Home / Romansa / ISTRI BISU SANG CEO / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of ISTRI BISU SANG CEO: Chapter 151 - Chapter 160

228 Chapters

150. Lamaranmu Tidak Romantis

“Kita sampai.” Zoe tersentak saat mobil Wolf berhenti. Ia tertidur tapi masih terbangun saat Wolf menghentikan mobilnya. “Akhirnya.” Zoe menegakkan tubuh dan menatap sekitar. Wolf sudah turun dan memutari mobil, untuk membantu Zoe turun. Zoe tidak mungkin turun sendiri akibat gaun itu. “Kita ada di mana?” Zoe tidak mengenali tempatnya berada. Walls tidak membawanya pulang ke rumah. Mereka seperti ada di kabin, dan jelas ada di luar New York mengingat Wolf menyetir dalam waktu cukup lama. Dan kemungkinan mereka ada di tengah pegunungan. Saat ini dini hari dan hari belum terang, Zoe hanya melihat deretan pepohonan di sekitarnya. Sejak tadi, Wolf belum sekalipun menjawab pertanyaan tentang kemana tujuan mereka. “Kita ada di Catskill.” Zoe mengerutkan matanya. Ia masih mengenali nama itu, meski asing dan belum pernah berkunjung. Pegunungan daerah utara New York, tapi tidak sejauh Vermont, tempat asal Zoe. “Kita ada di sini, karena aku memilih tempat yang lebih baik daripada Patung
last updateLast Updated : 2023-03-19
Read more

151. Keinginanmu yang Mudah

“Kau tahu?!” Wolf tersentak dan berdiri dari lututnya dengan wajah terkejut, tapi kemudian panik. “Kembali berlutut. Kau belum selesai.” Zoe meminta dengan kalem, sambil menarik jaket Wolf, agar pria itu kembali berlutut. Meski suasana romantis sudah rusak, tapi Zoe tidak akan membiarkan Wolf pergi sebelum cincin yang ada di kotak itu berpindah ke tangannya. Harus ada hal benar yang terjadi, agar persiapan bunga lampu dan lilin itu tidak menjadi percuma. “Kau tahu dari… Jacob! Aku akan membunuhnya! Lihat saja…” “Jangan, karena apa yang dilakukannya adalah benar.” Zoe membungkam bibir Wolf, lalu mengelus wajah yang mendongak memandangnya—masih terlihat jengkel. Zoe mengelus kerutan di kening Wolf, membuatnya lebih rileks. “Kalau aku tidak tahu lagu itu adalah milikmu aku tidak akan tinggal dan mendengar penjelasanmu tentang Emily dan kehidupanmu. Fakta itu adalah apa yang membuatku tinggal Karena aku tahu perasaanmu padaku.” Tubuh penuh kejengkelan itu perlahan mulai mengendur,
last updateLast Updated : 2023-03-19
Read more

152. Tubuhmu yang Membuatku Pulang Dulu

"Zoe… " Wolf mendesis. Ia tahu Zoe akan melakukan apa, tetap tidak siap saat menerimanya. Terlalu nikmat. Butuh beberapa saat bagi Wolf untuk bisa merayakan 'kemenangannya'. "Aku rasa ini berarti aku menang," bisik Wolf, sambil membungkuk dan mengelus leher Zoe yang kini sudah amat merah dengan hidungnya. Zoe mendesah sambil mencengkram rambut Wolf. Tidak lagi mengingkari kalau memang dirinya terlalu mudah menyerah. "Tapi kau tidak sendiri, aku pun terlalu mudah menginginkanmu…” Wolf memberi jilatan kecil pada bibir Zoe, sebelum melumat dengan kasar. Wolf tidak hanya merayakan kemenangannya sendiri. Ia mengakui hal yang sama. Wolf biasanya tidak terlalu tertarik menikmati wanita untuk kedua kalinya—mudah bosan. Karena itu Tiana selalu memberinya wanita yang baru setiap kali ia datang ke Rainbow Wings. Tapi Zoe membuatnya pulang. Mengesampingkan drama apapun yang terjadi antara mereka, sejak awal Wolf akan dengan mudah mengakui kalau tubuh Zoe memang membuatnya ingin kembali.
last updateLast Updated : 2023-03-19
Read more

