Part 67
KekhawatiranUsai salat makan malam, seperti biasa Zais nongkrong di depan TV di ruang keluarga di rumahnya. Seperti biasa juga ibunya membuatkan cemilan malam, kali ini ibunya Zais menggoreng tahu bulat yang gurih dan renyah di taburi keju lembut. Nikmat rasanya jika dimakan bersama dengan keluarga, apalagi dimakan hangat-hangat dadakan. Di sela-sela iklan di TV tak sengaja Zais melihat berita bahwa seorang wanita tertembak oleh penculik mantan suaminya. Dia kemudian memperhatikan iklan itu, ternyata lokasi yang disorot oleh kamera di TV itu adalah rumah ibunya Silvi. Terlihat banyak wartawan yang mengerumuni mobil putih yang baru datang dari rumah sakit, Silvi dipeluk oleh ibunya, kemudian dibawa masuk ke rumah sederhana itu. Terlihat Pak Rahmat menjawab beberapa pertanyaan wartawan."Yah dia tertembak di lengan kanannya," jawab Pak Rahmat di TV.Zais kemudian melihat dan memperhatikan lengan kanan yang tertutupi oleh baju muslim yang dipakai oleh SPart 68Bermuka DuaPintu rumah bu Teti diketuknya, wartawan segera mengarahkan kamera kepada pria tampan misterius yang baru saja datang. Zais menutupi kepalanya dengan kupluk yang menempel di jaket nya. Clek..., Suara kunci pintu rumah terdengar dibuka dari dalam. Pintu rumah pun terbuka bu Teti segera menarik tangan Zais ke dalam rumah, khawatir akan ada berita yang negatif tentang kedatangannya. "Eh, eh," ucap Zais mengikuti arah tarikan tangan bu Teti.“Sttt...,” Ucap bu Teti seraya menempelkan telunjuknya di bibir.“Wartawan masih berkeliaran di luar, padahal tadi siang pertanyaan mereka sudah dijawab oleh Bapak, Silvi tidak mau ditemui, dia mengunci diri dalam kamar sejak tadi,” raut wajah Bu Teti Nampak sedih. “Tak apa-apa, Bu. mungkin Silvi butuh waktu untuk sendiri. Saya datang ke sini karena merasa khawatir. Apa benar Silvi tertembak?” tanya Zais penasaran. “Bagaimana kondisinya sekarang, Bu?” Zais khawatir. “Alhamdulill
Part 69 Calon Suami"Apa?" ucap Silvi sedikit berteriak, dia tidak menyangka dengan apa yang ia temukan dalam ponselnya."Gila, ini benar-benar gila," ucap Silvi saat melihat layar ponselnya.Silvi sangat marah saat melihat sebuah artikel yang menyatakan bahwa dirinya adalah calon istri seorang pengacara pengadilan negeri. "Bu, ibu, lihat ini," teriak Silvi. Ia berjalan terburu-buru menuju ibunya yang sedang berada di kios depan rumahnya. "Ada apa nak? Teriak-teriak begitu kamu kayak melihat hantu aja,” Ucap bu Teti santai. “Ini loh, bu, masa Silvi digosipkan mau menikah sama Zais, berani sekali dia mengaku-ngaku bahwa dia calon suamiku,” cerocos Silvi. “Apa? Masa iya?” jawab bu Teti balik bertanya. “Ini Bu, lihat!” seru Silvi menyodorkan ponselnya.“Yogi seorang laki-laki yang kemarin menjadi korban penculikan dan diselamatkan oleh istrinya, Silvi, ternyata Silvi bukanlah istrinya. Diberitakan bahwa mereka sudah bercerai 3 bu
Part 70Kebalinya Cinta MonyetSetahun berlalu, Silvi menetap di rumah ibunya, rumah yang dulu ia tinggEma bersama Yoi di pinggiran kota itu di kontrakkan. Yogi pun kembEma tinggal bersama ibunya, karena rumah itu hak milih Pak Rahmat, ayah Silvi. Pagi itu Silvi sedang menyiram tanaman di depan rumah, Seprang laki-laki mengendarai motor ninjanya melewati rumah bu Teti dengan laju yang cepat, bagaikan kilat. Sesampainya di rumah yang tidak jauh dari rumah bu Teti, Andri melihat Silvi yang sedang menyiram bunga, persis seperti pertama kEma ia jatuh cinta pada Silvi dulu. Namun kEma ini Andri tidak melihat rambut panjangnya yang bergoyang diterpa angin. Dulu wakti Silvi masih di bangku SMP ia belum berjilbab, kini dia melihat kibaran jilbab indah melambai menghiasi wajah Silvi. Andri semakin terpana melebihi dulu, Silvi yang baru di jumpainya kini terlihat semakin cantik saat memakai kerudung. "Kenapa aku tidak menyadari pesonanya saat bertemu di pengad
