Beranda / Romansa / ISTRI BISU SANG CEO / 153. Salahmu dan Aku Diam

Share

153. Salahmu dan Aku Diam

Penulis: aisakurachan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Ini.” Zoe mengulurkan bathrobe yang ditemukannya di kamar, untuk Wolf juga setelah ia memakai yang lain. Ia tidak menemukan pakaian, hanya bathrobe itu.

Wolf mengambil bathrobe itu dan memakainya—tanpa bicara. Dan itu mengejutkan Zoe. Heran melihatnya menerima bathrobe itu tanpa memprotes atau menggoda.

Wolf yang biasanya tidak akan melewatkan kesempatan untuk menggodanya. Seperti mengatakan ia tidak membutuhkan pakaian, dan akan menunggu Zoe yang memaksanya—atau pada akhirnya Zoe yang memakaikan bathrobe itu.

Wolf yang menurut seharusnya benar, tapi tidak terasa benar.

“Ini.” Wolf meletakkan bacon dan telur di meja lalu duduk dan makan.

Keanehan lain, karena biasanya Wolf akan memintanya duduk, lalu mereka akan mulai makan bersama.

“Kita kembali ke New York setelah sarapan,” kata Wolf. Meski saat ini sangat siang, makanan itu tetap sarapan.

Tapi Zoe tidak peduli dengan kesalahan itu, ia lebih peduli dengan rencana yang tiba-tiba berubah itu. Meski mereka lebih banyak ‘bekerja’ tidak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Ipin Arifin
gantian nih ceritanya,,,sama2 diem nih pasutri
goodnovel comment avatar
Yanti
wah jangan sampai perang dunia lagi ya. love & peace
goodnovel comment avatar
Dvbyw505
Wah Wolf klo marah tipe2 yg diem gt, pusing pala berbi klo gt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRI BISU SANG CEO   154. Salahmu Membuatnya Diam

    Pesan Wolf tertutup oleh pesan Max, ia terpaksa membaca pesan Max yang terpampang di layar ponselnya.[Pagi, maaf mengirim pesan pada jam yang tidak biasa. Aku ingin pesan ini yang kau baca saat pertama bangun tidur. Kau pasti sangat sibuk sampai tidak bisa menjawab panggilan maupun membaca pesanku sejak kemarin siang. Kalau siang nanti kau sudah tidak sangat sibuk, apakah kita bisa bertemu? Aku ingin mengucapkan selamat pada atas kemenanganmu]Pesan yang tidak penting. Zoe mengabaikan, dan membaca pesan balasan Wolf.[KAbtor]Pesan typo, tapi Zoe mengerti. Wolf mengatakan ia ada di kantor. Dari tiga pertanyaan yang diajukan Zoe, Wolf menjawab hanya satu.Kekecewaan membuat Zoe kembali lemas, dan berbaring di karpet itu. Balasan itu tidak berarti apapun untuknya. Tidak menjawab hal yang paling penting.Zoe lalu memejamkan mata, mencoba untuk mengingat detail apa yang sebenarnya terjadi di kabin itu. Apakah ia melakukan hal yang menyinggung Wolf atau apa.Zoe ingat ia hanya menyebut te

  • ISTRI BISU SANG CEO   155. Maafmu yang Tidak Adil

    Sekali pandang, Zoe tahu itu ruangan Wolf, karena sangat mirip dengan ruang kerja yang ada di rumah Wolf.Kosong, tapi Zoe melihat jaket dan kunci mobil Wolf di meja. Ia datang di tempat yang benar. Hanya belum jelas Wolf ada di mana. Dan tidak berguna juga kalau ia berputar mencari Wolf.Selain akan mengganggu apapun yang dikerjakan Wolf, cepat atau lambat, Wolf akan kembali untuk mengambil kunci dan jaket itu. Zoe mengambil keduanya, lalu membawanya duduk di sofa. Menunggu. Ia akan bersabar.***“Aku tidak tahu kalau bernyanyi adalah beban untukmu! Sudah berapa kali aku katakan kalau kau akan melakukan rekaman itu berarti kau harus menjaga mutu suaramu!” Wolf menatap Iris yang mengangguk dengan lemas.Wajahnya tampak pucat, karena lelah tentunya. Ia sudah berada di studio itu semenjak sebelum tengah malam sampai sekarang pukul tujuh. Yang mana juga adalah jadwal mendadak. Seharusnya rekaman itu nanti siang, tapi Wolf memajukan jadwalnya begitu saja. Dan tentu Iris harus menerimanya

