Home / CEO / Wanita Incaran CEO Arogan / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Wanita Incaran CEO Arogan: Chapter 101 - Chapter 110

188 Chapters

BAB 101 ~ BUKAN CINTA MONYET

“Tebakan Papi betul. Aku dulu menyukainya, Pi. Sangat-sangat menyukainya. Dia juga selalu baik sama Debby. Papi ingat jepit rambut kupu-kupu yang ada satu set itu? Itu pemberian darinya. Tapi … satu saat, tiba-tiba dia menghilang.” Debby langsung menunduk.   Gunawan semakin curiga. “Jangan bilang kalau gara-gara kejadian itu, kamu jadi takut berpacaran.”   Debby kembali menghela napas. “Kurang lebih memang kayak gitu, Pi.”   “Astaga! Papi pikir cuma cinta monyet. Waktu itu, kamu memang sering nangis, tapi karena lambat laun kamu kembali ceria, Papi pikir kamu sudah melupakannya.”   Debby menggeleng dengan pelan.   “Ya, Tuhan! Jadi, gara-gara itu juga sampai kamu gak mau menikah? Dan sekarang ini, kamu juga lagi ketakutan kalau kejadian itu terulang lagi?”   Debby lagi-lagi hanya mengangguk.   “Ya, Tuhan!”   Keheningan
Read more

BAB 102 ~ KEPIK OH KEPIK

William tengah duduk di ruang kerjanya di apartemen pribadinya. Punggung dan kepalanya bersandar dengan santai di sandaran kursi. Salah satu tangannya tengah memegang ponsel yang diangkat cukup tinggi di atas kepala.    Tangannya yang lain memeluk ringan sebuah guling yang diletakkan di atas tubuhnya. Sebuah guling ukuran standar berwarna kuning dan oranye dengan salah satu ujungnya berbentuk kepala singa yang tampak imut. Bagian kepalanya berada di atas dada William, sedangkan ujung yang lain dijepit di antara kedua pahanya.   Meskipun tubuhnya santai, tidak demikian halnya dengan raut mukanya. Kerutan menghiasi wajah tampannya di antara kedua alisnya. Tatapannya juga terarah lurus pada ponselnya.   “Kamu kenapa, Baby? Kenapa aku merasa kalau kamu lagi menghindariku lagi? Rasanya seperti kembali ke awal lagi.”   William mengembuskan napas panjang. Tangan yang memeluk guling mengusap-us
Read more

BAB 103 ~ UNGKAPAN HATI

Suara terbahak-bahak yang sangat keras langsung terdengar begitu William menunduk ke bawah. Debby semakin sebal mendengarnya, apalagi layar ponselnya sesekali menampilkan sekelebat dada telanjang lelaki itu.   Debby akhirnya hanya diam menunggu dengan bibir mengerucut dan wajah dijauhkan dari ponsel. Untung Debby tak perlu menunggu lama sebelum suara terbahak-bahak itu menghilang dalam sekejap dan berganti menjadi suara panik bercampur suara napas yang memburu.   “Baby? Baby, kamu di mana? Kok menghilang?”   “Gara-gara siapa?” sahut Debby masih sedikit sebal. Kepalanya menoleh ke arah ponsel yang diletakkan di atas matras. Debby sendiri dalam posisi setengah berbaring dengan telapak kaki masih menjejak bumi.   “Sudah pakai baju belum?” tanya Debby lagi untuk memastikan sebelum meraih ponsel.   “Kepiknya sudah kabur. Kamu gak usah khawatir lagi,” timpal William s
Read more

