Home / CEO / Wanita Incaran CEO Arogan / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Wanita Incaran CEO Arogan: Chapter 71 - Chapter 80

187 Chapters

BAB 71 ~ HATI YANG MELEYOT

Debby bolak-balik mengetik lalu menghapus pesan yang baru saja ia ketik hingga beberapa kali. Ia tidak tahu bagaimana harus mengatakannya sampai akhirnya ia nekat mengirim saja pesan terakhir yang baru saja ia ketik.   “Tapi kalau Bapak memang pengin menemani saya … apa tawaran Bapak untuk makan bersama masih berlaku?”   Buru-buru, Debby menambahkan satu pesan lagi. “Anggap saja kalau saya lagi nggak mau makan sendirian.”   Begitu menekan tombol kirim, Debby langsung mendesah panjang. “Aish! Kamu ini gimana sih? Apa yang ada di otakmu, Deb? Kenapa nekat banget?” Debby sengaja menjauhkan ponselnya. Ia tidak ingin langsung melihat jika ada pesan balasan dari pria itu. “Ah, bodoh amatlah! Sudah telanjur tercemplung, menyelam aja sekalian!”   Debby menutupi wajahnya dengan telapak tangan. Ia kembali mengerang, “Ya ampun, Deb! Kamu benar-benar gali kuburan sendiri deh!”   Debby mengan
Read more

BAB 72 ~ WANITA LAIN

“Nggak apa-apa kok, Om. Biar Ferdi bantu cari lagi sekarang.” Ketika mendengar sahutan dari lelaki berkepala hampir gundul itu, Debby tak bisa mencegah dirinya untuk tidak menggeram sengit. “Dasar gundul nggak tahu diri! Sudah diusir masih aja kepala batu! Sadar nggak sih kalau kamu lagi diusir sama Papi?” “Sudah, gak perlu, Nak Ferdi. Gak apa-apa.” Suara sang papi kembali terdengar dari dalam rumah. Masih dalam keadaan geram, Debby memutuskan untuk menunjukkan batang hidungnya sekarang. “Aku pulang,” sapa Debby di ambang pintu dengan sedikit ketus. Dari tempatnya berdiri, Debby bisa langsung melihat punggung sang papi. Jadi, ia memandang berkeliling hanya untuk menatap sekilas pada Ferdi dan sang mami. Tatapannya kembali jatuh pada sang papi yang sudah berbalik. “Aku pulang, Pi. Maaf sudah menyusahkan,” ucap Debby dengan lebih lembut. &ldqu
Read more

BAB 73 ~ BUKAN PELAKOR

Detik berikutnya, Debby mendengar teriakan si wanita di ujung sambungan meski suaranya terdengar jauh dari ponsel. “Koko, ada yang telepon!” Debby tahu kalau ada yang menjawab seruan itu di ujung sana, tetapi ia tidak bisa menangkap dengan jelas jawaban apa yang dilontarkan oleh orang itu. Tak lama kemudian, suara si wanita kembali terdengar di telinga Debby. “Perempuan! Namanya di sini Bebi. Siapa sih, Ko? Pakai gambar hati segala.” Tiba-tiba indra pendengaran Debby menangkap suara yang tidak asing lagi. “Ck! Jangan usil, Chen! Sini ponselnya! Sudah sana!” “Aww!” Debby bisa mendengar dengan jelas teriak kesakitan dari wanita itu. “Ya ampun, Koko! Sakit, tahu!” “Ssst!” Suara maskulin kembali terdengar. Tiba-tiba satu pemikiran muncul di otak Debby. Matanya membeliak. “Oh, astaga!” seru Debby seray
Read more

