Home / Pernikahan / Istri Bayangan / Jangan Bilang-bilang

Share

Jangan Bilang-bilang

Author: Reren Hurriyah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Part 33

Jangan Bilang-bilang

POV Yogi

"Yog, aku tadi ketemu sama istri kamu di rumah sakit," Ucap Firman saat kami bertemu di lapangan.

"Ngapain Silvi ke rumah sakit?" Tanyaku heran.

"Entahlah, Tadi aku ketemu di depan ruangan dr.Suhaila sepertinya Silvi mau menemui dr.Mahesa yang ruangannya bersampingan dengan dr.Suhailah." Jawab Firman.

"Terus, dia nanya kamu nggak?" Tanyaku penasaran. "Boro-boro, mukanya asem banget, jangankan nanya, senyum aja kagak." Jawab Firman.

"Sorry ya, istriku kayaknya masih nyimpen dendam sama kamu," Jawabku.

"Terlalu cinta itu namanya," Goda Firman.

"Ya elah, mulai deh ah, kerja! Kerja!" Ajakku yang memang hari itu ada kunjungan klien di jam kerja.

"Kita ke mana dulu nih," Tanya Firman.

"Kita ke klien yang terdekat aja deh," Jawabku.

"Oke, Ayo!" Ajak Firman.

Sepanjang jalan kami tak banyak mengobrol, sudah agak lama sejak aku dipindahkan ke divisi lain aku jarang ngobrol dengan Firman.

"Kamu apa kabarnya? Kamu betah ya di devisi yang baru?" Tany
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Istri Bayangan   Terpergok

    Part 34 POV SilviAku diantar Vina ke rumah sakit, kesehatan kaki Viyo sudah berangsur baik, aku bersyukur saat di rumah sakit bertemu dengan pria kemayu itu, aku jadi tahu bahwa dia memiliki penyakit yang tidak ada obatnya sampai sekarang. "Udah, Vi?" Tanya Vina. Aku mengangguk, pandanganku kosong. Teringat saat dokter mengatakan bahwa si Firman itu mengidap penyakit HIV stadium 2, pikiranku melayang kepada suamiku jangan-jangan dia juga tertular virus itu. "Apakah benar penyakit yang selama ini ia sembunyikan itu adalah penyakit HIV?" Aku bertanya-tanya dalam hati. "Woy..., bengong aja," suara Vina mengagetkanku menyadarkanku dari lamunan tak berarti. "Eh, sory, ayo kita pulang!" Ajakku. "Ayo," Vina meng-iyakan. Aku dibonceng oleh Vina menggunakan motornya, temanku yang satu ini benar-benar tomboy, caranya mengendarai motor seperti Valentino Rossi saja sampai beberapa kali aku berpegangan erat karena laju motornya ngebut selip sa

  • Istri Bayangan   Kenyataan Pahit

    Part 35Kenyataan PahitMata Yogi semakin melotot, tatapannya tajam menatap wajahku, sepertinya amarah dalam hatinya pun membuncah padaku."Kenapa? Heran kamu, Mas? Aku tahu segalanya tentang kamu, bahkan aku tahu nomor-nomor teman kerja kamu. Jangan kau kira aku ini diam saja, Mas. Aku bukan Silvi yang dulu." Jawabku mantap. Tatapannya mereda, sepertinya Yogi terpojok olehku. Dia berpaling dari pandanganku, aku melihat tangannya mengepal ada amarah yang ditahan dalam hati. "Ini, Mas, lihat sendiri!" Aku menyodorkan ponselku, ku perlihatkan screenshot dari percakapan kami beberapa saat lalu. "Mau ngeles apa lagi kamu, Mas? Kamu tinggal mengakui aja susah amat, bukti-bukti udah aku pegang, mau lihat bukti-bukti yang lain?" Ujarku panas. Aku membuka pintu lemari, kutarik laci di bagian tengah lemari itu, aku ambil beberapa lembar kertas hasil print-an dari status-status suamiku sendiri di media sosial. Sebagian besar status dan komen-komen