  • ISTRI BISU SANG CEO   156. Rencanamu yang Akan Menyakitiku

    “Jangan menangis…”Wolf menyambar tisu yang ada di atas meja, pada akhirnya membantu Zoe untuk menghapus air matanya.“Maaf… maafkan aku…” isak Zoe.“Bagaimana mungkin justru aku harus menenangkanmu sekarang? Seharusnya aku yang butuh ditenangkan.” Walau menggerutu, tapi Wolf tetap saja membantu Zoe untuk menghapus air mata dan mengelus kepalanya. Wolf tentu saja merasa kalau ini semua tidak adil. Ia yang tadi marah dan harus ditenangkan—dibujuk agar tidak lagi marah. tapi pada kenyataannya justru ia yang kini harus menenangkan Zoe. Ketidakadilan yang sangat nyata, tapi diterima dan dilakukan dengan otomatis.“Cinta memang sangat aneh,” gumam Wolf, sambil memeluk Zoe yang masih menangis di dadanya.“Aku tidak melakukan apapun dengannya. Pria itu menjijikkan. Aku hanya ingin mendekatinya agar bisa membalas dendam. Hidupnya terlalu bahagia.” Zoe meneruskan penjelasannya.“Ya… ya, aku mengerti.” Wolf menggeleng dan pada akhirnya tersenyum geli.Menyadari kalau saga kemarahannya hanya be

  • ISTRI BISU SANG CEO   157. Terlalu Berani Untukmu

    “Apa aku harus menunggu di sini seharian?!” Zoe dengan panik menatap ke arah pintu.“Ide itu tidak buruk, aku akan melarang siapa saja untuk masuk.” Wolf langsung menerima.“Tapi lama sekali. Aku tidak mau.” Zoe bukan sedang mengusulkan tadi. Ia sedang menyebut kemungkinan terburuk yang tidak diinginkannya.“Kenapa tidak? Apa kau punya rencana?” Wolf mengangkat alis.“Tidak ada yang urgent.” Zoe hanya berencana untuk menemui Tiana dan juga Sara hari ini. Tentu untuk merayakan kemenangannya. Juga ada Lili yang mengirim pesan, tapi ia baru ada di New York minggu depan. Kesibukannya berakhir dengan tiba-tiba begitu malam final itu terjadi.“Maka tidak masalah kalau kau menunggu di sini. Tenang saja tidak akan ada yang masuk tanpa izinku. Tidak akan ada yang tahu kau ada di sini.”“Tapi…”“Dan aku punya cara yang paling tepat untuk membuatmu tidak bosan menunggu.”Wolf mengangkat hoodie yang dipakai Zoe, dan kecewa saat melihat kaos yang ada di dalam. Akan lebih menarik kalau Zoe hanya m

  • ISTRI BISU SANG CEO   158. Rahasiamu yang Harus Disimpan

    “Untuk lagunya? Ya, aku akan menanganinya sendiri. Kau masih bisa menyesuaikan jadwalku bukan?” Jadwal Wolf sudah amat penuh karena ia menangani empat penyanyi sejauh ini, ditambah satu berarti akan semakin sibuk.“Entahlah, aku harus…”“Kalau memang tidak bisa, biar Jacob yang mengurus Iris.” Wolf memotong keberatan Becca. Saat ini paling rela melepaskan Iris tentunya.Selain karena masalahnya dengan Zoe, Wolf juga sudah lelah menghadapi tingkahnya.“No! Iris akan mengamuk!” Becca tampak menggeleng panik.“Biarkan saja. Kalau ingin mengamuk suruh saja menemuiku. Jacob bukan produser yang buruk. Ia beruntung bisa mendapatkannya.” Wolf terang saja tidak akan peduli dengan amukan Iris.“Tapi kenapa bukan… Ms. Moreau saja yang bersama Jacob? Mereka sudah saling mengenal.” Becca mengusulkan ide yang menurutnya lebih damai, tapi saat melihat mata Wolf yang berubah menusuk Becca tahu ia salah.“Sejak kapan kau boleh memberiku usul tentang siapa saja penyanyi yang aku urus?” tanya Wolf.Tida

