Home / CEO / Wanita Incaran CEO Arogan / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Wanita Incaran CEO Arogan: Chapter 131 - Chapter 140

188 Chapters

BAB 131 ~ MENYAPA BORA

    Meskipun ia sudah menduga kalau kekasihnya kemungkinan besar pernah disakiti oleh seseorang dari kaumnya di masa lalu, ia tidak menyangka kalau peristiwa yang dialami Debby sampai sedemikian rupa buruknya. William berusaha mendengarkan dengan kalem meski darahnya sudah menggelegak. Ia murka mengetahui kekasihnya mengalami siksaan dan penderitaan seperti itu. Rasanya ia ingin mencabik-cabik orang itu. Namun, ia berusaha mengendalikan diri. Ia tidak mau menambah stres atau ketakutan pada kekasihnya. Ia terus mendengarkan penuturan Debby hingga akhir tanpa menginterupsi. Meskipun begitu, hatinya ikut sakit melihat kekasihnya menangis, melihat ketakutan di mata beriris cokelat tua itu, apalagi membayangkan bagaimana kekasihnya harus melewati semua itu di masa lalu. Tanpa melepas genggaman tangannya, William mengambil kotak tisu dan meletakkannya di atas pangkuan Debby. Wanita itu menjengit
Read more

BAB 132 ~ PERUSAK SUASANA

   Wanita yang sudah tergelak itu semakin terpingkal-pingkal. “Ya, ampun! Ko Billy benar-benar kayak bocah TK, tahu! Cuma badannya aja super gede.” Wanita itu tak berhenti tertawa. “Ini sih bukan bongsor lagi namanya, Ko, tapi raksasa,” ucap Debby lagi seraya mengusap kedua ekor matanya. William hanya tertawa sembari mendudukkan pantatnya di samping wanita itu lagi. Tangannya kemudian mengangsurkan guling singa itu ke hadapan Debby yang diterimanya setelah ragu-ragu sejenak. Wanita itu pun kembali melontarkan candaan-candaan dengan Bora dan dirinya sebagai objek gurauan. William tidak keberatan sama sekali. Ia justru sangat senang bisa melihat wanita itu tertawa lepas lagi seperti itu setelah menceritakan secuil kisah hidupnya yang pilu. Dalam hati, William berjanji untuk terus membuat wanita itu tertawa bahagia. “Berbahagialah,
Read more

BAB 133 ~ CALON ADIK IPAR

“Ya, Al, ada apa?” tanya William begitu panggilan video diterima.“Lo, Koko gak baca pesanku?”“Eh? Kamu kirim pesan? Sori. Koko belum buka HP dari tadi.”“Oh. Tapi sekarang Koko lagi di apartemen, ‘kan?”“Iya. Memangnya kamu kirim pesan apa sih?”“Cuma kasih tahu kalau kami lagi jalan ke tempat Koko. Sekarang, kami di bawah.”“Oh.” Tiba-tiba William langsung merasa seperti balon yang mengempis. “Sama Linda?”Tahu-tahu di dalam layar muncul seraut wajah feminin yang merengut di belakang Albert. “Sama aku, Ko Liam!”“Eh, kenapa, Ko? Ko Liam lagi ada tamu?” tanya Albert saat William menoleh ke samping.“Siapa? Adik-adiknya Koko?” tanya Debby dengan suara berbisik.William hanya mengangguk. Tatapannya kembali beralih ke layar ponsel. “Iya. Koko lagi ada tamu.”“Oh, ya sudah. Kami balik aja kalau gitu.”“Siapa tamunya, Ko?”Kakak beradik di dalam layar berbicara berbarengan. Kemudian terdengar Albert menegur, “Hush! Jangan kepo gitu, Chen!”“Kalian tunggu sebentar,” cegah William saat tang
Read more