  • Istri Bayangan   Perpisahan

    Part 36*Perpisahan*"Sejak kapan, Mas? Apa sudah sejak 3 tahun lalu?" Tanyaku gemetar. "Aku sangat mencintaimu, Dek, aku juga tidak ingin kehilangan kamu," Yogi berusaha menyentuhku. Aku terus menghindarinya. "JANGAN SENTUH AKU!" Teriakku. "Andai kamu tahu, aku tidak menyentuh mahkotamu selama 3 tahun ini bukan karena aku tidak mampu, tapi aku tak ingin mendzalimimu, Dek." Tuturnya lagi."3 tahun, Mas. Aku menunggu nafkah batin yang menjadi hak setiap istri." Air mataku tak berhenti membanjiri pipiku. "Tolong Maafkan aku, Dek. dengarkan dulu ceritaku! Kamu jangan marah. Please...," tangannya menelungkup di depan dada. "Baik, CERITAKAN! mendengar pengakuanmu ini hatiku sakit, Mas." Jawabku perih. Kedua grahamku beradu, tanganku mengepal menahan rasa kesal dalam hati. "Demi tuhan, Aku tidak pernah melakukan larangan Tuhan." Pembelaan Yogi. "BOHONG," Timpalku. "Kamu jahat, Mas. Tega kamu mendustai aku, aku selalu menjaga

  • Istri Bayangan   Pergilah, Dek!

    Part 37Pergilah, Dek!"Oh Tuhan, saksikanlah setelah aku memeluknya maka jatuhlah talak-ku kepadanya," ucap Yogi yang sejak tadi berdiri di hadapanku. "Mengapa? Mengapa dia belum memelukku juga? Bukankah dia sudah mengatakan akan memelukku barusan?" Hatiku terus bertanya-tanya sambil memejamkan mata. Karena lama aku membuka mataku, terpampang jelas dada Yogi di depan wajahku, dia hanya membuka tangannya ( posisi memeluk tapi tidak jadi ) Rupanya Yogi menungguku membuka mata. Dia menyapu air mataku yang sejak tadi membanjiri pipi ini. "Pergilah, Dek. Kembalilah ke orang tuamu, aku tahu setelah mendengar berita ini kau merasa jijik padaku, asal kau tahu hatiku lebih merasa jijik lagi kepada diriku sendiri, Pergilah, hari ini 3 September, aku jatuhkan talak 1 kepadamu," Ucap Yogi, tetes dari netranya mengalir deras seakan berat melepasku. "MAKASI, MAS." Jawabku seraya berlalu meninggalkan suamiku yang tak berdaya itu. Aku mengemas barang-barangku seadanya termasuk keperluan Viyo.

  • Istri Bayangan   Penyesalan

    Part 38Penyesalan"Aku menceraikannya Fir, aku terpaksa menyuruhnya pulang ke rumah orang tuanya." Kataku seraya tersedu mengusap wajah yang penuh dengan air mata ini. Firman hanya mengusap pundakku, aku sengaja menghubunginya untuk segera datang ke sini menemaniku yang kesepian tanpa anak dan istriku. "Aku tau, kau sangat mencintainya. Andaikan ada jalan lain untuk bisa menyembuhkan dan memusnahkan virus ini aku rela mati untuk mendapatkannya, dan akan kuberikan kepadamu, Yog. Maafkan aku!" Firman malah ikut tersedu. "Dia memasak untukku, meski aku jarang sekali memuji masakannya, dia mencuci bajuku meski kadang bajuku masih kusut walaupun sudah disetrika, dia menungguku meski kadang aku tidak berharap disambut olehnya saat pulang." Paparku. "Aku baru menyadari itu semua adalah cinta, kenapa? Kenapa harus sekarang cinta ini datang kepadaku?" Sesalku.“Mengapa saat dia pergi justru hati ini merasa sakit dan ingin bersamanya?” rintihku."Apa yang bisa aku lakukan untukmu, Yog?" Tan

