Semua Bab Wanita Incaran CEO Arogan: Bab 161 - Bab 170

200 Bab

BAB 161 ~ SIMALAKAMA

    Debby menggigit bibir bawahnya. Ia ragu-ragu sejenak. ‘Apa bijak kalau aku tanya ini sama Papi? Jangan-jangan Papi nanti malah jadi ….’ “Ada apa, Princess? Kok malah diam.” “Hmm, nggak ada apa-apa kok, Pi. Makasih banyak Papi sudah percaya sama Debby,” ucap wanita itu pada akhirnya. “Ya, ya. Kalian hati-hati di sana, Princess. Sampaikan terima kasih Papi sama Fanny. Kalau ada apa-apa langsung hubungi Papi. Oke?” “Ya, Pi. Ucapannya nanti Debby sampaikan.” “Ada apa, Say? Om Gun bilang apa? Apa Om percaya sama kamu?” cecar Fanny begitu sambungan ponsel dimatikan. “Iya. Iya, Fan! Papi percaya sama aku! Ya, Tuhan! Apa kamu bisa bayangin kayak apa perasaanku tadi, Fan? Rasanya kayak lagi nunggu hukuman.&rdquo
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-02
Baca selengkapnya

BAB 162 ~ TEROR LAGI

 Warning!!! Mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan! Mohon bijak dalam menyikapi! ***** Selama sepersekian detik, Debby menatap horor pada tubuh Fanny yang tergeletak di atas lantai carport. Wanita berambut sebahu itu tengah mengerang dengan kantong plastik berisi pesanan makan malam mereka yang sebagian isinya sudah berserakan di dekat kaki Fanny. “Fanny!” jerit Debby yang langsung memelesat ke arah wanita itu tergeletak. “Kamu kenapa, Fan? Apa yang terjadi?” tanya Debby sambil berjongkok. Suara erangan yang lebih keras kembali terdengar dari bibir Fanny sebelum dengan terbata-bata, ia bergumam, “Hati-hati ….” Debby mengernyit mendengar peringatan Fanny. Namun, belum sempat mencerna dan bertanya lebih jauh, tiba-tiba Debby kembali dikejutkan dengan sekelebat bayangan yang bergerak di sampingnya. Kepal
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-05
Baca selengkapnya

BAB 163 ~ TUMBANG

 Warning!!! Mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan! Mohon bijak dalam menyikapi! ***** Debby langsung meronta dan menjauhkan wajahnya sejauh mungkin dari serbuan bibir Ferdinand. Meskipun tak pernah berhasil mengenai bibir, tetap saja Debby merasa jijik dan bergidik ngeri saat merasakan bibir lelaki itu menyentuh kulitnya di tempat-tempat lain. Ia melipat bibirnya kuat-kuat sementara dalam hati ia menjerit minta tolong. Usahanya untuk melepaskan diri dari cekalan tangan Ferdinand pun tak membuahkan hasil, hanya membuat pergelangannya semakin sakit saja. Tiba-tiba lelaki itu berhenti menyerang Debby. Namun, bukannya lega, Debby justru semakin waswas dan ketakutan. “Mau apa kamu?!” teriak Debby dengan jantung berdentam-dentam saat lelaki itu sekarang menyatukan tangannya dan menahannya di atas perut dengan satu tangan. Debby masih berusaha untuk melepaskan diri s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-08
Baca selengkapnya

BAB 164 ~ MEMBURU WAKTU

 Warning!!! Mengandung bahasa kasar! Mohon bijak dalam menyikapi! ***** William berjalan mondar-mandir di sebuah ruang tunggu unit gawat darurat. Selama kurang lebih satu-dua jam terakhir ini, William merasa seperti tengah meniti seutas tali di atas jurang yang sangat dalam tanpa pengaman apa-apa. Seumur hidup, belum pernah William merasakan ketakutan dan kecemasan sebesar ini. Kepalanya berkali-kali menoleh ke arah pintu yang tertutup. Usaha yang sia-sia saja sebetulnya karena kekasihnya baru saja memasuki ruangan di balik pintu itu tak sampai sepuluh menit yang lalu. William berusaha mengendalikan emosinya. Berbagai perasaan negatif campur aduk menjadi satu di dalam hatinya, terutama perasaan ingin membunuh b*j****n yang sudah mencelakai kekasihnya. Sepanjang sisa perjalanan menuju rumah Debby tadi, William tak henti-hentinya berdoa untuk keselamatan sang kekasih dan sahabatny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-11
Baca selengkapnya

BAB 165 ~ DI UJUNG TANDUK

 Warning!!! Mengandung bahasa kasar dan adegan kekerasan! Mohon bijak dalam menyikapi! ***** “B*j****n k*p***t!” murka William sambil menyentak kuat salah satu lengan Ferdinand yang tengah mencengkeram dan menekan leher kekasihnya ke dinding. William langsung melayangkan pukulan ke wajah Ferdinand dengan segenap amarah yang terkumpul hingga membuat lelaki itu terhuyung mundur, lalu terkapar di lantai. Saat hendak memburu Ferdinand untuk melancarkan pukulan kedua, telinganya menangkap bunyi berdebum. Sontak kepala William menoleh ke belakang dengan cepat. “Baby!” teriak William panik dengan jantung yang berpacu tak terkendali. Dalam sekejap, William sudah bersimpuh di samping kekasihnya yang jatuh tergeletak. Napasnya tercekat melihat kekasihnya terikat dan ada darah di kepalanya. William buru-buru memeriksa denyut nadi. Embus
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-14
Baca selengkapnya