153. Salahmu dan Aku Diam

“Ini.” Zoe mengulurkan bathrobe yang ditemukannya di kamar, untuk Wolf juga setelah ia memakai yang lain. Ia tidak menemukan pakaian, hanya bathrobe itu.Wolf mengambil bathrobe itu dan memakainya—tanpa bicara. Dan itu mengejutkan Zoe. Heran melihatnya menerima bathrobe itu tanpa memprotes atau menggoda.Wolf yang biasanya tidak akan melewatkan kesempatan untuk menggodanya. Seperti mengatakan ia tidak membutuhkan pakaian, dan akan menunggu Zoe yang memaksanya—atau pada akhirnya Zoe yang memakaikan bathrobe itu.Wolf yang menurut seharusnya benar, tapi tidak terasa benar.“Ini.” Wolf meletakkan bacon dan telur di meja lalu duduk dan makan.Keanehan lain, karena biasanya Wolf akan memintanya duduk, lalu mereka akan mulai makan bersama.“Kita kembali ke New York setelah sarapan,” kata Wolf. Meski saat ini sangat siang, makanan itu tetap sarapan.Tapi Zoe tidak peduli dengan kesalahan itu, ia lebih peduli dengan rencana yang tiba-tiba berubah itu. Meski mereka lebih banyak ‘bekerja’ tidak
last updateLast Updated : 2023-03-20
Read more

154. Salahmu Membuatnya Diam

Pesan Wolf tertutup oleh pesan Max, ia terpaksa membaca pesan Max yang terpampang di layar ponselnya.[Pagi, maaf mengirim pesan pada jam yang tidak biasa. Aku ingin pesan ini yang kau baca saat pertama bangun tidur. Kau pasti sangat sibuk sampai tidak bisa menjawab panggilan maupun membaca pesanku sejak kemarin siang. Kalau siang nanti kau sudah tidak sangat sibuk, apakah kita bisa bertemu? Aku ingin mengucapkan selamat pada atas kemenanganmu]Pesan yang tidak penting. Zoe mengabaikan, dan membaca pesan balasan Wolf.[KAbtor]Pesan typo, tapi Zoe mengerti. Wolf mengatakan ia ada di kantor. Dari tiga pertanyaan yang diajukan Zoe, Wolf menjawab hanya satu.Kekecewaan membuat Zoe kembali lemas, dan berbaring di karpet itu. Balasan itu tidak berarti apapun untuknya. Tidak menjawab hal yang paling penting.Zoe lalu memejamkan mata, mencoba untuk mengingat detail apa yang sebenarnya terjadi di kabin itu. Apakah ia melakukan hal yang menyinggung Wolf atau apa.Zoe ingat ia hanya menyebut te
last updateLast Updated : 2023-03-20
Read more

155. Maafmu yang Tidak Adil

Sekali pandang, Zoe tahu itu ruangan Wolf, karena sangat mirip dengan ruang kerja yang ada di rumah Wolf.Kosong, tapi Zoe melihat jaket dan kunci mobil Wolf di meja. Ia datang di tempat yang benar. Hanya belum jelas Wolf ada di mana. Dan tidak berguna juga kalau ia berputar mencari Wolf.Selain akan mengganggu apapun yang dikerjakan Wolf, cepat atau lambat, Wolf akan kembali untuk mengambil kunci dan jaket itu. Zoe mengambil keduanya, lalu membawanya duduk di sofa. Menunggu. Ia akan bersabar.***“Aku tidak tahu kalau bernyanyi adalah beban untukmu! Sudah berapa kali aku katakan kalau kau akan melakukan rekaman itu berarti kau harus menjaga mutu suaramu!” Wolf menatap Iris yang mengangguk dengan lemas.Wajahnya tampak pucat, karena lelah tentunya. Ia sudah berada di studio itu semenjak sebelum tengah malam sampai sekarang pukul tujuh. Yang mana juga adalah jadwal mendadak. Seharusnya rekaman itu nanti siang, tapi Wolf memajukan jadwalnya begitu saja. Dan tentu Iris harus menerimanya
last updateLast Updated : 2023-03-20
Read more

156. Rencanamu yang Akan Menyakitiku

“Jangan menangis…”Wolf menyambar tisu yang ada di atas meja, pada akhirnya membantu Zoe untuk menghapus air matanya.“Maaf… maafkan aku…” isak Zoe.“Bagaimana mungkin justru aku harus menenangkanmu sekarang? Seharusnya aku yang butuh ditenangkan.” Walau menggerutu, tapi Wolf tetap saja membantu Zoe untuk menghapus air mata dan mengelus kepalanya. Wolf tentu saja merasa kalau ini semua tidak adil. Ia yang tadi marah dan harus ditenangkan—dibujuk agar tidak lagi marah. tapi pada kenyataannya justru ia yang kini harus menenangkan Zoe. Ketidakadilan yang sangat nyata, tapi diterima dan dilakukan dengan otomatis.“Cinta memang sangat aneh,” gumam Wolf, sambil memeluk Zoe yang masih menangis di dadanya.“Aku tidak melakukan apapun dengannya. Pria itu menjijikkan. Aku hanya ingin mendekatinya agar bisa membalas dendam. Hidupnya terlalu bahagia.” Zoe meneruskan penjelasannya.“Ya… ya, aku mengerti.” Wolf menggeleng dan pada akhirnya tersenyum geli.Menyadari kalau saga kemarahannya hanya be
last updateLast Updated : 2023-03-20
Read more

