Semua Bab Wanita Incaran CEO Arogan: Bab 81 - Bab 90

187 Bab

BAB 81 ~ BUCIN AKUT

William sudah tidak sabar ingin segera sampai di rumah Debby. Sudah beberapa hari ini mereka tidak bertatap muka secara langsung. Meskipun komunikasi melalui pesan percakapan maupun panggilan telepon tetap terjalin, William tidak pernah merasa puas. “Aku sudah sangat merindukanmu, Baby,” ucap William seraya tangannya memegang roda kemudi. Sejak Debby sembuh dari sakit, wanita itu sudah sedikit melunak. Komunikasi di antara mereka sudah lebih baik dari sebelumnya meskipun tetap saja diwarnai dengan argumen dan perdebatan. William selalu tersenyum setiap kali mengingat interaksi mereka. Beberapa kali, lelaki itu menyambangi rumah Debby meski wanita itu sudah melarang sebelumnya. Kalau ia tiba-tiba sudah muncul di depan rumah wanita itu, sang desainer grafis memang selalu mempersilakan William untuk masuk. Namun, William hampir yakin kalau Debby melakukannya dengan setengah hati. Ia juga menyadari, entah disengaja atau tidak, setiap kali ada kesempatan wanita itu selalu berusaha menent
Baca selengkapnya

BAB 82 ~ OBJEK BURUAN

William tertegun sejenak. Mata sipitnya melebar dan senyum cerah langsung mengembang di wajahnya. “Maksudmu, kamu sengaja bikin kukis ini buatku? Menurut seleraku? Kamu mengingat pesanku kalau aku gak suka makanan yang terlalu manis?”   Debby mengiyakan, tetapi tetap dengan raut cemberut. Hati William langsung berbunga-bunga. Ujung-ujung bibirnya sudah membelah wajahnya dari telinga kiri hingga telinga kanan. Tak masalah jika Debby berekspresi seperti itu. Wanita itu justru semakin terlihat menggemaskan di mata William.   “Ya ampun, Baby!” seru William kemudian. Suaranya sarat kegembiraan. Lagi-lagi ia mendapat kejutan malam ini. “Kalau kamu seperti ini terus kan, aku jadi makin cin … eh, sayang sama kamu.” William lalu memasukkan sisa biskuit yang ada di tangannya ke dalam mulut. “Kamu gak akan kulepas,” ucapnya lagi, bahkan sebelum mulutnya kosong.   Debby malah berdecak. Cemberutnya semakin bertambah. William
Baca selengkapnya

BAB 83 ~ RAYUAN MAUT

“Jangan mengubah topik pembicaraan, Baby!” William meraih tangan wanita itu dan mengguncangnya pelan. “Ah, dan aku gak mau tambah apa-apa. Aku maunya kamu. Duduklah lagi, Baby,” pinta William dengan lembut. Debby lagi-lagi mengembuskan napas panjang dan kembali duduk. “Maaf, aku nggak mau bahas soal ini maupun orang itu! Bisa ganti topik aja, Pak?” Debby meminta dengan tatapan sendu. Hati William lagi-lagi tertohok mendengar permintaan dan melihat wanita yang disayanginya seperti itu. “Baiklah, tapi tolong jawab dulu pertanyaanku dengan jujur. Apa orang ini sudah menyakitimu?” Kepala Debby menoleh menatap William. “Kenapa memangnya, Pak?” William menggeleng sekali. “Jawab aja. Please?” Wanita itu kembali memalingkan wajahnya. Setelah menunggu beberapa saat, barulah terdengar suara lirih dari bibir Debby. “Bukan secara fisik.” William langsung memejamkan mata dan mengembuskan napas. Hatinya menggelegak mengetahui wanita yang disayanginya merasa tersakiti. Tinjunya terkepal erat di
Baca selengkapnya

