Home / Pernikahan / Istri Bayangan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Istri Bayangan: Chapter 21 - Chapter 30

141 Chapters

Dia Selingkuh, Ayah.

Part 21Dia Selingkuh, Ayah. "Silvi?" Ibuku terlihat kaget saat aku sampai di rumahnya. Jaraknya jauh dari rumahku sekitar satu setengah jam perjalanan mobil. “Tumben, siang-siang ke sini? Hari minggu lagi, biasanya kamu ke sini hari Sabtu.” Sapa Bu Teti, ibuku. “Emangnya besok kamu nggak ngajar?” tanya ibuku. Aku bingung harus menjawab apa, biasanya hari Minggu jam segini jadwalnya aku pulang kembali ke rumahku, tapi sekarang aku malah baru dating. Seberapa heran pun ibu melihat kedatanganku, dia tetap menyambutku dan cucunya dengan hangat. Aku sembunyikan tangisku, ku tahan dan aku coba merahasiakannya, kejadian yang menimpaku beberapa saat lalu tidak boleh membuat ibuku khawatir. “Mana Yogi, Nak? Kenapa kamu tidak berbarengan dengannya?” selidik ibuku. Deg.... Jantungku mulai berdebar, mendengar nama itu hatiku sesak rasanya membayangkan penghianatan yang telah ia lakukan terhadapku. “M… anu, Mas Yogi sibuk, Bu. Dia ke luar k
Read more

Tak ingin Pisah

Part 22 --- Tak Ingin PisahAku tersentak dengan perkataan ayahku sendiri, bulir di mataku semakin deras, kelabu yang membendung di pelupuk mataku tumpah sudah. Bagaimana bisa aku menerima dia sebagai maduku, sedangkan dia sendiri adalah haram untuk suamiku.Aku hanya terdiam dan menundukkan kepalaku di hadapan ayah, “Oh ayah, andaikan kau tahu siapa pasangan selingkuhnya Mas Yogi, mungkin sikapmu tidak akan seperti ini kepadaku,” bisikku dalam hati. “Aku pun ikhlas, ayah, jikalau dia seorang wanita, tetapi kalau pasangan selingkuhnya si Firman itu, aku tidak bisa menerimanya, aku tidak bisa diam saja, ayah, ini adalah perbuatan dosa yang sangat besar, aku tidak mau menjadi istri bayangan yang menutupi dosa-dosa suamiku, aku tidak mau tergolong sebagai kaum Nabi Luth, ayah.” Lirihku. Pasti tak terdengar oleh ayah. “Sudah, jangan membantah! Kamu wanita, fahamlah fitrahnya wanita itu harus menurut apa kata suamimu, Nak.” Ucap ayah bijak. Ayahku
Read more

Rayuan Maut

Bab 23Rayuan Maut"Saya akui, saya memang memiliki wanita idaman lain. Jujur saya lebih nyaman dengannya daripada dengan Silvi, istri saya sendiri. Tapi setelah berfikir semalaman saya tidak mau berpisah, kemarin itu saya benar-benar khilaf, saya mohon Silvi kembali ke rumah." pinta Mas Yogi. Aku yang duduk di samping ibuku merasa kesal, bisa-bisanya dia mempunyai wanita lain, pantas saja selama ini dia sangat dingin terhadapku. “Siapa, Mas? Siapa wanita itu?” tanyaku penasaran. Tapi entah kenapa aku merasa tidak peercaya dengan perkataannya itu, dia sepertinya tidak betul-betul jujur, aku yakin Mas Yogi pasti berbohong. Ibu menarik tanganku membawaku ke kamarnya aku sendiri heran dengan sikap ibu.“Sini, ikut ibu!” ajak ibu. Tubuhku yang kurus ini terbawa begitu saja oleh tarikan tangan ibu.“Dengar Silvi, kamu jangan gampang dirayu! Kamu dengar itu kan? Yogi udah punya wanita lain di luar sana, sudah sepatutnya kamu ngasih dia tantangan,” kata
Read more