BAB 134 ~ JARAK

    William begitu senang dengan perkembangan hubungan mereka selama dua minggu terakhir ini. Dalam kurun waktu tersebut, sang kekasih sempat menyambangi apartemennya sekali lagi meski atas permintaan William. Sejak menceritakan masa lalunya, Debby juga semakin terbuka padanya. Ia jadi tahu makam siapa yang dikunjungi wanita itu di awal-awal pertemuan mereka dahulu dan seberapa penting serta berartinya sosok almarhumah semasa hidup dalam hidup Debby. Meskipun demikian, William sempat dibuat cemburu juga ketika Debby menceritakan sosok kakak sepupu yang dikatakannya tak kalah penting dengan sang tante. “Sejak kepergian Tante A Mey, Ko Hendy jadi satu-satunya sandaran buatku. Sama sepupu yang lain sebetulnya lumayan dekat juga, tapi nggak ada yang sedekat aku sama Ko Hendy,” ungkap Debby pada suatu waktu kemarin saat wanita itu mengunjungi apartemennya. &ldquo
Read more

BAB 135 ~ LEPAS KENDALI

    “Gak bisa, Baby,” gumam William sepanjang jalan. Sesampainya di rumah Debby, ia mengernyitkan kening saat melihat sebuah mobil terparkir di depan rumah dan pintu pagar sedikit terbuka. Perasaannya mulai tak tenang. Tidak ada siapa-siapa di teras, tetapi pintu depannya terbuka lebar. William bergegas menuju pintu depan. Darahnya seketika mendidih. “Baby?! Apa-apaan ini?! Apa kamu melarang Koko ke sini karena ini?! Kamu mau berduaan sama laki-laki lain?! Siapa laki-laki ini?! Apa penolakan-penolakanmu kemarin juga karena laki-laki ini?!” berondong William dengan gigi yang saling beradu. Kedua tangannya terkepal erat di sisi tubuh. Hatinya remuk redam dan kepalanya terasa seperti akan meledak saja. “Ko Billy? Kenapa ke sini?” cicit Debby dengan tergagap. Wanita yang tengah dipeluk oleh seseorang
Read more

BAB 136 ~ BUKAN BUALAN

   William mengernyit sementara Debby langsung menunduk dan menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Bahu wanitanya bergetar, begitu juga dengan suara yang keluar kemudian. “Aku sayang sama Koko. Aku nggak mau Koko sampai kenapa-kenapa. Jadi, tolong Koko jangan bilang kayak gitu. Itu menyakitkan.” Isak tangis lirih mulai terdengar. William kembali merasa seperti habis ditinju dengan sangat keras. Bahkan lebih keras dari sebelumnya. “Baby, maaf!” sesal William serta-merta. Satu tangannya menyentuh lutut Debby. “Maaf, Koko sudah omong sembarangan dan membentakmu. Koko gak bermaksud … ah, sudahlah. Tetap aja Koko yang salah. Maafkan, Koko.” William langsung merasakan hatinya seperti diremas-remas saat wanita itu menolak rengkuhan tangannya dengan terang-terangan. Namun, William juga tak mau melepasnya begitu saja. Ia kembali merengkuh tubuh yang semakin gem
Read more

BAB 137 ~ TAK MAU KALAH

    William melepas penyuara telinga milik Debby yang diminta oleh wanita itu untuk dipakainya saat mendengarkan rekaman percakapan antara kekasihnya dengan Ferdinand. Air muka William sangat keruh. Keningnya berkerut-kerut. “Tadinya aku nggak percaya sama omongannya walaupun awalnya kaget juga.” Wanita itu mendesah lesu. Tangan Debby yang tidak digenggam oleh William kembali meraih ponsel dari atas meja. Dengan satu tangan, Debby kembali mengutak-atik layar ponsel kemudian menyerahkan lagi benda pipih itu pada William. Lelaki itu menerimanya dan langsung memusatkan perhatian pada layar ponsel. “Foto-foto yang dia kirim setelah sambungan terputus memang menunjukkan kalau itu Koko. Ko Billy bisa lihat sendiri, ‘kan? Tapi setelah kupikir-pikir lagi, mungkin aja dia dapat dari internet. Foto-foto itu kelihatan formal. Gitu juga sama informasi seputa
Read more