  • Istri Bayangan   Aku Pergi

    Part 39"Aku akan meninggalkanmu, Yog. Bukan hanya di sini, di kantor pun aku akan resign. Demi kembalinya kebahagiaanmu, aku rela menjauhimu, Yog." Ucapan Firman membuatku terkejut. Aku yang sedang terpukul ini semakin merasa menyedihkan saat sahabatku terpaksa harus meninggalkanku. Di situlah aku merasa buah simalakama sedang menghampiriku, jika aku memilih Firman aku akan kehilangan istriku, begitupun sebaliknya jika aku memilih istriku aku pasti kehilangan sahabatku. "Oh Tuhan, Apa yang harus kulakukan?" Jeritku dalam hati. Semakin jauh langkah kakinya semakin sakit hati ini, kutatap pintu di belakang punggungku, saat ini Silvi tidak mungkin memaafkanku. Seberapa payah aku menjelaskan kesalahpahaman ini dia tidak akan memaafkanku. Saat itu aku memilih mengejar sahabatku, aku berpikir mantan istri itu banyak tapi tidak ada yang namanya mantan sahabat. Firman yang selalu menolongku saat aku dalam kesulitan, Firman juga yang menghiburku saat aku dalam kesedihan. Cintanya murni, cin

  • Istri Bayangan   Anak Bos

    Part 40Anak BosClek... Kunci rumah mewah itu dibuka oleh Firman, saat pintunya terbuka aku dilenakan oleh ruangan indah nan wangi. Perabotan rumah yang elegan berwarna necis dengan sofa empuk yang sepertinya tidak murah itu. Nyeesss....Diriku yang sedang merasa agak gerah ini seketika merasa adem saat memasuki ruangan mewah itu. Terlihat AC yang digantungi dengan pewangi ruangan itu menyala membuat ruangan ini segar. Kutatap satu persatu perabotan di ruangan itu, meja berlapis kristal dengan taplak berwarna perak selaras dengan sofa abu yang mewah itu. Piala dan piagam penghargaan yang terpampang di ruangan itu menambah kemewahan tiada terkira. “Agung Cahyana, M.M.” aku membaca salah satu piagam penghargaan. Deg…, “Sudah kuduga, ini rumah Pak Bos.” Lirihku pelan. Aku kaget saat membaca sebuah nama di piagam itu, itu adalah nama CEO di perusahaanku. Aku melihat sebuah foto keluarga berukuran besar berpakaian dengan nuansa yang sama. Pasangan paruh baya yang di apit oleh 2 pr

  • Istri Bayangan   Wanita Jalang

    Part 41Wanita Jalang"Bu, tenang bu, wanita itu pasti sudah masuk neraka." Ucap Firman. Aku mengernyitkan keningku. "Apa? Masuk neraka? Sebenarnya apa yang terjadi, hingga Firman mengutuk wanita itu masuk neraka? Siapa wanita itu?" Duh, pertanyaan dalam benakku tak kunjung mereda, aku harus benar-benar menanyai Firman untuk mendapatkan penjelasan yang akurat. Aku melihat Firman memeluk wanita itu dan mengangkatnya serta mengajaknya memasuki sebuah ruangan jauh di ujung rumah ini, sepertinya Firman berusaha menenangkan hati ibunya itu. Aku menatap wanita tua yang Sedang membereskan beling-beling pecahan piring di lantai. "Maaf, apakah ibu pembantu di sini?" Tanyaku memberanikan diri. Wanita tua itu menengok ke arahku, wajahnya penuh dengan garis-garis keriput tanda perjuangan. Aku melihat perjuangan besar telah dia lalui sepertinya, menjadi seorang pembantu di usia tua seperti ini tidaklah mudah, apalagi rumahnya sebesar ini pas

