more

Perpisahan

Part 36*Perpisahan*"Sejak kapan, Mas? Apa sudah sejak 3 tahun lalu?" Tanyaku gemetar. "Aku sangat mencintaimu, Dek, aku juga tidak ingin kehilangan kamu," Yogi berusaha menyentuhku. Aku terus menghindarinya. "JANGAN SENTUH AKU!" Teriakku. "Andai kamu tahu, aku tidak menyentuh mahkotamu selama 3 tahun ini bukan karena aku tidak mampu, tapi aku tak ingin mendzalimimu, Dek." Tuturnya lagi."3 tahun, Mas. Aku menunggu nafkah batin yang menjadi hak setiap istri." Air mataku tak berhenti membanjiri pipiku. "Tolong Maafkan aku, Dek. dengarkan dulu ceritaku! Kamu jangan marah. Please...," tangannya menelungkup di depan dada. "Baik, CERITAKAN! mendengar pengakuanmu ini hatiku sakit, Mas." Jawabku perih. Kedua grahamku beradu, tanganku mengepal menahan rasa kesal dalam hati. "Demi tuhan, Aku tidak pernah melakukan larangan Tuhan." Pembelaan Yogi. "BOHONG," Timpalku. "Kamu jahat, Mas. Tega kamu mendustai aku, aku selalu menjaga
Read more

Pergilah, Dek!

Part 37Pergilah, Dek!"Oh Tuhan, saksikanlah setelah aku memeluknya maka jatuhlah talak-ku kepadanya," ucap Yogi yang sejak tadi berdiri di hadapanku. "Mengapa? Mengapa dia belum memelukku juga? Bukankah dia sudah mengatakan akan memelukku barusan?" Hatiku terus bertanya-tanya sambil memejamkan mata. Karena lama aku membuka mataku, terpampang jelas dada Yogi di depan wajahku, dia hanya membuka tangannya ( posisi memeluk tapi tidak jadi ) Rupanya Yogi menungguku membuka mata. Dia menyapu air mataku yang sejak tadi membanjiri pipi ini. "Pergilah, Dek. Kembalilah ke orang tuamu, aku tahu setelah mendengar berita ini kau merasa jijik padaku, asal kau tahu hatiku lebih merasa jijik lagi kepada diriku sendiri, Pergilah, hari ini 3 September, aku jatuhkan talak 1 kepadamu," Ucap Yogi, tetes dari netranya mengalir deras seakan berat melepasku. "MAKASI, MAS." Jawabku seraya berlalu meninggalkan suamiku yang tak berdaya itu. Aku mengemas barang-barangku seadanya termasuk keperluan Viyo.
Read more

Penyesalan

Part 38Penyesalan"Aku menceraikannya Fir, aku terpaksa menyuruhnya pulang ke rumah orang tuanya." Kataku seraya tersedu mengusap wajah yang penuh dengan air mata ini. Firman hanya mengusap pundakku, aku sengaja menghubunginya untuk segera datang ke sini menemaniku yang kesepian tanpa anak dan istriku. "Aku tau, kau sangat mencintainya. Andaikan ada jalan lain untuk bisa menyembuhkan dan memusnahkan virus ini aku rela mati untuk mendapatkannya, dan akan kuberikan kepadamu, Yog. Maafkan aku!" Firman malah ikut tersedu. "Dia memasak untukku, meski aku jarang sekali memuji masakannya, dia mencuci bajuku meski kadang bajuku masih kusut walaupun sudah disetrika, dia menungguku meski kadang aku tidak berharap disambut olehnya saat pulang." Paparku. "Aku baru menyadari itu semua adalah cinta, kenapa? Kenapa harus sekarang cinta ini datang kepadaku?" Sesalku.“Mengapa saat dia pergi justru hati ini merasa sakit dan ingin bersamanya?” rintihku."Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Yog?" Tan
Read more

Aku Pergi

Part 39"Aku akan meninggalkanmu, Yog. Bukan hanya di sini, di kantor pun aku akan resign. Demi kembalinya kebahagiaanmu, aku rela menjauhimu, Yog." Ucapan Firman membuatku terkejut. Aku yang sedang terpukul ini semakin merasa menyedihkan saat sahabatku terpaksa harus meninggalkanku. Di situlah aku merasa buah simalakama sedang menghampiriku, jika aku memilih Firman aku akan kehilangan istriku, begitupun sebaliknya jika aku memilih istriku aku pasti kehilangan sahabatku. "Oh Tuhan, Apa yang harus kulakukan?" Jeritku dalam hati. Semakin jauh langkah kakinya semakin sakit hati ini, kutatap pintu di belakang punggungku, saat ini Silvi tidak mungkin memaafkanku. Seberapa payah aku menjelaskan kesalahpahaman ini dia tidak akan memaafkanku. Saat itu aku memilih mengejar sahabatku, aku berpikir mantan istri itu banyak tapi tidak ada yang namanya mantan sahabat. Firman yang selalu menolongku saat aku dalam kesulitan, Firman juga yang menghiburku saat aku dalam kesedihan. Cintanya murni, cin
Read more

Anak Bos

Part 40Anak BosClek... Kunci rumah mewah itu dibuka oleh Firman, saat pintunya terbuka aku dilenakan oleh ruangan indah nan wangi. Perabotan rumah yang elegan berwarna necis dengan sofa empuk yang sepertinya tidak murah itu. Nyeesss....Diriku yang sedang merasa agak gerah ini seketika merasa adem saat memasuki ruangan mewah itu. Terlihat AC yang digantungi dengan pewangi ruangan itu menyala membuat ruangan ini segar. Kutatap satu persatu perabotan di ruangan itu, meja berlapis kristal dengan taplak berwarna perak selaras dengan sofa abu yang mewah itu. Piala dan piagam penghargaan yang terpampang di ruangan itu menambah kemewahan tiada terkira. “Agung Cahyana, M.M.” aku membaca salah satu piagam penghargaan. Deg…, “Sudah kuduga, ini rumah Pak Bos.” Lirihku pelan. Aku kaget saat membaca sebuah nama di piagam itu, itu adalah nama CEO di perusahaanku. Aku melihat sebuah foto keluarga berukuran besar berpakaian dengan nuansa yang sama. Pasangan paruh baya yang di apit oleh 2 pr
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status