  • ISTRI BISU SANG CEO   159. Duniamu yang Baru

    “Selamat datang di Wolf. Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik setelah ini,” kata Wolf, dengan nada yang amat resmi.“Pfft!” Zoe tentu saja tertawa.“Aku bukan ingin menggoda atau mengejek. Aku memakai ucapan penyambutan yang sama untuk yang lainnya,” kata Wolf, sambil menyingkirkan kontrak itu.“Lalu karena kepentingan soal rahasia tadi, maka kau harus mengingat kalau saat ada di kantor ini, hubungan kita menjadi profesional saja. Tidak lebih antara produser dan penyanyi,” kata Wolf.“Benarkah? Lalu itu apa?” Zoe menunjuk tangannya yang belum dilepaskan oleh Wolf semenjak mereka berjabat tangan. Wolf bahkan mengelusnya beberapa kali.Apa yang dilakukan Wolf tidak sesuai dengan ucapan. Wolf terkekeh, dan menarik tangan itu sampai Zoe menunduk dan mengecup bibirnya.“Apa kau melakukan ini pada setiap penyanyi baru? Kalau iya, aku akan memprotes,” goda Zoe.“Tidak, karena tidak satupun dari mereka yang juga istriku.” Balasan sempurna, yang bisa membuat Zoe tersipu.“Lagi pula,

  • ISTRI BISU SANG CEO   160. Seleramu Bukan Ini

    “Ini sampah!” Iris mencampakkan daftar yang diberikan oleh Cleo beberapa minggu yang lalu.“Oh? Kenapa?” Cleo mengambil kertas yang ada di lantai dan memeriksa. Itu adalah daftar artis dan penyanyi baru yang kemarin diminta oleh Iris.“Mereka semua jelek. Max tidak akan tertarik pada mereka!” ujar Iris dengan ketus.Iris cukup tahu bagaimana selera Max, dan semua yang ada di daftar itu tidak cocok dengan kriterianya.Max biasanya akan menyukai gadis yang terlihat polos dan cantik, mengesankan kecantikan murni. Tapi semua yang ada di daftar itu bukanlah gadis polos. Artis dan penyanyi yang bergabung di Wolf beberapa minggu terakhir ini tidak ada yang benar-benar baru.Kebanyakannya penyanyi dan aktris yang berpindah agensi atau label. Bukan artis pendatang baru yang polos. Max tidak akan berminat pada mereka.“Kau cari lagi! Pasti masih ada orang lain yang belum kau tulis di situ!” Iris tentu saja langsung menuduh kalau Cleo tidak bekerja dengan baik. Cleo tidak bisa membantah. Cloe

  • ISTRI BISU SANG CEO   161. Kualitasmu yang Memburuk

    Wolf memaki karena terkejut. Tiba-tiba saja ada yang membuka pintunya dengan kasar. “Apa kau sudah begitu bosan hidup?!” bentak Wolf. Biasanya Iris akan takut pada bentakan Wolf, maupun tegurannya. Satu-satunya orang yang bisa mengendalikan Iris adalah memang Wolf. Tapi untuk kali ini Iris sedang benar-benar kalap. Ia langsung berdiri di hadapan Wolf dan menggebrak mejanya. “Kenapa kenapa kau mengeluarkanku dari Big Four?! Aku sudah memenuhi keinginanmu meski jadwalnya gila kemarin!” Iris menumpahkan kemarahannya karena masih ingat bagaimana Wolf kemarin dengan semena-mena memintanya untuk datang saat malam dan bernyanyi. Mengubah jadwalnya begitu saja. Iris sedang merasakan ketidakadilan, karena merasa ia sudah menuruti kemauan Wolf. “Tapi apa kau menurut saat aku memintamu untuk tidak minum alkohol dan merokok saat akan melakukan rekaman?” tanya Wolf Iris tampak terdiam seperti menelan lidahnya sendiri. Sifat buruk yang itu memang masih sering dilakukannya. Wolf menutup lap

