Home / CEO / Wanita Incaran CEO Arogan / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Wanita Incaran CEO Arogan: Chapter 141 - Chapter 150

188 Chapters

BAB 141 ~ DISORIENTASI CINTA

    Niel langsung tertegun mendengar omelan Fanny. Matanya hanya berkedip-kedip memandang wanita itu. Niel tak pernah melihat Fanny yang seperti ini. Bukan berarti Fanny tak pernah menggerutu di depannya, tetapi kali ini terasa berbeda. Biasanya terdengar manja seperti anak kecil tengah mengambek, tetapi yang ini terasa seperti marah sungguhan. Saat Fanny menanyakan lagi keperluan Niel yang terkesan mendesak barulah lelaki itu tersadar. Namun, Niel tak menghiraukan pertanyaan itu. Ia justru mempertanyakan kembali respons Fanny. “Ck! Enggak mungkin mukamu ditekuk kayak gitu kalau cuma gara-gara itu. Pasti ada hal lain. Iya, ‘kan? Ada masalah apa memangnya? Kenapa kamu enggak kasih tahu Koko?” desak Niel seraya membuntuti Fanny yang sudah berjalan ke ruang duduk. “Nggak ada apa-apa, cuma urusan kerjaan kok!” “Jangan
Read more

BAB 142 ~ GAYUNG BERSAMBUT

    “Ya ampun, Fan! Ternyata sudah selama itu kamu punya perasaan khusus sama Koko? Kenapa enggak bilang?” tanya Niel setelah Fanny juga mengungkapkan perasaannya. Keduanya kini duduk berdampingan di sofa panjang. Niel meminta Fanny untuk pindah ke sisinya setelah ia mengetahui kalau perasaannya berbalas. Lengan Niel yang bersih dari tato melingkari bahu Fanny sementara kepala wanita berambut cokelat tua itu bersandar di bahunya. Namun, begitu mendengar pertanyaan Niel, wanita itu langsung menegakkan tubuh dan menatap Niel dengan cemberut. “Gimana mau bilang kalau Koko selalu anggap aku anak kecil? Aku pikir Koko benar-benar nggak punya perasaan apa-apa selain kakak ke adik. Padahal, aku sudah sering kasih kode! Apa yang kulakukan buat Koko selama ini nggak pernah sekali pun dianggap lebih dari sekadar perhatian adik ke kakak sama Koko, ‘kan?” 
Read more

BAB 143 ~ TERCIDUK

    William tengah menyantap makan malam bersama dengan sang kekasih di sebuah resto berkelas saat ponsel wanitanya berbunyi. Namun, Debby tak kunjung menerima panggilan tersebut hingga deringnya berhenti dengan sendirinya. Setelah menelan potongan daging steak yang diberi saus jamur, William pun bertanya, “Kenapa gak diterima, Baby? Siapa tahu penting. Oh! Apa mungkin itu panggilan teror lagi?” Debby yang sedang menelan makanan hanya menggoyangkan tangannya sebentar. “Santai aja, Ko. Itu dari Fanny kok,” ucapnya kemudian setelah meneguk minuman. “Tanggung, Ko, makanannya tinggal sedikit. Kalau omong sama Fanny biasanya nggak cukup satu-dua menit.” Debby menyengir. William pun tersenyum maklum. Ia kembali melanjutkan menyantap makan malamnya yang juga tinggal sedikit. “Aku menelepon Fanny d
Read more

BAB 144 ~ PARANOID

    “Hush! Kamu omong apa sih, Baby?” William melambaikan tangannya. Ia berusaha menenangkan sang kekasih. “Sudah, Koko gak apa-apa kok. Kamu juga pasti punya alasan sendiri, ‘kan, kenapa sampai simpan nomor kontak Koko pakai nama seperti itu?” “Memang. Dulu, waktu awal-awal Koko gencar mendekatiku, aku merasa Koko kayak gitu. Aku sampai jengkel banget, tahu!” William terkekeh. “Ah! Ya, ya! Tapi kalau sekarang?” pancing William dengan senyum menggoda. Bukannya menjawab, Debby justru mengerucutkan bibir. “Koko sudah tahu, ‘kan? Kenapa mesti tanya lagi sih?” Lelaki berambut hitam itu semakin tergelak. “Jawab aja, Baby. Koko pengin dengar langsung dari mulut kamu.” Meskipun sempat mencebik lagi, Debby akhirnya menyahut, “Kala
Read more

BAB 145 ~ KADO INTIM

   Debby menggeram sebal setelah terpaku menatap layar ponsel lebih lama dari yang diperlukan. Otaknya berputar menerka-nerka. Biasanya Debby tak pernah mempermasalahkan siapa penelepon tak dikenal yang menghubunginya. Itu sudah menjadi salah satu konsekuensi dari pekerjaannya. Namun, gara-gara ulah seseorang, sekarang ia jadi paranoid dengan nomor tak dikenal. “Sial! Kamu benar-benar pengganggu!” sungut Debby sembari menyimpan laptop ke dalam tas dan merapikan berkas-berkas di atas meja. Coretan-coretan tangan hasil diskusi dengan klien dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam map L plastik warna merah. Pada akhirnya, Debby memutuskan untuk menunggu saja. Panggilan terakhir itu memang sudah berlalu sekitar empat puluh menit. Namun, melihat orang itu beberapa kali menghubunginya, ada kemungkinan orang tersebut akan menghubunginya lagi. Jika benar, mau tak mau Debby mesti menerimanya nanti.
Read more