Part 71Kembalinya Cinta Monyet 2 Hatinya berdebar-debar, kini Andri tahu Silvi dan dirinya sama-sama single, Ada rasa bahagia yang hadir tanpa disadari, rasa cinta yang dulu pernah membara di waktu muda kembali datang menyelinap dalam hati. Sebuah harapan datang dalam hatinya berharap bisa bersatu kembali dengan cinta pertamanya cinta yang dulu dianggap Cinta Monyet kini berubah menjadi berbeda, terasa bermakna dan mulai mendalam. “Makasih ya, Ma, informasinya.” ucap Andri sambil tersenyum-senyum sendiri. “Udah, gitu aja? Kirain mau ngapain.” Jawab Ema Seraya kembali membawa kkeranjang memetik pucuk daun singkong.“Aku curiga, sepertinya Andri benar-benar menyukai Silvi lagi. Apalagi dengar-dengar dia sudah bercerai dengan istrinya, wah…, itu sangat mencurigakan.” Bisik Ema pelan.Berjuta pertanyaan menjalar memenuhi pikiran Ema. "Eh, Ma, gimana kalau kamu tolongin aku, cari tahu sebenarnya Silvi suka sama aku nggak sih?” Tanya Andri. “Ada
Part 72Pribadi Andri“Kenapa sih kamu malah ketawa?” Tanya Ema. “Hahaha, nggak, lucu aja,” jawab Silvi Dia sama sekali tidak berminat dan tidak tertarik dengan Andri, karena kini dia sudah tahu akhlaq seorang Andri. Berbeda dengan dahuli saat dia masih polos, Silvi sangat terpesona dengan ketampanan Andri tanpa tahu bagaimana perangainya. “Lucu apanya?” Tanya Ema. “Ya, aku akui dulu aku sangat menyukai Andri sebelum tahu pribadinya itu kek gimna, Ma, tapi suatu hari aku pernah ngintip saat Andri berduaan dengan si Siti, masih ingat kan Siti anaknya pak Maman yang dulu pernah jadi pacarnya Andri?” Tanya Silvi. “Inget laah,” timpal Ema.“Nah aku pernah ngintip lho di madarasah waktu semua orang udah pada pulang ngaji, mereka tuh anu…,” silvi tiba-tiba berhenti bicara. “Anu apa? Bikin penasaran aja,” Tanya Ema. “Lagi kissing, Ma, ya Allah, dari situ aku ilfil banget sama Andri. Bisa-bisanya dia tidak mengindahkan ajarn guru ngaji kita, itu kan sama saja dengan menodai kehormatan
Part 73 Hari Pertama SekolahBegitulah keseharian Silvi, menetap di rumah ibunya bersama dengan Viyo, membantu pekerjaan rumah dan lain-lain. Dia belum berminat untuk melamar kerja lagi meskipun dia adalah lulusan Universitas jurusan keguruan, 2 tahun berlalu Viyo kini sudah berusia 6 tahun. Dia jarang bertemu dengan ayahnya, paling sebulan sekali, itupun kalau Yogi sempat mampir ke rumah Bu Teti, tapi Viyo tidak pernah mau ikut bersama ayahnya walaupun begitu Yogi tetap bertanggung jawab membiayai segala keperluan Vio setiap bulannya.Trililil... Satu pesan masuk berupa foto transferan dari Yogi. [Ini untuk biaya sekolah Viyo masuk SD, kalau ada keperluan yang lain di WA aja, nanti aku transfer] pesan dari Yogi[Ya, Terima kasih.] balas Silvi. Sesingkat itu, Silvi tak terlalu banyak berhubungan dengan Yog, meski via WA. Hanya seputar itu saja Silvi berhubungan dengan Yogi, mantan suaminya. Selama 3 tahun berpisah dengannya sudah banyak pria yan