Sentuhan Mesra

Part 24 Lama Mas Yogi membujukku, walau sempat bersilat lidah namun pada akhirnya aku luluh juga, ayahku merasa senang tetapi ibuku masih khawatir tentang Mas Yogi. “Ingat, Nak, laki-laki itu kalau sekali saja berkhianat alias berselingkuh jangan mudah dipercaya, suatu saat nanti dia pasti melakukan hal itu lagi. Kalau sekali ini kamu luluh, dia pasti ketagihan,” ucap ibu sinis.“Iya, Bu, aku memberikan satu kesempatan buat Mas Yogi, jika suatu saat dia melakukan seperti ini lagi aku tidak akan pernah memaafkannya, ikhlaskan aku untuk mempertahankan rumah tangga ini, Bu!” pintaku pada ibu. Kedua tangan keriputnya ku genggam, adem rasanya menatap wajah teduh ibuku. “Ya sudah, Ibu dukung aja apa yang kamu inginkan, ibu hanya bisa berdo’a semoga saja Yogi benar-benar setia, dan bisa membahagiakan kamu, Nak.” Harap ibu. “Iya, Bu. Do’amu yang paling utama untukku,” jawabku seraya mengecup kedua tangan ibuku itu. ***Aku pulang kembali bersama Mas Yogi ke rumahku di pesisian kota. Rasan
Read more

Motor Baru

Part 25Motor BaruPOV Author Sudah sebulan lebih Silvi merasa betah di rumahnya, pasalnya sejak kejadian itu Yogi tidak lagi mengacuhkan dirinya. Silvi serasa dimanja dan diperhatikan, si laki-laki kemayu bernama Firman itu pun tak pernah datang lagi ke rumahnya. “Mas Yogi benar-benar menepati janjinya,’ ucap Silvi senyum. Rumahnya sudah selesai ia bereskan, tak ada satupun yang berantakan di rumahnya itu, Silvi menatap jendela, sehelai gorden yang menutupi jendela kecil itu ia singkapkan, hari ini sekolahnya libur tetapi masih hari kerja buat Yogi. Sekolah TK Tempat ia bekerja hanya aktif di hari Senin sampai Kamis saja, Jumat, Sabtu dan Minggu Silvi bisa santai di rumah. “Hm… benar kata Mas Yogi, rumah terasa sepi tanpa Viyo,” gumam Silvi. Viyo sedang bermain di rumah tetangga bersama dengan si kembar Angga Anggi, tiba-tiba Yogi datang bersama seorang teman laki-laki yang juga sama-sama mengendarai motor. Dua motor itu parkir di halaman ru
Read more

Viyo, Sayang

Part 26Jarak sekolah Silvi kini lebih jauh, jika dulu bisa ditempuh dengan berjalan kaki hanya 5 menit saja kini Silvi harus naik angkot karena kalau berjalan kaki bisa sampai dengan 20 menit, tetapi kini ia tidak khawatir lagi karena sudah memiliki motor baru hadiah dari suaminya Yogi. Jarak sejauh itu bisa di tempuh hanya dengan 5 menit saja. Akhir-akhir ini Yogi selalu bersikap hangat dan mesra meskipun belum bisa memenuhi nafkah batin seutuhnya untuk Silvi, namun hal itu sudah cukup bagi Silvi setidaknya dia dihargai sebagai seorang istri. "Mas Hari ini aku bawa motor sendiri, ya!" ucap Silvi saat merapikan dasi yang menggantung di leher suaminya itu. "Emang kamu bisa sambil bawa Viyo?" tanya Yogi sambil mencolek mesra dagu Silvi yang mirip dengan telur sepotong itu. "Bisa dong, Mas. Siapa dulu dong yang ajarin?" Jawab Silvi, matanya berkedip manja menatap suaminya dengan jarak dekat. Dulu saat pertama kali menikah Silvi diajarkan mengendarai
Read more

Kelahiran Buah Hati

Part 27Silvi menggenggam tangan mungil putranya, Viyo tertidur lelap, rasanya tak kuasa melihat sang buah hati terbaring di belangkar. Seraya menatap wajah Viyo Silvi teringat saat 3 tahun lalu melahirkan Viyo. Ingatannya menjalar, waktu itu ibunya -Bu Teti, menelpon katanya dia ingin bertemu di pasar pusat kota sekalian belanja. Silvi yang saat itu merasa bosan di rumah menemui ibunya aetelah sebelumnya nya meminta izin kepada Yogi, suaminya. "Mas, Ibu nelpon katanya ingin ketemu, tapi nggak bisa ke rumah sini. Boleh ya aku temuin ibu?" pinta Silvi. "Sore-sore gini? Kamu yakin?" tanya Yogi. Silvi mengangguk, ia yakin tidak akan ada apa-apa lagipula jarak pasar dengan jarak rumah itu dekat hanya sekitar 5 KM. "Ya udah hati-hati ya! Jaga diri dan bayi dalam perutmu itu baik-baik," Jawab Yogi, seakan berat untuk mengizinkan istrinya itu. Silvi melangkah pergi menuju pasar menemui ibunya yang sedang belanja di sana. Bu Teti melepas rindu pada put
Read more