BAB 84 ~ YANG TERLUPAKAN

Sudah lebih dari seminggu, William masih belum berhasil membujuk Debby untuk menjadwalkan ulang rencana makan bersama mereka. Setiap kali William menyinggungnya, wanita itu selalu mengelak atau mengubah topik pembicaraan. Berkali-kali, ia jadi menyalahkan diri sendiri karena sudah gegabah dalam berbicara dengan wanita itu.   Setelah berinteraksi secara langsung beberapa kali, lelaki berkulit kuning langsat itu kini sudah mulai lebih memahami sang desainer grafis. Namun, entah kenapa, setiap kali bersinggungan dengan wanita itu, William tidak bisa menyaring kata-kata yang keluar dari mulutnya supaya tidak menyulut emosi wanita itu.   William jadi teringat lagi pada percakapan mereka dua malam sebelumnya setelah ia kembali gagal membujuk Debby.   “Maaf, Baby, kalau kemarin aku sudah menyinggungmu. Tapi semua perkataanku selama ini itu serius, termasuk tentang pikiranku yang buatmu mungkin terlalu jauh ke depan. Ga
Baca selengkapnya

BAB 85 ~ BUKAN KENCAN

William membalik kertas biru seukuran kartu nama itu dan mendapati tulisan tangan yang rapi tertera di sana. Saat William membaca tulisan tersebut, netra sipitnya seketika membeliak. Tawa gembira kembali terdengar tak lama kemudian.   “Ya ampun, Baby! Kamu benar-benar penuh kejutan!” seru William kegirangan.   Sambil memeluk isi paket di tangan kiri, dibacanya lagi dan lagi tulisan tangan yang tersusun rapi itu hingga beberapa kali seolah William tidak pernah puas membacanya. Setelah beberapa kali membaca, tiba-tiba William menyadari sesuatu. “Eh … tanggal ini!”   Lelaki itu langsung menghitung mundur dalam hati. Ketika William sampai pada kesimpulan, ledakan kebahagiaan langsung memenuhi hatinya. Ia tertawa lepas. Rasanya ingin memeluk wanita itu saat ini juga, tetapi keadaan tidak memungkinkan.   William mencoba menghubungi wanita itu lagi. Sayangnya, panggilan teleponnya masih belum diter
Baca selengkapnya

BAB 86 ~ CALON MANTU KESAYANGAN

Setelah membuat janji dengan William, Debby meneruskan kegiatannya membereskan barang-barang bawaannya. Suara ketukan di pintu disusul dengan munculnya kepala sang papi dari balik pintu tak menghentikan gerakan Debby. Wanita itu hanya mendongak sambil tersenyum. “Belum selesai?” tanya sang papi sambil melangkah ke dalam kamar. “Belum, Pi.” “Pakaianmu kenapa gak kamu tinggal saja di sini sebagian kalau kamu berencana balik tiap minggu? Minggu depan kamu bawa baju ganti agak banyak sekalian. Jadi, gak bolak-balik selalu bawa,” saran Gunawan seraya duduk di tepi pembaringan. “Ya, Pi. Rencanaku juga gitu.” “Kenapa gak pulang agak sorean saja? Matahari sudah gak panas banget, ‘kan kalau sore?” “Nanti malam aku ada janji sama teman, Pi. Kalau kesorean, nanti buru-buru.” 
Baca selengkapnya

BAB 87 ~ DIAM-DIAM PERHATIAN

“Sudah berangkat, Baby?”   “Baru mau jalan, Pak.”   “Oke, hati-hati kalau gitu. Aku sudah di jalan ini.”   “Ya, Pak. Bapak juga hati-hati. Sampai ketemu di sana.”   “Siap, Baby.”   Sepanjang jalan—oh, lebih tepatnya sejak menerima paket dan membaca memo kemarin, raut bahagia senantiasa terpancar pada wajah William. Senyumnya sebentar-sebentar muncul setiap kali William mengingat wanita itu atau apa yang sudah wanita itu lakukan untuknya.   Sejak kemarin, lelaki berdagu belah itu sudah tidak sabar untuk segera bertemu dengan sang pujaan hati, apalagi ia tidak mendapat kabar apa-apa hingga siang tadi selain pesan balasan yang dikirim wanita itu kemarin sore. Pesan balasan darinya pun tidak dibalas lagi, hanya dibaca meski itu setelah beberapa jam kemudian. Proyek kecil yang sedang ia tangani pun masih berkaitan dengan sang desainer grafis. Jad
Baca selengkapnya