Prt 74Keanehan “Tidak ya Allah, tolong jangan sekarang!” rintih Silvi memeluk ponselnya.“Anakku masih membutuhkan ayahnya, aku belum siap melihat anakku menjadi seorang yatim,” bisik Silvi, air matanya tak terbendung mengalir deras di pipinya yang mulus itu.“Dek kamu masih di sana kan?” tanya Yogi saat Silvi termenung membayangkan hal-hal yang tidak diinginkan.“Halo, Dek kamu dengar aku?” suara Yogi agak meninggi kali ini. “Oh maaf, Mas. Jadi gimana, Mas? tanya Silvi menyukai air matanya.“Aku titip Viyo ya. Jangan sampai dia kekurangan kasih sayang,” ucap Yogi suaranya menjadi serak kini.“Ada apa, Mas? Kamu jangan nakut-nakutin, emangnya kamu mau ke mana?” pertanyaan Silvi tidak dihiraukan. “Pokoknya maafin Mas ya, tolong kamu ikhlaskan Mas, ikhlaskan kalau Mas sering sekali berbuat salah sampai-sampai menyakiti hati kamu!” tutur Yogi. “Tunggu-tunggu, Mas, Tolong jelaskan kepadaku, Ada apa ini Mas? Kenapa kamu minta maaf? Jujurlah! Paksa Silvi.“Maafkan aku, dek! aku tutup
Part 75 Pertemuan Silvi menunduk, dia tak berani menatap wajah Yogi meskipun Yogi mengenakan masker, karena saat ini statusnya bukan lagi suami istri tetapi kini Yogi bukanlah mahramnya, haram baginya menatap Yogi apa lagi di sertai dengan hasrat. Viyo mendekat erat di belakang tubuh Silvi, seolah-olah takut dengan orang yang baru saja dia temui. Pakaian Yogi membuat Viyo tidak mengenalinya, dan nyaris takut kepadanya. "Viyo Apa kabar, saying? ini papa,” sapa Yogi seraya mendekati Viyo hendak memeluknya. Namun Viyo malah memegang erat tangan ibunya dan menghindari sambutan dari ayahnya.“Mama…,” ucap Viyo seperti ketakutan. Silvi terduduk menatap putranya itu. “Viyo saying, itu papa. Masih inget kan?” bujuk Silvi seraya mengelus pipi Viyo.Viyo malah memeluk Silvi dia tidak mau mendekati Yogi, kini Yogi terasa asing setelah 3 tahun berpisah dari putranya. Silvi berdiri dengan menggendong Viyo. “Sepertinya masker itu membuat Viyo takut, Mas,” ucap Silvi. “Oh,” timpal Yogi seraya
Bu Teti adalah seorang ibu yang penuh perhatian dan penyayang. Dia selalu hadir untuk mendukung putrinya, Silvi, dalam setiap langkah kehidupannya. Bu Teti memiliki peran penting dalam keluarga dan merupakan sumber kekuatan bagi Silvi."Suatu hari, ketika ayah?mu sedang menjalankan ibadah haji di tanah suci, dia berdo'a dengan tulus. ayahmu sangat mengharapkan yang terbaik untukmu, Nak. Salah satu harapan terbesar yang dia sampaikan dalam do'a itu adalah agar kau mendapatkan pasangan hidup yang setia dan jujur." tutur bu Teti. "Ayahmu merasa sangat sedih ketika mengetahui bahwa suamimu, Yogi, telah mengkhianatimu. Ia ingin kau menemukan seseorang yang benar-benar mencintai dan setia kepadamu. Dia berharap agar kau dapat hidup bahagia dan mendapatkan kebahagiaan sejati dalam pernikahan." lanjut bu Teti. "Ibu sangat memahami perasaan ayahmu dan merasa berempati terhadap perjuangannya di tanah suci. Dia berusaha untuk menjadi pendukung utama bagimu, Nak. Ia ingin memastikan bahwa putri
Silvi kini dipenuhi dengan kesedihan, menghadapi situasi duka yang sangat menyedihkan saat upacara pemakaman ayahnya berlangsung. Dalam suasana yang hening dan penuh duka, Silvi mencoba menahan air mata yang mengalir deras di pipinya. Rasa kehilangan yang mendalam dan kekosongan yang dirasakannya begitu menghantamnya, membuat hatinya hancur dan terasa sangat berat."Pak..., " jerit bu Teti. ia jatuh tak sadarkan diri. "Bu, bu," warga membantu tubuh bu Teti yang terjatuh lemas ke tanah. Bu Teti, juga berada dalam keadaan yang sangat rapuh. Saat jasad suaminya disemayamkan dalam liang lahat terakhir, ia tidak mampu menahan emosi yang membanjiri dirinya. Beban kesedihan yang begitu besar membuatnya pingsan tak lama setelah upacara dimulai. Keadaan ini semakin memperdalam kepedihan Silvi dan menggambarkan betapa besar kehilangan yang dirasakan oleh keluarga mereka.Saat jasad pak Rahmat dimasukkan ke dalam liang lahat, suasana menjadi semakin hening. Suara tangis pecah dari antara kerab