Latest chapter

  • Istri Bayangan   Amanat Pak Rahmat

    Bu Teti adalah seorang ibu yang penuh perhatian dan penyayang. Dia selalu hadir untuk mendukung putrinya, Silvi, dalam setiap langkah kehidupannya. Bu Teti memiliki peran penting dalam keluarga dan merupakan sumber kekuatan bagi Silvi."Suatu hari, ketika ayah?mu sedang menjalankan ibadah haji di tanah suci, dia berdo'a dengan tulus. ayahmu sangat mengharapkan yang terbaik untukmu, Nak. Salah satu harapan terbesar yang dia sampaikan dalam do'a itu adalah agar kau mendapatkan pasangan hidup yang setia dan jujur." tutur bu Teti. "Ayahmu merasa sangat sedih ketika mengetahui bahwa suamimu, Yogi, telah mengkhianatimu. Ia ingin kau menemukan seseorang yang benar-benar mencintai dan setia kepadamu. Dia berharap agar kau dapat hidup bahagia dan mendapatkan kebahagiaan sejati dalam pernikahan." lanjut bu Teti. "Ibu sangat memahami perasaan ayahmu dan merasa berempati terhadap perjuangannya di tanah suci. Dia berusaha untuk menjadi pendukung utama bagimu, Nak. Ia ingin memastikan bahwa putri

  • Istri Bayangan   Ikhlas

    Silvi kini dipenuhi dengan kesedihan, menghadapi situasi duka yang sangat menyedihkan saat upacara pemakaman ayahnya berlangsung. Dalam suasana yang hening dan penuh duka, Silvi mencoba menahan air mata yang mengalir deras di pipinya. Rasa kehilangan yang mendalam dan kekosongan yang dirasakannya begitu menghantamnya, membuat hatinya hancur dan terasa sangat berat."Pak..., " jerit bu Teti. ia jatuh tak sadarkan diri. "Bu, bu," warga membantu tubuh bu Teti yang terjatuh lemas ke tanah. Bu Teti, juga berada dalam keadaan yang sangat rapuh. Saat jasad suaminya disemayamkan dalam liang lahat terakhir, ia tidak mampu menahan emosi yang membanjiri dirinya. Beban kesedihan yang begitu besar membuatnya pingsan tak lama setelah upacara dimulai. Keadaan ini semakin memperdalam kepedihan Silvi dan menggambarkan betapa besar kehilangan yang dirasakan oleh keluarga mereka.Saat jasad pak Rahmat dimasukkan ke dalam liang lahat, suasana menjadi semakin hening. Suara tangis pecah dari antara kerab

  • Istri Bayangan   Selamat jalan, Ayah

    Silvi, seorang ibu yang penuh kasih, kini mengalami perubahan drastis dalam sikap dan kehati-hatiannya sejak kasus penculikan terhadap putrinya, Zahra, beberapa hari yang lalu. Kejadian tragis ini telah mengguncang kehidupan Silvi secara mendalam membangkitkan rasa takut dan kekhawatiran yang mendalam dalam dirinya.Sebelum kasus penculikan terjadi, Silvi mungkin memiliki kehidupan yang relatif normal seperti ibu-ibu lainnya. Namun, setelah insiden tersebut, semua perhatiannya sepenuhnya tertuju pada Zahra. Ia tidak pernah melepaskan pandangannya dari putrinya yang berusia 7 bulan tersebut, khawatir bahwa bahaya mungkin mengancamnya kapan saja."Wanita itu berbahaya, aku tidak akan membiarkan dia menyakiti anak-anaku.Silvi tidak lagi merasa aman dalam lingkungan sekitarnya. Setiap gerakan, suara, atau kehadiran orang asing menjadi fokus perhatiannya. Ia berusaha melindungi Zahra dan Viyo dengan segala cara yang ia bisa, memastikan keamanan putra putrinya menjadi prioritas utama dalam