BAB 138 ~ HADIAH

   “Ya, Fan. Ada apa?” William yang menatap Debby dari samping mendengarkan sebentar percakapan sepasang sahabat itu. Namun, rambut panjang Debby lebih menarik perhatiannya daripada isi percakapan mereka. Tangannya mengelus rambut burgundi itu dari puncak kepala hingga ujung rambut yang berakhir di punggung. Debby menoleh dengan netra melebar. William memberi isyarat dengan dagu agar wanita itu jangan memedulikan dirinya. Setelah Debby berbalik, tangannya kembali bergerak untuk menyatukan rambut panjang itu dan meletakkannya ke depan bahu. “Koko mau sentuh kamu,” bisik William tepat di telinga Debby. Wanita itu langsung menggelinjang dan kembali menoleh. “Sssh!” desis William cepat dan sangat pelan. Di saat yang sama, telapak tangan William sudah diletakkan di tengkuk Debby dan mulai membuat gerakan memija
Read more

BAB 139 ~ TAK RELA

Sang desainer grafis menggigit bibir bawahnya sejenak sebelum dengan tiba-tiba melepasnya. Wanita itu melirik sekilas pada William dengan rona merah mulai menjalar di pipi.“Ya, Tuhan! Kamu benar-benar menggemaskan, Baby,” batin William seraya terkekeh.Setelah berdeham, Debby akhirnya menjawab, “Kasih hadiah ‘kan nggak harus nunggu ada momen khusus dulu, Ko. Tadinya mau kukasih awal minggu ini bareng kue keju, tapi gara-gara paket itu semuanya jadi ambyar.”Perasaan William campur aduk seiring penjelasan sang kekasih yang memberitahunya tentang niat awal wanita itu dan bagaimana niat itu berakhir. Bahagia dan tersanjung, jelas! Terharu, sudah pasti. Namun, geram dan dongkol pada Ferdinand juga tak kalah sedikit porsinya.“Maaf, Ko, kuenya nggak jadi kubikin dan hadiahnya juga nggak kubungkus. Aku nggak tahu kapan bisa kasih itu semua ke Koko. Jadi, yah ….”“Sssh! Gak apa-apa, Baby. Tahu niatmu aja Koko sudah senang banget, toh sudah ada dasi juga. Ada dua set lagi.”“Itu karena aku bi
Read more

BAB 140 ~ MERADANG

Begitu tiba di depan kamar kecil, Niel langsung membuka pintu bersamaan dengan seseorang yang hendak keluar. Ia menyingkir sejenak untuk memberi jalan. Beruntung di dalam ruangan yang tak seberapa luas—tetapi terlihat bersih itu—hanya ada sosok yang tengah dibuntutinya, yang saat ini tengah mengosongkan kandung kemih.Niel berjalan menuju wastafel dan mencuci tangan. Ia sengaja menanti sampai sosok yang dibuntutinya selesai dengan urusannya. Saat mengetahui sosok itu telah berbalik dan hendak menuju wastafel, barulah Niel ikut berbalik dan pura-pura menuju urinoar.“Hei! Kayaknya aku pernah melihatmu sebelumnya,” sapa Niel datar tanpa senyum. Hatinya sudah panas, tetapi ia mencoba bersabar. “Kukira aku tadi salah mengenali.”Sosok yang disapa hanya mengernyitkan kening keheranan. “Maaf?”“Benar! Aku pernah melihatmu bersama dengan Fanny! Kamu pacar Fanny, ‘kan? Tapi siapa wanita di luar sana yang bersamamu saat ini?” cecar Niel dengan jari telunjuk mengarah ruang makan di dalam kafe. N
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status