BAB 104 ~ TIDAK DIPERCAYA

“Hah! Aku memang nggak respek sama dia kok, Mi! Aku nggak mau sama Ferdi! Jadi, Mami nggak usah repot-repot menjodoh-jodohkan kami lagi.” “Kamu ini ...!” “Sudah, Mi,” potong Gunawan. “Sekali-sekali, dengarkan kemauan anak apa salahnya sih? Lagian kalau anaknya gak mau, ya, jangan dipaksa. Yang bakal menjalani itu mereka bukan kita. Kita punya urusan sendiri nanti. Ya, ‘kan?” Debby lagi-lagi terperangah melihat sang papi kembali merayu maminya. Kedua alis Gunawan naik turun. Namun, saat tangan sang papi hendak meraih tangan maminya, Liliana justru menepuk keras punggung tangan Gunawan. “Papi ini! Jangan genit! Ingat umur, Pi! Dan jangan selalu membela anakmu itu kenapa sih? Debby jadi melonjak, tahu!” protes Liliana. Netra Debby semakin membelalak mendengar nada suara sang mami yang kali ini terdengar lain dari biasanya. Indra pendengaran Debby menangkap nada merajuk sekaligus manja dalam suara sang mami. “Ha? Apa aku nggak salah dengar nih?” batin Debby terkesima. “Dia itu anakmu
Read more

BAB 105 ~ ANDAI KAU DI SINI

“Kamu kenapa, Baby?”Suara William yang khawatir menyadarkan Debby. Ia langsung menurunkan ponselnya sambil mendesah panjang. Tangannya yang bebas diletakkan di pinggang.“Baby?” Suara William kembali terdengar melalui speaker ponsel.“Sebentar, Pak,” sahut Debby tanpa mengangkat ponselnya.Debby memejamkan mata sejenak sembari mengatur napas dan melemaskan otot wajah. Lagi-lagi ia mengembuskan napas dan menampilkan senyum sebelum membawa ponsel kembali ke depan wajah.“Maaf, tadi ada gangguan. Ada apa, ya, Pak?” Suaranya pun dibuat seceria mungkin.“Harusnya aku yang tanya seperti itu, Baby. Kamu kenapa?” ulang William. “Dan jangan coba-coba bilang gak ada apa-apa, ya! Aku sudah lihat ekspresimu tadi.”Debby menggelembungkan pipi dan menundukkan kepala. Saat kepalanya kembali terangkat, senyum tipis tercetak di wajah. “Habis beda pendapat sama Mami,” sahut Debby seraya mengangkat salah satu bahu.“Hah! Itu terlalu mengecilkan situasi, Deb!” jerit Debby dalam hati.“Apa serius? Kelihat
Read more

BAB 106 ~ BISIKAN MAUT

Begitu sampai di hotel, William langsung menghubungi Debby lagi. Ada banyak pertanyaan yang menggelitik hatinya sejak dirinya muncul di rumah orang tua Debby. Senyum semringah tak kunjung sirna sejak William meninggalkan rumah besar bercat putih itu. “Baby, bolehkah aku berharap lebih?” tanya William begitu panggilan video diterima di ujung sana. “Ck!” Debby memutar bola matanya. “Bapak sudah sampai di hotel?” Mendengar pertanyaan tersebut membuat William meringis. Ia jadi malu pada Debby dan dirinya sendiri. “Ya ampun, Will! Jadi kelihatan banget ‘kan kalau kamu gak sabar!” rutuk William dalam hati. William berdeham. “Iya, barusan sampai. Hotelnya gak jauh-jauh amat kok dari rumah orang tuamu.” William kembali tersenyum. “Jadi, bagaimana? Pertanyaanku tadi belum dijawab, Baby,” tuntut William.&nbs
Read more

BAB 107 ~ HUJAN KEJUTAN

Hati William sudah melambung hingga entah ke langit yang ke berapa. Seandainya ada istilah yang melebihi langit ketujuh mungkin William akan menggunakan istilah itu.   Malam ini, ia baru saja kembali dari makan malam bersama dengan kekasihnya. Kekasihnya! William masih tidak percaya dengan status baru mereka saat ini meskipun hal tersebut bukanlah sesuatu yang aneh mengingat niatnya sejak awal mendekati wanita itu. Hanya saja, sejak pertemuan pertama mereka hingga kini, ia tetap saja masih tidak bisa menduga tindakan, respons maupun sikap wanita itu.   William tak bisa menghentikan senyum lebar yang terus menghias wajahnya setiap kali teringat pada wanita menggemaskan yang sudah mengaduk-aduk hatinya itu. Rasanya selalu ingin terus bersama wanita kesayangannya. Apalah daya status masih belum resmi.   “Kamu benar-benar selalu penuh kejutan, Baby!” komentar William selagi jari tangannya bergerak di atas layar pons
Read more

