Semua Bab Wanita Incaran CEO Arogan: Bab 51 - Bab 60

187 Bab

BAB 51 ~ HENGKANG

Debby berusaha keras untuk bersabar dan menahan kemarahan. Namun, dalam hati ia sudah menjerit kesal. ‘Argh! Selalu aja memaksakan kehendak!’ “Kalau aku nggak mau?” tantang Debby dengan dagu terangkat. Kedua lengannya dilipat di depan dada. “Debby!” panggil Papi tegas. Tatapan tajam lelaki berumur itu mengarah pada lengan Debby lalu beralih ke wajahnya dan kembali lagi menatap ke bawah. Lagi-lagi Debby mengembuskan napas. Namun, diturunkannya juga kedua lengannya ke atas pangkuan. Postur tubuhnya yang semula duduk dengan kaku pun ikut melemas. “Maaf, Pi.” “Jangan sama Papi,” tolak Gunawan yang kembali melembut. “Maaf, Mi. Tapi aku benar-benar nggak mau kenalan sama orang asing atau bahkan dijodoh-jodohkan,” protes Debby. “Buat apa sih, Mi? Kalau aku mau aku bakal cari sendiri.” 
Baca selengkapnya

BAB 52 ~ MENGADU

Debby tak menghiraukan rasa ingin tahu sang asisten rumah tangga. Ia terus saja berjalan menuju pintu utama. “Maafkan aku, Bi. Aku nggak mau bohong sama Bi Siti,” gumam Debby sembari menutup pintu depan. Tak lama kemudian, Debby sudah melajukan mobil kesayangannya menjauhi rumah orang tuanya. Beruntung rute yang harus ia tempuh berbeda arah dengan gereja yang sedang dikunjungi oleh orang tuanya. Debby merasa santai, toh ia memang tidak sedang terburu-buru. Selagi berada di Kota Kembang ini, Debby memutuskan untuk sekalian bernostalgia sejenak ke masa-masa ketika tengah mengenyam pendidikan di salah satu perguruan tinggi negeri di kota ini. Debby melajukan kendaraannya ke daerah kos-kosan yang dahulu ia tempati bersama dengan Fanny. Banyak kenangan yang terpatri di sana karena dari tempat itulah persahabatan Debby dan Fanny dimulai. “Hmm, sudah banyak yang berubah,” gumam Debby seraya melajukan ken
Baca selengkapnya

BAB 53 ~ BAYANGAN MENGEJUTKAN

Debby menunduk dan menutup mulutnya dengan satu tangan. Tubuhnya lama-lama berguncang dengan keras. Tak kuat berdiri, Debby akhirnya menjatuhkan tubuh hingga berjongkok. Ia meluapkan semua amarah, kekecewaan, dan sakit hati pada sang mami lewat air mata. Dengan menggigit punggung tangan, Debby berusaha meredam isak tangisnya. Dadanya terasa sesak dan napasnya tersengal-sengal. Sesekali, Debby bahkan sampai membuka mulutnya untuk meraup oksigen banyak-banyak. Setelah puas menumpahkan kekesalan hati, Debby mulai berusaha menguasai diri. Tubuhnya tidak lagi berguncang-guncang. Isak tangisnya juga sudah berganti menjadi sesenggukan kecil. Cairan bening yang menganak sungai di wajah sudah semakin berkurang. Jejak-jejaknya pun sudah dibersihkan. Tampak di samping kanan Debby, seonggok tisu bekas pakai yang wujudnya sudah tak beraturan. Kini, Debby sudah duduk bersila di depan batu nisan. Ia tak peduli jika pak
Baca selengkapnya