Silvi, seorang ibu yang penuh kasih, kini mengalami perubahan drastis dalam sikap dan kehati-hatiannya sejak kasus penculikan terhadap putrinya, Zahra, beberapa hari yang lalu. Kejadian tragis ini telah mengguncang kehidupan Silvi secara mendalam membangkitkan rasa takut dan kekhawatiran yang mendalam dalam dirinya.Sebelum kasus penculikan terjadi, Silvi mungkin memiliki kehidupan yang relatif normal seperti ibu-ibu lainnya. Namun, setelah insiden tersebut, semua perhatiannya sepenuhnya tertuju pada Zahra. Ia tidak pernah melepaskan pandangannya dari putrinya yang berusia 7 bulan tersebut, khawatir bahwa bahaya mungkin mengancamnya kapan saja."Wanita itu berbahaya, aku tidak akan membiarkan dia menyakiti anak-anaku.Silvi tidak lagi merasa aman dalam lingkungan sekitarnya. Setiap gerakan, suara, atau kehadiran orang asing menjadi fokus perhatiannya. Ia berusaha melindungi Zahra dan Viyo dengan segala cara yang ia bisa, memastikan keamanan putra putrinya menjadi prioritas utama dalam
Silvi kini penuh kekhawatiran dan kecemasan, ia merasa curiga pada Zena, seorang teman lama yang diyakininya telah menculik putrinya, Zahra. Curiga tersebut timbul karena ada beberapa kejadian yang mencurigakan dan petunjuk yang mengarah pada Zena. Meskipun saat kejadian tidak memiliki bukti yang konkrit, Silvi merasa yakin bahwa Zena adalah dalang di balik hilangnya Zahra.Kelegaan dan syukur memenuhi hati Silvi saat mengetahui bahwa Zahra, yang pada saat itu berusia 7 bulan, berhasil diselamatkan dan tidak terluka. Namun, rasa marah dan kebingungan tak terhindarkan saat mengetahui alasan di balik perbuatan Zena."Kenapa, ya, Zena tega melakukan ini pada putriku?" tanya Silvi termenung. sore itu Azam sudah pulang dan baru selesai mandi. "Maafkan aku, Vi," ucap Azam. "Maaf untuk apa, Mas?" tanya Silvi heran. Azam, suami Silvi, mengungkapkan kepada Silvi bahwa Zena melakukan perbuatan tersebut karena dendam yang tak terungkap. Azam menceritakan bahwa Zena sebenarnya telah mencintai
Zena adalah seorang wanita yang memiliki dendam pada Azam karena telah menolak cintanya dulu sebelum menikahi Silvi ia berniat buruk dan melakukan penculikan terhadap Zahra, seorang bayi berusia 7 bulan. "Awas kalian, aku pasti akan menghancurkan rumah tangga kalian! Aku tidak akan membiarkan kalian hidup bahagia! " bisik Zena yang sedang memata-matai keluarga Azam. Kejadian itu terjadi di taman yang terletak dekat komplek perumahan, saat itu Silvi sedang pergi ke toilet. Pada saat itu, Zahra seharusnya dijaga oleh ayahnya, Azam, Namun, dalam kejadian yang tidak terduga, Azam malah berlari mendekati Viyo yang sedang bermain bola. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada Zena untuk menculik Zahra tanpa diketahui. Dengan niat buruk yang dimilikinya, Zena mengambil kesempatan ini untuk melaksanakan rencananya.Zena melarikan diri dari taman dengan Zahra dalam pelukannya, menjauh dari area perumahan. Tujuan Zena dalam menculik Zahra adalah agar Azam dan Silvi bersedih, dapat disimpulk