BAB 74 ~ BERGUMUL

Warning!! Mengandung adegan kekerasan. Bagi yang tidak nyaman dengan adegan tersebut bisa di-skip saja. ***** Entah berapa lama Debby tertidur, tetapi ketika terbangun, kamarnya dalam keadaan gelap gulita. “Astaga! Gelap banget!” Debby mengerjap-ngerjapkan matanya. Ia kemudian bangkit duduk. Namun, rasa sakit langsung mendera kepalanya. Debby mengerang dan kembali melemparkan tubuhnya ke belakang. Gerakan Debby yang tiba-tiba membuat kepalanya semakin sakit. Bibir Debby kembali mendesiskan erangan. Sambil memijat-mijat pelipisnya, Debby bergumam, “Apa aku tadi nggak menyalakan lampu tidur, ya? Apa mati lampu?” Dengan tangannya yang lain, Debby mulai meraba-raba sekitarnya. “Mana ponselku, ya? Jam berapa sih sekarang?” Setelah mengumpulkan memori, Debby baru teringat kalau dirinya meletakkan ponsel di atas nakas sebelum tidur. Kepalanya menoleh ke
Read more

BAB 75 ~ KALANG KABUT

“Astaga! Debby!” seru Fanny begitu melewati pintu pagar dan melihat sahabatnya menggelongsor ke lantai. Beruntung Fanny berhasil menangkap tubuh Debby yang lunglai sebelum kepalanya menyentuh lantai, hanya saja berat tubuh Debby dan gravitasi bumi membuat Fanny juga ikut jatuh berlutut. “Aduh!” pekik Fanny kesakitan. Lututnya menghantam lantai berbatu koral sikat dengan cukup keras. Sambil meringis kesakitan, Fanny berusaha memosisikan tubuhnya supaya lebih nyaman menopang Debby meski ia harus duduk di lantai. Beruntung mobil Debby berada di sisi sebelah sana sehingga masih ada area kosong. Fanny segera memeriksa keadaan Debby. Ia terkesiap ketika tangannya meraba wajah bulat telur di hadapannya. “Ya ampun, Deb! Kamu panas banget! Duh, gimana ini?” seru Fanny dengan panik. Fanny menepuk-nepuk pelan wajah Debby supaya tersadar. Namun, Debby tetap bergeming. “D
Read more

BAB 76 ~ MASIH KETAR-KETIR

William langsung mengambil alih baskom dari tangan Fanny dan meletakkannya di atas meja tamu. Tangannya dengan cekatan memeras handuk kecil yang langsung ditempelkan di kening Debby. “Dikompres dulu, ya, Deb, sambil nunggu dokter.” Debby yang sudah memejamkan mata lagi hanya mengerang sebagai jawaban. William kembali bertanya sembari tangannya mengusap-usap rambut Debby. “Apa yang kamu rasakan sekarang?” “Engh ... dingin,” bisik Debby di sela-sela rintihannya. “Dingin?” ulang William. Lelaki itu langsung menoleh ke arah Fanny. “Apa Debby mau dipindah ke kamar aja?” “Aduh! Sebentar, Ko, sepreinya aku ganti dulu deh. Tadi kayaknya basah waktu aku rapikan.” “Ya, sudah. Kalau gitu, tolong ambilkan selimut dulu aja. Yang tipis aja gak apa-apa, Fan.” Dalam sekejap, Fanny menghilang
Read more

BAB 77 ~ TETAP SINGA BETINA

Suara langkah kaki setengah berlari terdengar hingga ke dalam rumah. Sesaat kemudian, Leon muncul di ambang pintu. Kedua tangannya menenteng tas belanjaan yang langsung diambil alih oleh Fanny dengan sigap.“Trims, Bro!” ucap William ikut bangkit dari sofa. Langkah kakinya dengan cepat membawanya ke dalam kamar Debby.William mengguncang pelan bahu Debby. Saat tidak ada reaksi, William mencondongkan tubuhnya ke dekat telinga Debby. “Baby, bangun dulu,” bujuk William dengan suara lirih.William mengguncang Debby sekali lagi dengan lebih keras. Kali ini, Debby memberikan reaksi dengan melenguh sebelum akhirnya menggerakkan kelopak matanya pelan-pelan. “Bangun dulu, Baby,” ucap William lagi seraya mengangkat kepala wanita itu dan menumpuk dua bantal sekaligus di kepala ranjang dengan posisi berdiri.“Ayo, isi perutmu dulu, habis itu minum obat. Oke?” William berbicara sembari mengangkat tubuh Debby agar bisa duduk bersandar di kepala ranjang.Lagi-lagi Debby hanya mengerang lirih sebagai
Read more