BAB 54 ~ SERANGAN PANIK

Tak ingin memperpanjang otaknya berkelana tentang pria itu, Debby segera menggerakkan roda kemudi meninggalkan tanah lapang. Ketika sedang memundurkan mobilnya, Debby baru teringat sesuatu. Ia menyadari kalau kedua mobil SUV hitam dan sedan putih yang tadi pagi sudah berada di tanah lapang sebelum dirinya tiba sekarang sudah tidak tampak. “Oh, astaga! Apa tadi ada yang dengar suara tangisanku? Duh, moga-moga aja sih nggaklah, ya,” harap Debby sambil terus menggerakkan roda kemudi. “Tapi … kalau ada yang dengar juga, ya, bodoh amatlah!” putus Debby kemudian. Sebelum memasuki jalan beraspal, Debby menoleh ke belakang sebentar dan bergumam, “Aku pulang dulu, Tante.” Namun, alih-alih langsung melarikan mobilnya ke rumah, Debby justru membelokkan kendaraan SUV-nya ke salah satu mal di ibu kota. Selain untuk mengisi perut, ia juga berniat untuk menghabiskan waktu
Baca selengkapnya

BAB 55 ~ SUTET

Kelegaan sekonyong-konyong membanjiri hati Debby begitu mendengar suara yang sudah sangat dikenalnya dengan baik. Untuk sesaat tadi, ia mengira kalau dirinya sudah gegabah menerima panggilan telepon. Ia tidak sempat memperhatikan siapa yang meneleponnya. Kali ini, Debby tidak keberatan dengan mulut Fanny yang bawel. Ia jadi bisa mengatur napasnya lebih dahulu supaya emosinya mereda. Sembari menyimak pertanyaan Fanny, Debby kembali memejamkan mata sejenak. Kedua sikunya kembali bertumpu pada meja rias. Tangannya yang bebas memijit-mijit pangkal hidungnya dengan ibu jari dan jari telunjuk. “Deb?” panggil Fanny dengan tidak sabar. “Ya, aku masih di sini.” “Kamu baik-baik aja, ‘kan? Kenapa lesu? Ada masalah apa?” “Hmm,” jawab Debby dengan enggan, “biasalah.” “Tengkar lagi sama Tante Lily?&rdq
Baca selengkapnya

BAB 56 ~ TERBAKAR

Debby menimbang-nimbang sejenak apakah mau langsung menelepon William saja atau mengkonfrontasi lelaki itu melalui pesan percakapan. Akhirnya, pilihan jatuh pada opsi pertama. Lagi-lagi Debby mengambil napas panjang sebelum menyentuh ikon telepon pada layar ponsel. “Hai, Debby,” sahut William dengan riang. ‘Astaga! Langsung dijawab! Baru juga dering pertama kayaknya. Memangnya dia lagi pegang ponsel?’ “Wah, senang banget akhirnya Debby mau menghubungiku!” “Maaf, Pak, jangan keburu senang dulu! Saya menelepon Bapak bukan buat menyapa Bapak kok!” timpal Debby dengan perasaan dongkol mendengar nada riang dari seberang telepon. “Oh? Lantas?” “Dengan segala hormat, Pak, saya cuma mau minta sama Bapak supaya jangan menguntit saya lagi.” “Eh? Menguntit?” tanya Wi
Baca selengkapnya

BAB 57 ~ SOSOK TAK KASATMATA

William hanya diam saja sembari mengelap keringat di wajah dan lengan. Ia menggunakan bandana tipis warna biru tua untuk menahan rambut bagian depannya yang biasanya jatuh menutupi sebagian keningnya. Kaus olahraga yang dikenakannya juga sebagian sudah berubah warna menjadi lebih gelap. “Gila, ya!” seru Leon ketika tidak mendapatkan respons apa-apa dari William. “Sudah dipanggil mendadak, main juga diserang habis-habisan! Ampun!” gerutu Leon tanpa jeda. “Nggak kasih kesempatan buat ambil napas lagi!” “Lawanlah kalau gitu! Jangan melempem! Ayo!” ajak William sembari meletakkan handuk kecil di atas tas olahraga warna biru dongker dengan kombinasi putih. “Astaga! Harus secepat ini?” sungut Leon. Namun, diturutinya juga permintaan William. Meskipun lelaki berdagu belah itu berhasil mengalahkan Leon pada ronde pertama, tetapi William masih merasa
Baca selengkapnya