Beberapa bulan kemudian saat usia Zahra sudah menginjak 7 bulan semua curahan kasih sayang tertumpah kan pada cucu ke dua Bu Teti ini, kakeknya Pak Rahmat sangat menyayangi cucunya terutama Zahra yang saat ini sedang lucu-lucunya. "Cucu abah cantik banget," ucap Pak Rahmat, "Siapa dulu dong, neneknya," balas bu Teti centil. "Ciluuuk..., baaa...," pak Rahmat sedang asyik bermain dengan Zahra. tiba-tiba Silvi datang menghampiri Pak Rahmat dan bu Teti. "Bu, aku pamit ya," ucap Silvi. "Lho... emang kamu mau kemana, Nak?" tanya bu Teti kaget. "Ini, mama Rohimah pengen ketemu Zahra, aku nggak lama kok, paling cuman 3 hari. mumpung sekolah Viyo lagi libur. mas Azam juga lagi libur." pinta Silvi. "Yah, cucu nenek yang cakep ini bakalan pisah sama nenek, pasti nenek bakalan kangen sama kamu." ucap Bu Teti gemas sambil memeluk cucunya. "Pergilah, Nak, bu Rohimah kan juga neneknya Zahra, sudah pasti ia juga rindu sama cucunya." kata pak Rahmat mengerti. "Makasi, Ayah." ucap Silvi sambi
Azam merasakan kebahagiaan yang tak terkatakan saat ia berjumpa dengan putri pertamanya yang baru lahir. Detik-detik tersebut memancarkan kehangatan dan cahaya dalam hati Azam, memberikan perasaan penuh kasih sayang dan kegembiraan yang meluap-luap.Ketika Azam mengadzani putrinya, air mata haru mengalir di pipinya. Setiap tetesan air mata itu merupakan ungkapan perasaan campur aduk dalam hati Azam yang begitu mendalam. Air mata tersebut adalah bukti dari kekuatan emosi yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.Azam merasa sangat berterima kasih kepada Silvi, ibu dari putrinya, karena telah memberikan kehidupan baru yang tak ternilai harganya. Ia merasakan rasa syukur yang tak terbatas atas hadirnya sang putri, karena kehadirannya memberikan kehidupan baru yang penuh makna bagi Azam."Terimakasih, sayang," ucap Azam seraya mengecup kening istrinya. tangannya menggenggam tangan istrinya yang masih lemas terbaring di rumah sakit. Silvi tersenyum, dia bahagia bisa memberikan kebahag
Silvi termenung sebelum pergi tidur, kehamilannya sudah memasuki usia hampir 9 bulan, ia merasa bayi dalam perutnya aktif, lama kelamaan merasakan kontraksi yang mengguncang perutnya. Tanda-tanda persalinan sudah jelas terlihat, dan waktunya untuk melahirkan semakin dekat. Namun, suaminya, Azam, sedang berada di luar kota karena pekerjaan yang tidak dapat dihindari.Dalam situasi ini, Silvi tidak merasa sendirian. Ia didampingi oleh ayah dan ibunya yang dengan segera mengambil tindakan. Meskipun hari sudah larut malam dan ada mitos yang mengatakan bahwa seorang ibu hamil tidak boleh keluar di malam hari, mereka memutuskan untuk segera pergi ke bidan terdekat.Keputusan ini dibuat demi keselamatan calon cucu mereka. Mereka menyadari bahwa mitos itu hanya cerita tanpa dasar ilmiah, dan yang terpenting adalah memastikan bahwa Silvi mendapatkan perawatan medis yang dibutuhkannya saat ini. Mereka tidak ingin mengambil risiko dengan menunda perjalanan ke bidan hanya karena kepercayaan tak b
Part 133Setelah meninggalkan toilet, Silvi dan Azam merasakan kelegaan saat tiba di kamar mereka. Mereka dapat merasakan betapa amannya lingkungan di sekitar mereka ketika aura mistis yang menyeramkan perlahan mulai memudar dan menghilang.Silvi, seorang wanita yang berambut panjang dan mata cerah, merasa dadanya menjadi lebih lega. Dia bisa bernapas dengan tenang, merasa bahwa ancaman yang terasa di toilet tadi telah ditinggalkannya jauh di belakang. Setiap langkah yang diambilnya kini terasa ringan, tanpa rasa takut yang menghantui.Sementara itu, Azam, seorang pria bertubuh tegap dengan senyum lebar, juga merasakan perubahan suasana yang sama di sekitarnya. Dia merasa ketegangan yang sebelumnya meliputi setiap serat ototnya perlahan-lahan mengendur. Pikirannya menjadi lebih jernih, dan ia dapat merasakan kembali kehangatan dan kenyamanan di dalam kamar.Saat mereka duduk di tempat tidur, Silvi dan Azam saling pandang dengan lega. Mereka tahu bahwa mereka telah melalui pengalaman y