BAB 88 ~ MULAI TERBUKA

Obrolan Debby dan William kembali berlanjut setelah pesanan dicatat oleh pramusaji. William banyak bertanya soal kunjungan Debby ke rumah orang tuanya belakangan ini. Ia jadi tahu kalau Debby sekarang tengah mempelajari bisnis yang dijalankan oleh papinya. Bidang usaha yang jauh berbeda dengan pekerjaan yang sekarang ini digeluti oleh wanita itu.   William bahkan sampai menawarkan diri untuk membantu Debby jika wanita itu merasa kesulitan. Ia ingin memberi dukungan dan membagikan pengalamannya sendiri saat belajar bisnis, bidang yang juga jauh berbeda dengan ilmu yang dipelajarinya saat duduk di bangku kuliah strata satu.   “Makasih buat tawaran bantuannya, Pak, tapi kayaknya sih nggak perlu,” tolak Debby.   “Ya, gak harus sekarang gak apa-apa. Siapa tahu suatu saat nanti kamu ternyata mengalami kesulitan atau ada yang gak kamu pahami, bilang aja. Kalau aku tahu, pasti aku bantu.”   “Ya, ya. Sekali l
Baca selengkapnya

BAB 89 ~ TAK SELICIN BELUT

Debby terlihat memutar bola matanya. “Mau ke kasir dululah, Pak. Masa langsung pulang, nggak dibayar dulu. Nanti dicegat satpam apa nggak malu?” William terkekeh. “Sudah, gak perlu! Semuanya sudah dimasukkan ke tagihanku kok.” William akhirnya bangkit berdiri. “Ayo!” “Lo? Kok jadi Bapak yang bayar sih? ‘Kan aku yang mau bayar utang, kenapa jadi Bapak yang bayar?” “Sudah, gak apa-apa. Kamu akhirnya mau makan bareng aku aja itu sudah kuanggap cukup sebagai bayaran. Jadi pulang, gak?” William bertanya karena keduanya hanya berdiri saja di sisi meja tanpa ada yang melangkah. “Ck! Utangku kan malah jadi tambah banyak nih! Gimana sih, Pak?” gerundel Debby dengan wajah cemberut, tetapi digerakkannya juga kakinya menjauhi meja. “Sudah! Kamu gak punya utang apa-apa lagi kok! Please, jangan bahas itu lagi, ya!” William langsung menyejajarkan langkah di samping wanita itu. Rasanya ingin menggandeng tangan wanita itu, tetapi lagi-lagi William harus menahan diri. “Kenapa sih tadi gak mau dij
Baca selengkapnya

BAB 90 ~ PANGERAN KUDA PUTIH

Debby baru saja menutup pintu mobil ketika indra pendengarannya menangkap suara maskulin memanggil namanya. Buru-buru ia berbalik dan netranya langsung membola saat melihat sosok di hadapannya.   “Kamu? Ngapain kamu di sini? Kenapa juga masih di sini? Mamiku bilang kamu sudah mau pergi? Apa kamu bohong sama Mami?” cecar Debby.   “Hah! Harusnya aku yang tanya! Dari mana kamu? Aku menunggumu sejak tadi, tahu! Berikan ponselmu!” Begitu berada di hadapan Debby, sosok pria itu langsung menarik tas tangan Debby. Namun, tangan yang terulur itu langsung ditampar oleh wanita itu.   “Jangan kurang ajar, ya!” bentak Debby. “Buat apa minta ponselku?”   Sayangnya, pria berambut cepak itu tak mengindahkan seruan Debby dan lagi-lagi tangannya terulur ke depan. Kali ini, bahkan mencengkeram pergelangan tangan Debby. “Ck! Aku sudah hilang kesabaran dengan tingkahmu yang memblokir nomorku! Ayo, masuk! Buruan buka paga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
19
DMCA.com Protection Status