BAB 78 ~ CEMBURU

Di ruang tamu, Chen-Chen sudah bersiap untuk pulang. Saat melihat Leon, William langsung berkata, “Tolong antar Chen-Chen pulang, ya. Gak apa-apa, ‘kan?”“Nggak apa-apalah! Lagian aku juga mau pamit pulang. Keadaan sudah aman terkendali, ‘kan? Oh, ya. Nih!”William mengangguk-angguk seraya menerima black card-nya kembali. Tangannya lantas menepuk-nepuk bahu Leon. “Sekali lagi, trims, Bro. Aku utang banyak sama kamu hari ini.”“Nggak usah ngomong kayak gitu. Tersinggung aku nanti. Kayak sama orang lain aja.” Leon balas menepuk punggung William sebelum beranjak menuju pintu. Namun, lelaki itu kembali berbalik setelah dua langkah. “Eh, aku belum pamit sama Debby.”“Sudah, gak usah. Nanti biar aku aja yang pamitkan gak apa-apa. Tuh, Chen-Chen sudah menunggu.”Leon langsung memicingkan mata. Kepalanya menggeleng-geleng sedetik kemudian. “Dasar! Kamu ini! Oke, oke. Koko pulang dulu, ya, Fan.” Kalimat terakhir ditujukan pada Fanny yang berdiri diam sedari tadi.“Iya. Makasih banyak, ya, Ko. M
Read more

BAB 79 ~ ANJING DAN KUCING

Belum sempat Debby menyahut, terdengar ketukan di pintu. William menoleh dan melihat Fanny tengah berdiri di ambang pintu dengan senyum kecil menghias wajahnya. “Ada apa, Fan?” tanya William tak merasa terganggu. Fanny melangkah ke dalam kamar. “Obrolan kalian kayaknya seru banget ….” “Nggak usah ikut nimbrung yang bikin tambah panas, Fan!” Debby memotong perkataan Fanny dengan cepat. Wajahnya masih ditekuk. “Ya ampun, Deb! Aku itu mau belain kamu malah kena semprot. Gimana sih?” Bibir Fanny ikutan mengerucut maju saat berbicara dengan Debby. Namun, saat menghadap William, seulas senyum kembali muncul di wajah perseginya. “Maaf, Ko, bukannya mau mengganggu obrolan kalian, ehm, tapi … mungkin lebih baik dilanjutkan besok lagi kali, ya? Biar Debby bisa istirahat. Nggak apa-apa ‘kan, Ko?” Ketika William tengah menunduk untuk melihat jam tangannya, indra pendengarannya kembali menangkap suara Debby yang dongkol. “Baguslah, Fan! Usir aja laki-laki ini.” William tak bisa menghentikan
Read more

BAB 80 ~ GANGGUAN

Selang sehari setelah Debby memblokir nomor Ferdinand, sang mami menghubunginya dan memberikan ultimatum pada Debby.“Kenapa nomor Ferdi diblokir?” tuntut sang mami begitu Debby menerima panggilan telepon. “Memangnya dia berbuat apa sampai kamu harus memblokir nomornya, ha?”“Hah! Dasar anak mami! Bisanya cuma mengadu!” gerutu Debby dengan lirih.“Apa kamu bilang?”“Dasar pengadu! Laki-laki macam apa bisanya kayak gitu?” cela Debby yang sudah tidak tahan lagi mendengar nama laki-laki itu.“Jaga bicaramu! Jangan sembarangan menuduh! Bukan Ferdi yang mengadu, tapi Mami yang mendesak anak itu. Tadinya dia sudah gak mau bilang.”“Memangnya apa yang Mami lihat dari orang itu sih? Kelakuan sama tampangnya nggak ada bagus-bagusnya juga kok. Heran!”“Jangan tambah kurang ajar, Debby! Gak ada bagus-bagusnya gimana? Dia sopan dan perhatian kok. Dia selalu menghormati Mami. Dia juga sayang sama maminya, Tante Lana. Kalau yang seperti itu kamu bilang gak bagus terus kamu maunya yang seperti apa, h
Read more
PREV
1
...
678910
...
19
DMCA.com Protection Status