Pertemuan Terindah

Part 28Pertemuan Terindah"Alhamdulillah Wa syukurillah, terima kasih atas karuniaMu ya Allah," Ucap Silvi. Dia menatap tangis putranya yang baru lahir itu, meronta-ronta di atas dadanya, ada yang menetes di pelipis matanya, tangis haru menyambut sang buah hati. "Sungguh, ini pertemuan terindah dalam hidupku, ya Allah," Lirihnya meneteskan airmata. Entah apa yang sedang para dokter dan perawat lakukan pada dirinya saat ini, rasa sakit perut yang sedang di keruk di bersihkan seusai melahirkan tak terasa saat melihat putra mungilnya. Setelah selesai di tindak dokter memberinya gelang yang bernama kan Ibu Silvi, gelang yang sama juga dilingkarkan pada pergelangan bayinya dan diberi nama bayi Ibu Silvi. "Bayinya laki-laki ya, Bu," Ucap dokter. "Iya, dok," Jawab Silvi lemas. "Lihat, Bu, gelangnya cocok ya!" Ujar donter. Silvi mengangguk, kemudian Bayinya dibawa ke ruangan bayi. badannya yang masih lemas itu dibersihkan oleh para mahasiswa
Read more

Pasien VIP

Part 29Seorang ibu muda berada di ujung jauh dari belangkar Silvi, di pojok dekat dinding sedang ditindak oleh dokter, tapi kata-katanya sangat kasar mungkin sangat kesakitan hingga membuat dia mengaum dan menggonggong. Rasa sakit saat melahirkan memang luar biasa hingga membuat dia berkata kasar. Silvi merasa risih, ia bergumam sendiri, "Untung aku udah melahirkan, kalau nggak pasti deh aku panik, seperti wanita itu." Waktu menunjukkan pukul 4 sore Silvi belum juga dipertemukan dengan bayinya, ia masih terbaring di ruang tindakan persalinan. Sudah banyak yang ia lihat disaba, rasanya ia tidak ingin melihatnya lagi, akhirnya dia meminta tolong kepada seorang perawat. "Suster, boleh antarkan saya ke toilet kataku?" Pinta Silvi. "Oh, Ibu mau buang air?" Tanta suster itu. "Iya," jawab Silvi. Ia berdiri seperti yang sudah sehat saja, suster menatapnya dengan senyuman. "Kalau Ibu sudah bisa berdiri begini, Ibu sudah boleh pindah ke ruanga
Read more

Keanehan Yogi

Part 30"Dek," suara Yogi membuat Silvi terbangun dari lamunannya. Kenangan saat melahirkan Vio memang kenangan yang paling indah bagi Silvi. "Kok bisa kayak gini sih, Dek? Kamu pasti meleng, nggak hati-hati, kan?" Cerocos Yogi. Ada amarah yang tumpah dari wajah Yogi. "Sttt..., Vito lagi tidur, Mas, jangan kenceng-kenceng." Pinta Silvi. Telunjuknya ya sentuhkan di bibir tipisnya itu. Silvi meraih lengan suaminya dan mengajak Yogi keluar dari ruangan itu. "Kamu jadi ibu kok nggak becus jaga anak sih?" Yogi marah. Matanya melotot, seakan-akan ingin lompat saja. "Maaf Mas Aku udah hati-hati tapi lubang itu nggak kelihatan, lagi pula jalanan itu licin." Sanggah Silvi. "Alah, ngeles aja kamu," Cerca Yogi. Yogi segera masuk kembali ke ruangan Viyo, dia ingin memastikan keadaan putra satu-satunya itu. Tubuh kecil Viyo yang terbaring di belangkar rumah sakit itu ia Pandangi dari ujung kaki sampai ujung rambut. Yogi mengelus kaki
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status