  • Istri Bayangan   Zena di Penjara

    Silvi kini penuh kekhawatiran dan kecemasan, ia merasa curiga pada Zena, seorang teman lama yang diyakininya telah menculik putrinya, Zahra. Curiga tersebut timbul karena ada beberapa kejadian yang mencurigakan dan petunjuk yang mengarah pada Zena. Meskipun saat kejadian tidak memiliki bukti yang konkrit, Silvi merasa yakin bahwa Zena adalah dalang di balik hilangnya Zahra.Kelegaan dan syukur memenuhi hati Silvi saat mengetahui bahwa Zahra, yang pada saat itu berusia 7 bulan, berhasil diselamatkan dan tidak terluka. Namun, rasa marah dan kebingungan tak terhindarkan saat mengetahui alasan di balik perbuatan Zena."Kenapa, ya, Zena tega melakukan ini pada putriku?" tanya Silvi termenung. sore itu Azam sudah pulang dan baru selesai mandi. "Maafkan aku, Vi," ucap Azam. "Maaf untuk apa, Mas?" tanya Silvi heran. Azam, suami Silvi, mengungkapkan kepada Silvi bahwa Zena melakukan perbuatan tersebut karena dendam yang tak terungkap. Azam menceritakan bahwa Zena sebenarnya telah mencintai

  • Istri Bayangan   Wanita Misterius

    Zena adalah seorang wanita yang memiliki dendam pada Azam karena telah menolak cintanya dulu sebelum menikahi Silvi ia berniat buruk dan melakukan penculikan terhadap Zahra, seorang bayi berusia 7 bulan. "Awas kalian, aku pasti akan menghancurkan rumah tangga kalian! Aku tidak akan membiarkan kalian hidup bahagia! " bisik Zena yang sedang memata-matai keluarga Azam. Kejadian itu terjadi di taman yang terletak dekat komplek perumahan, saat itu Silvi sedang pergi ke toilet. Pada saat itu, Zahra seharusnya dijaga oleh ayahnya, Azam, Namun, dalam kejadian yang tidak terduga, Azam malah berlari mendekati Viyo yang sedang bermain bola. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada Zena untuk menculik Zahra tanpa diketahui. Dengan niat buruk yang dimilikinya, Zena mengambil kesempatan ini untuk melaksanakan rencananya.Zena melarikan diri dari taman dengan Zahra dalam pelukannya, menjauh dari area perumahan. Tujuan Zena dalam menculik Zahra adalah agar Azam dan Silvi bersedih, dapat disimpulk

  • Istri Bayangan   Berolahraga Bersama

    Beberapa bulan kemudian saat usia Zahra sudah menginjak 7 bulan semua curahan kasih sayang tertumpah kan pada cucu ke dua Bu Teti ini, kakeknya Pak Rahmat sangat menyayangi cucunya terutama Zahra yang saat ini sedang lucu-lucunya. "Cucu abah cantik banget," ucap Pak Rahmat, "Siapa dulu dong, neneknya," balas bu Teti centil. "Ciluuuk..., baaa...," pak Rahmat sedang asyik bermain dengan Zahra. tiba-tiba Silvi datang menghampiri Pak Rahmat dan bu Teti. "Bu, aku pamit ya," ucap Silvi. "Lho... emang kamu mau kemana, Nak?" tanya bu Teti kaget. "Ini, mama Rohimah pengen ketemu Zahra, aku nggak lama kok, paling cuman 3 hari. mumpung sekolah Viyo lagi libur. mas Azam juga lagi libur." pinta Silvi. "Yah, cucu nenek yang cakep ini bakalan pisah sama nenek, pasti nenek bakalan kangen sama kamu." ucap Bu Teti gemas sambil memeluk cucunya. "Pergilah, Nak, bu Rohimah kan juga neneknya Zahra, sudah pasti ia juga rindu sama cucunya." kata pak Rahmat mengerti. "Makasi, Ayah." ucap Silvi sambi