BAB 166 ~ TERBONGKAR

    Wanita paruh baya itu langsung menjerit histeris saat tiba di samping ranjang tempat Debby tergolek dengan netra terpejam. Meskipun kaget dengan reaksi wanita itu yang biasanya dingin, William bisa memakluminya. Siapa yang tidak akan bereaksi seperti itu kalau melihat penampakan Debby saat ini? Kepala dan salah satu kaki Debby dibebat dengan perban. Pipinya yang selama ini mulus, bengkak dan terdapat lebam. Begitu pula dengan rahangnya. Bibirnya yang mungil pun tampak pecah di salah satu ujung. Belum lagi tanda mata dari laki-laki b****s*k itu di leher dan pergelangan tangan Debby yang terlihat sangat jelas! Baik Gunawan maupun Hendy—yang mendekat untuk menyambut orang tua Debby, langsung sigap membawa Liliana menjauh. Wanita paruh baya itu didudukkan di sofa. William yang mengekor langsung mengambilkan air minum dari dispenser. “Minum dulu, Tante,&rdquo
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-17
Baca selengkapnya

BAB 167 ~ BUKAN BUNGA TIDUR

    Waktu sudah jauh melewati tengah malam, tetapi William masih terjaga. Setiap kali memejamkan mata, bayangan horor beberapa jam yang lalu selalu saja muncul di balik pelupuk mata. Lelaki itu akhirnya hanya duduk diam di sisi ranjang pasien sambil memandangi tubuh kekasihnya dan sesekali mengusap kepala atau menekuri tanda merah pada pergelangan tangan kekasihnya. “Koko sayang kamu, Baby. Cepatlah pulih,” gumam William berkali-kali bagaikan merapal mantra. William berusaha untuk tidak mengingat-ingat lagi kejadian tersebut. Namun, rasanya sungguh sulit. Perasaan akan kehilangan sosok yang dikasihinya dengan cara seperti itu benar-benar menakutkan sekaligus membangkitkan amarah yang tertuju pada si pelaku. Erangan yang sebelumnya sempat terdengar saat Hendy dan orang tua Debby masih berada di ruang  rawat inap VVIP ini membuat jantung William
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Baca selengkapnya

BAB 168 ~ MAAF

    Debby sontak menghentikan apa pun yang hendak dikatakannya pada sang papi ketika tiba-tiba sang mami langsung memeluknya begitu papinya menegakkan tubuh. “Maafkan Mami, Sayang. Mami benar-benar gak menyangka kalau anak itu ternyata bisa berbuat seperti ini. Maafkan Mami,” ucap Liliana berulang-ulang. Wanita paruh baya itu juga menciumi wajah Debby berkali-kali. Debby masih terpaku, hanya kelopak mata tanpa lipatannya saja yang membuka dan menutup dengan irama konstan. Untuk sesaat, benaknya kosong dan lidahnya kelu. “Ah! Apa mimpiku masih berlanjut? Apa ini benar-benar mamiku?” batin Debby, mencerna situasi yang tengah berlangsung. ‘Ko Billy? Bisakah Koko mencubitku?’ “Ugh!” Debby langsung mengernyit saat merasakan sengatan kuat di pipi setelah kembali dicium Liliana. ‘Sakit! Ah ... ternyata
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-23
Baca selengkapnya

BAB 169 ~ RESTU

    “Mi!” seru Debby dengan netra membola. “Kenapa tanya ...?” Tangan Debby langsung diremas William. Lelaki itu menggelengkan kepalanya pelan. “Gak apa-apa, Baby. Wajar kalau Tante tanya seperti itu.” William lalu mengalihkan pandangannya pada Liliana. “Tentu saja menikahi Debby adalah keinginan terbesar saya, Tante, asalkan Debby bersedia dan Tante merestui,” jawab William dengan sepenuh hati. Liliana hanya bergumam sembari mengangguk datar. Wanita itu lantas menatap satu per satu wajah-wajah yang ada di sekelilingnya. Setelah menghela napas panjang, Liliana kembali meminta maaf pada semuanya, terutama pada Debby. Wanita paruh baya itu pun meremas tangan Debby. “Kejadian kemarin benar-benar sudah menampar Mami. Menyadarkan Mami kalau selama ini Mami sudah sangat egois. Selama ini, Mami
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-26
Baca selengkapnya

BAB 170 ~ TEROR BELUM BERAKHIR

    “Kenapa kamu senyum-senyum terus, Baby?” tanya William. “Huu, Koko ini! Sok-sokan pakai tanya segala, padahal diri sendiri juga senyum terus dari tadi,” gerundel Debby pada sosok di dalam layar ponsel. Suara gelak tawa langsung menyembur dari speaker ponsel. “Jangan manyun gitu. Cantiknya hilang nanti,” goda William. Debby hanya mendengkus. Namun, detik berikutnya, senyum lebar kembali muncul di wajah. Lagi-lagi William tergelak di dalam layar. “Apa yang paling membuatmu bahagia, Baby?” “Hmm, sudah pasti karena Mami, lah. Aku benar-benar nggak nyangka kalau momen ini terjadi juga. Aku pikir, seumur hidup nggak bakal baikan sama Mami.” “Hei! Tapi kenyataannya gak seperti itu, ‘kan? Itu sudah berlalu, Bab
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-29
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status