BAB 108 ~ PANGGILAN KESAYANGAN

Wanita di dalam layar ponsel tergelak. “Apa Koko cemburu?” “Jelas, Baby! Papi kamu aja bisa kucemburui, apalagi laki-laki lain!” Debby semakin tergelak. “Oh, ya ampun!” Tangan wanita itu mengusap kedua ekor matanya. “Kamu belum jawab pertanyaanku, Baby,” ujar William mengingatkan. Ia sangat penasaran dengan alasan pemilihan nama panggilan itu. “Kok bisa namaku berubah jadi Billy? Perasaan mamiku gak bikin bubur merah putih deh.” Debby kini tersenyum lebar dengan semburat merah muda yang kembali muncul di pipinya. William tak pernah bosan memandang wajah bulat telur itu. Ia sangat senang setiap kali melihat senyum maupun tawa Debby, apalagi jika ada rona merah yang menjalari pipi wanita itu. Ia selalu bersyukur dengan perubahan yang terjadi pada wanita yang dahulu selalu membangun tembok tinggi nan tebal itu. Kini, wanita itu bisa tersenyum bahkan tertawa dengan mudah seperti itu meskipun sifat tegas dan keras kepalanya tetap ada. “Baby,” gumam William dengan lembut, “aku harap ka
Read more

BAB 109 ~ JANJI MAKAN SIANG

Debby yang sudah mantap dengan keputusannya merasa lebih lega sekarang. Setelah mengobrol dengan sang papi, Debby menyadari jika ia sudah menyia-nyiakan hidupnya selama ini. Sekarang, ia ingin meraih masa depan dan kebahagiaan yang sudah ia abaikan itu. Bukan karena dorongan sang papi saja, tetapi dari lubuk hati Debby sendiri pun menginginkan hal tersebut. Hanya saja, dengan dukungan yang diberikan oleh Gunawan membuat Debby merasa lebih siap menghadapi segala kemungkinan, bahkan yang terburuk sekalipun. Itu sebabnya saat William bertanya di sela-sela makan malam mereka kemarin, apa status hubungan mereka sekarang, dengan tanpa ragu Debby pun memberikan jawabannya. Namun, sebelum menjawab, Debby malah balik bertanya, “Bapak sendiri maunya apa?” William langsung tertawa. “Astaga, Baby! Kamu masih pakai tanya segala? Kalau mauku, jelas istrilah! Tapi untuk sekarang ... &rdqu
Read more

BAB 110 ~ KENCAN

    Sudah hampir seminggu mereka menjadi sepasang kekasih. Memang masih terbilang baru, bahkan mau disebut baru seumur jagung pun itu masih berlebihan. Namun, bagi William, hubungan yang baru seujung kuku itu sudah banyak tantangan yang harus dihadapi.   William harus banyak menahan diri dan tetap memasang mode sabar setiap kali berhubungan dengan Debby. Meskipun sudah berstatus kekasih, Debby tidak serta-merta meluluskan semua keinginan William. Padahal, apa yang diminta William pun masih dalam batas kewajaran, bukan sesuatu yang sulit dilakukan, apalagi melanggar norma.   Lelaki itu mengerang frustrasi pada satu saat kemarin, pada kunjungannya ke rumah Debby yang kesekian kalinya sejak pertama kali ia menginjakkan kaki di rumah berukuran sedang itu. “Astaga! Ternyata ini gak segampang yang kukira!”   William lantas melirik Debby sambil tersenyum masam. “Koko pikir, Koko bisa mengatasi ini saat
Read more
PREV
1
...
910111213
...
19
DMCA.com Protection Status