  • Istri Bayangan   Syukur Nikmat

    Azam merasakan kebahagiaan yang tak terkatakan saat ia berjumpa dengan putri pertamanya yang baru lahir. Detik-detik tersebut memancarkan kehangatan dan cahaya dalam hati Azam, memberikan perasaan penuh kasih sayang dan kegembiraan yang meluap-luap.Ketika Azam mengadzani putrinya, air mata haru mengalir di pipinya. Setiap tetesan air mata itu merupakan ungkapan perasaan campur aduk dalam hati Azam yang begitu mendalam. Air mata tersebut adalah bukti dari kekuatan emosi yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.Azam merasa sangat berterima kasih kepada Silvi, ibu dari putrinya, karena telah memberikan kehidupan baru yang tak ternilai harganya. Ia merasakan rasa syukur yang tak terbatas atas hadirnya sang putri, karena kehadirannya memberikan kehidupan baru yang penuh makna bagi Azam."Terimakasih, sayang," ucap Azam seraya mengecup kening istrinya. tangannya menggenggam tangan istrinya yang masih lemas terbaring di rumah sakit. Silvi tersenyum, dia bahagia bisa memberikan kebahag

  • Istri Bayangan   Kehadiran Buah Hati

    Silvi termenung sebelum pergi tidur, kehamilannya sudah memasuki usia hampir 9 bulan, ia merasa bayi dalam perutnya aktif, lama kelamaan merasakan kontraksi yang mengguncang perutnya. Tanda-tanda persalinan sudah jelas terlihat, dan waktunya untuk melahirkan semakin dekat. Namun, suaminya, Azam, sedang berada di luar kota karena pekerjaan yang tidak dapat dihindari.Dalam situasi ini, Silvi tidak merasa sendirian. Ia didampingi oleh ayah dan ibunya yang dengan segera mengambil tindakan. Meskipun hari sudah larut malam dan ada mitos yang mengatakan bahwa seorang ibu hamil tidak boleh keluar di malam hari, mereka memutuskan untuk segera pergi ke bidan terdekat.Keputusan ini dibuat demi keselamatan calon cucu mereka. Mereka menyadari bahwa mitos itu hanya cerita tanpa dasar ilmiah, dan yang terpenting adalah memastikan bahwa Silvi mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkannya saat ini. Mereka tidak ingin mengambil risiko dengan menunda perjalanan ke bidan hanya karena kepercayaan tak b

  • Istri Bayangan   Pak Rahmat Sakit

    Part 133Setelah meninggalkan toilet, Silvi dan Azam merasakan kelegaan saat tiba di kamar mereka. Mereka dapat merasakan betapa amannya lingkungan di sekitar mereka ketika aura mistis yang menyeramkan perlahan mulai memudar dan menghilang.Silvi, seorang wanita yang berambut panjang dan mata cerah, merasa dadanya menjadi lebih lega. Dia bisa bernapas dengan tenang, merasa bahwa ancaman yang terasa di toilet tadi telah ditinggalkannya jauh di belakang. Setiap langkah yang diambilnya kini terasa ringan, tanpa rasa takut yang menghantui.Sementara itu, Azam, seorang pria bertubuh tegap dengan senyum lebar, juga merasakan perubahan suasana yang sama di sekitarnya. Dia merasa ketegangan yang sebelumnya meliputi setiap serat ototnya perlahan-lahan mengendur. Pikirannya menjadi lebih jernih, dan ia dapat merasakan kembali kehangatan dan kenyamanan di dalam kamar.Saat mereka duduk di tempat tidur, Silvi dan Azam saling pandang dengan lega. Mereka tahu bahwa mereka telah melalui pengalaman y

DMCA.com Protection Status