157. Terlalu Berani Untukmu

“Apa aku harus menunggu di sini seharian?!” Zoe dengan panik menatap ke arah pintu.“Ide itu tidak buruk, aku akan melarang siapa saja untuk masuk.” Wolf langsung menerima.“Tapi lama sekali. Aku tidak mau.” Zoe bukan sedang mengusulkan tadi. Ia sedang menyebut kemungkinan terburuk yang tidak diinginkannya.“Kenapa tidak? Apa kau punya rencana?” Wolf mengangkat alis.“Tidak ada yang urgent.” Zoe hanya berencana untuk menemui Tiana dan juga Sara hari ini. Tentu untuk merayakan kemenangannya. Juga ada Lili yang mengirim pesan, tapi ia baru ada di New York minggu depan. Kesibukannya berakhir dengan tiba-tiba begitu malam final itu terjadi.“Maka tidak masalah kalau kau menunggu di sini. Tenang saja tidak akan ada yang masuk tanpa izinku. Tidak akan ada yang tahu kau ada di sini.”“Tapi…”“Dan aku punya cara yang paling tepat untuk membuatmu tidak bosan menunggu.”Wolf mengangkat hoodie yang dipakai Zoe, dan kecewa saat melihat kaos yang ada di dalam. Akan lebih menarik kalau Zoe hanya m
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more

158. Rahasiamu yang Harus Disimpan

“Untuk lagunya? Ya, aku akan menanganinya sendiri. Kau masih bisa menyesuaikan jadwalku bukan?” Jadwal Wolf sudah amat penuh karena ia menangani empat penyanyi sejauh ini, ditambah satu berarti akan semakin sibuk.“Entahlah, aku harus…”“Kalau memang tidak bisa, biar Jacob yang mengurus Iris.” Wolf memotong keberatan Becca. Saat ini paling rela melepaskan Iris tentunya.Selain karena masalahnya dengan Zoe, Wolf juga sudah lelah menghadapi tingkahnya.“No! Iris akan mengamuk!” Becca tampak menggeleng panik.“Biarkan saja. Kalau ingin mengamuk suruh saja menemuiku. Jacob bukan produser yang buruk. Ia beruntung bisa mendapatkannya.” Wolf terang saja tidak akan peduli dengan amukan Iris.“Tapi kenapa bukan… Ms. Moreau saja yang bersama Jacob? Mereka sudah saling mengenal.” Becca mengusulkan ide yang menurutnya lebih damai, tapi saat melihat mata Wolf yang berubah menusuk Becca tahu ia salah.“Sejak kapan kau boleh memberiku usul tentang siapa saja penyanyi yang aku urus?” tanya Wolf.Tida
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more

159. Duniamu yang Baru

“Selamat datang di Wolf. Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik setelah ini,” kata Wolf, dengan nada yang amat resmi.“Pfft!” Zoe tentu saja tertawa.“Aku bukan ingin menggoda atau mengejek. Aku memakai ucapan penyambutan yang sama untuk yang lainnya,” kata Wolf, sambil menyingkirkan kontrak itu.“Lalu karena kepentingan soal rahasia tadi, maka kau harus mengingat kalau saat ada di kantor ini, hubungan kita menjadi profesional saja. Tidak lebih antara produser dan penyanyi,” kata Wolf.“Benarkah? Lalu itu apa?” Zoe menunjuk tangannya yang belum dilepaskan oleh Wolf semenjak mereka berjabat tangan. Wolf bahkan mengelusnya beberapa kali.Apa yang dilakukan Wolf tidak sesuai dengan ucapan. Wolf terkekeh, dan menarik tangan itu sampai Zoe menunduk dan mengecup bibirnya.“Apa kau melakukan ini pada setiap penyanyi baru? Kalau iya, aku akan memprotes,” goda Zoe.“Tidak, karena tidak satupun dari mereka yang juga istriku.” Balasan sempurna, yang bisa membuat Zoe tersipu.“Lagi pula,
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
23
DMCA.com Protection Status