BAB 58 ~ BUKAN KENANGAN MANIS

“Ini untukmu.” “Apa ini, Ko?” “Lihatlah sendiri!” “Wah! Cantik banget, Ko! Lucu-lucu!” “Kau suka?” tanya seorang pemuda pada seorang gadis muda dengan pita merah di rambutnya. “Kudengar kau suka sekali jepit rambut.” Gadis itu tersenyum lebar sambil mengangguk-angguk dengan penuh semangat. “Suka banget, Ko! Makasih banyak! Koko tahu dari siapa kalau aku suka jepit rambut? Wah, koleksiku jadi bertambah sekarang! Teman-teman pasti bakal iri!” Senyum gadis itu berubah menjadi tawa. Si pemuda ikut tertawa lepas. “Kau ini, baru juga dikasih hadiah seperti itu sudah kegirangan.” Lengan bertato terulur ke atas dan mengusap-usap puncak kepala gadis berpita merah itu. Gadis itu tak menampik dan kembali menunduk menatap hadiah yang baru saja diterimanya. Satu set jepit rambut berjumlah dua belas buah, berbentuk kuku-kupu dengan warna-warni cerah. Sayap kupu-kupu yang bergliter itu dihubungkan ke bagian badan dengan menggunakan per kecil-kecil, membuat sayap-sayap itu bisa bergoyang-goyang
Baca selengkapnya

BAB 59 ~ GAGAL TOTAL

Debby kembali ke rumah dengan perasaan kacau. Niat hati ingin mengembalikan suasana hati yang muram malah kembali dalam keadaan yang tidak lebih baik dari saat berangkat. Bahkan mungkin lebih buruk. Debby menggeram kesal. “Ya, ampun! Ini sih namanya gagal total!” sungut Debby sembari menjatuhkan tas olahraga ke atas sofa di ruang duduk. Tubuhnya menyusul dihempaskan di samping tas yang memiliki dua kompartemen utama itu. “Hah, sekarang aku harus apa?” Salah satu tangan mengusap-usap keningnya dan berakhir memegang puncak kepala dengan rambut yang masih basah. Setelah berdiam diri sejenak, Debby akhirnya bangkit dari sofa sembari menyambar tas olahraga menuju pintu belakang untuk mengeluarkan isi tas. Niatnya tak mau mengingat-ingat peristiwa memalukan yang terjadi di kolam renang dengan menyibukkan diri di ruang cuci. Namun, melihat pakaian basah yang dikeluarkan dari kompartemen khusus untuk barang-barang basah justr
Baca selengkapnya

BAB 60 ~ USIL

“Ya, ini. Kamu ajak makan siang, tapi dadakan. Hmm ... kalau diingat-ingat lagi, kayaknya kamu belum pernah deh kasih usul apa gitu, tapi mendadak kayak gini. Biasa kan aku yang suka bikin acara dadakan. Kalau kamu, pasti selalu direncana dulu. Kenapa kali ini beda?” cerocos Fanny. “Tunggu dulu ...! Kamu baik-baik aja ‘kan, Deb?” Debby yang mendengarkan penuturan Fanny juga merasa terkesiap. Ia seperti baru disadarkan dari sesuatu. ‘Benar juga! Selama ini aku selalu terencana, tapi belakangan ini kayaknya banyak yang kacau deh.’ Debby hanya bisa mendesah. “Ada apa?” tanya Fanny dengan khawatir. “Oh! Apa kamu tengkar lagi sama Tante Lily? Aduh, gimana ini? Aku ke tempatmu aja, ya? Kamu di rumah, ‘kan? Tunggu sebentar, ya. Aku kasih tahu Ko Steven dulu.” “Nggak usah, Fan! Kamu nggak perlu sampai segitunya! Lagian aku juga bukan bertengkar sama Ma
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
19
DMCA.com Protection Status