BAB 146 ~ MAGNET CINTA

    Napas Debby seperti disedot dari rongga dadanya saat mendapati tatapan mendalam yang sangat intens dari lelaki di sampingnya. Pipinya semakin memanas. Buru-buru Debby mengalihkan pandangan, kembali menatap botol kaca di tangannya. “Boleh kucoba?” “Ya, bolehlah. Koko bikin kan biar kamu pakai, bukan buat dimuseumkan.” Debby langsung tergelak. Ia membuka tutup botol berbentuk kupu-kupu. Botol kacanya sendiri berbentuk seperti kubah dengan lekuk-lekuk membujur berdiameter kira-kira lima sentimeter. “Botolnya lucu. Aku suka.” Wanita itu lantas menyemprotkan parfum itu ke pergelangan tangan sebelah dalam dan langsung menghidunya. “Hmm. Wanginya enak, Ko,” puji Debby dengan senyum merekah. William ikut tersenyum. “Sabar. Ditunggu dulu, Baby. Itu ma
Read more

BAB 147 ~ DITODONG

    Debby sempat menjengit, tetapi rasa malunya mengalahkan rasa terkejutnya. Ia membiarkan saja sang kekasih mendekap tubuhnya dengan erat. Tangannya sekarang terimpit di antara wajahnya sendiri dan bahu lelaki itu yang terasa lebar. Debby merasa lebih baik seperti ini daripada harus menatap wajah sang kekasih. “Oh, Baby,” gumam William di tengah-tengah tawanya. “Apa yang tadi Koko bilang itu benaran, lo. Koko benar-benar gak menyadari kalau Koko ternyata semenarik itu di matamu, ya?” “Koko!” desis Debby dengan geram. Punggung tangannya menekan bahu William dengan kekuatan ala kadarnya. Sebisanya Debby menekan dari posisinya yang terimpit saat ini. William kembali terkekeh. Tubuh kekarnya sedikit bergetar. “Ya, ya. Koko gak akan menggodamu lagi. Oh, Tuhan. Koko sayang banget sama kamu. I love you, Baby
Read more

BAB 148 ~ BUKAN RAYUAN GOMBAL

   “Sudah, gak usah dipikir sekarang gak apa-apa, Baby,” ucap William saat melihat sang kekasih masih tercenung setelah beberapa waktu berlalu. “Kamu bisa pertimbangkan nanti di rumah. Koko gak maksa sih, tapi Koko berharap banget kamu bisa ikut ….” “Ck! Itu sih sama aja, Ko!” potong Debby cepat. William tergelak. Ia gemas melihat kekasihnya mulai mengerucutkan bibir lagi. “Jangan manyun gitu. Koko nanti jadi kepengin ….” William sengaja menggantung kalimatnya. Ia semakin tergelak melihat Debby semakin sewot. Tak ingin membuat wanita itu semakin kesal, William pun berusaha berhenti menggoda. “Ya, sudah. Gak usah mikir soal acara peluncuran itu dulu. Sekarang, Koko masih pengin berduaan sama kamu. Ayo, mana senyumnya?” bujuk William. Kentara sekali kalau Debby masih sebal meskipun
Read more

BAB 149 ~ MERAJUK

   William tertawa lepas. Auranya dipenuhi dengan kebahagiaan. Tadinya ia mengira kalau indra pendengarannya salah tangkap. Namun, ternyata masih berfungsi dengan sangat baik. “Ya ampun, Baby! Kamu benar-benar paling bisa bikin Koko tertawa bahagia. Kamu sendiri juga selalu penuh kejutan,” ucap William di tengah-tengah usahanya membelah jalanan ibu kota. “Tapi memang benar kok,” gumam Debby dengan suara lirih meski tak sepelan sebelumnya. “Malam ini Koko juga kelihatan lebih ganteng, apalagi dasinya juga ternyata cocok dipakai sama Ko Billy.” Senyum William semakin merekah mendengar pujian yang diulang dari mulut kekasihnya, apalagi sekarang ditambah komentar positif soal aksesoris yang ia kenakan. Ia pun langsung melirik sang kekasih. Petinggi Raksi Indonesia itu gemas melihat gestur wanitanya yang terang-terangan memujinya, tetapi panda
Read more

BAB 150 ~ PERASAAN ASING

“Ah, kelamaan, Ko. Lagian aku masih bisa buka sendiri kok. Buat apa merepotkan Koko?” sanggah Debby santai seraya menaiki anak tangga dengan pelan.“Ya ampun, Baby! Siapa bilang itu merepotkan Koko?” seru William dengan kesiap tertahan. Ditatapnya sang kekasih dengan netra melebar. “Kenapa kamu bisa bilang gitu? Astaga! Kamu ini, lo!” William sampai menggeleng-gelengkan kepala.Giliran Debby yang terperangah. “Kenapa reaksi Koko kayak gitu? Apa itu jadi masalah buat Koko? Aku nggak masalah kok buka pintu sendiri.”William langsung mengerang frustrasi dalam hati. Namun, lelaki itu berusaha untuk mengerti sikap sang kekasih dengan mengingat lagi bagaimana kehidupan wanita itu sebelum dekat dengan dirinya.“Oh, itu salah satu buatanku,” celetuk Debby tiba-tiba dengan nada ceria.William mengikuti arah pandang kekasihnya. Di sebelah kanan pintu masuk, terdapat roll up banner ukuran delapan puluh kali dua ratus sentimeter yang berisi informasi acara peluncuran parfum malam ini. William meng
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
19
DMCA.com Protection Status