Bab terbaru

  • ISTRI BISU SANG CEO   Extra 3 ~ Dunia Kita

    “LORIA MOREAU!”Zoe diam. Ia mendengar namanya, tapi tidak percaya kalau nama itu miliknya.“Wake up, Baby. And smile. It’s your’s.” (Bangun dan tersenyumlah. Piala itu milikmu)Bisikan Wolf itu akhirnya memunculkan emosi. Zoe memerah karena haru, baru bisa berdiri saat Wolf membantunya. Sayang Wolf tidak bisa mengantarnya ke panggung.Untungnya ada tangan Syanne yang membantunya, lalu Jacob yang ada paling dekat dengan panggung, membantunya meniti tangga agar sampai di atas.Zoe beberapa kali mengucapkan terima kasih pada orang yang mengulurka piala miliknya, sebelum akhirnya berdiri di hadapan mic untuk menyampaikan sambutan.Zoe menghela napas beberapa kali, menghapus air mata dan akhirnya bisa menatap ke arah kamera dan penonton—yang menunggunya dengan sabar.“Ini hal yang tidak pernah saya impikan, berdiri di sini dan menerima ini.” Zoe menatap piala yang ada di tangannya sekali lagi dan tersenyum.“Saya… sempat mengubur impian ini. Tidak lagi berharap untuk bisa bernyanyi—apalagi

  • ISTRI BISU SANG CEO   Extra 2 ~ Usai dan Selesai

    “Zoe, tunggu. Apa hanya seperti ini?” Max terlihat kembali akan menyentuh tangan Zoe, tapi ditepis. “Zoe, kita punya masa lalu, dan…” “Exactly! Masa lalu yang sudah tidak signifikan lagi karena aku sudah menemukan masa depan yang indah. Tidak lagi menjadi kacung yang kau anggap seperti kain kotor!” Bentakan yang membuat Max terdiam dan kembali menunduk meremas tangannya. Zoe tidak lagi peduli apakah orang lain mendengarnya atau tidak. Ia ingin Max mengerti agar tidak lagi berusaha. “Kembalilah ke liang dimana kau berada, dan silahkan mengingat kenapa kau dulu memilih untuk membiarkanku mati. Agar kau sadar kenapa aku tidak akan pernah berkelas kasihan padamu!” Zoe menyambar kacamata hitam yang ada di meja lalu memakainya dan berjalan keluar. Urusannya berakhir. Ia kemarin juga sudah menolak permintaan Iris yang berusaha menghubunginya dari penjara. Zoe tidak ingin merusak harinya dengan mendengar omong kosong. Sedangkan Billy—ia tidak mencoba sama sekali. Diantara mereka bertiga

  • ISTRI BISU SANG CEO   Extra 1 ~ Tidak Ada Maaf

    Zoe melakukan sesuatu yang tidak akan disukai oleh Wolf. Ia tidak akan berbohong, tapi akan mengatakannya nanti setelah selesai. Zoe ingin menyelesaikan ini sendiri tanpa campur tangan orang lain.Tentu saja tidak mudah. Ia melangkah dengan hati gelisah. Zoe beberapa kali menggeser kacamata hitam yang ada di atas hidung, sementara tangan yang lain menenteng bunga dan box hadiah berwarna pink yang cantik.Zoe gelisah karena tahu ia akan dikenali saat masuk nanti. Tapi sudah pasrah. Tidak mungkin juga menyembunyikan identitasnya sekarang—mengingat orang yang akan ditemuinya.Zoe menghampiri loket setelah ia menuliskan nama dan nomor tahanan di selembar formulir, dan menyerahkannya.“Silahkan tunggu di sana. Nanti akan kami panggil,” kata sipir penjara yang ada di belakang loket.Ia menatap Zoe beberapa kali saat ada sipir lain yang memeriksa bawaan Zoe—memastikan tidak ada benda terlarang diselundupkan, melirik untuk memastikan—bahkan membaca namanya yang ada di formulir, tapi tidak ber

  • ISTRI BISU SANG CEO   224. Bersamamu

    “Ini.” Wolf menyerahkan cangkir pada Zoe. Zoe ingin menerima tapi tangannya masih sibuk membalas pesan yang masuk ke ponselnya. “Cliff benar-benar belum punya kekasih bukan?” tanya Zoe. “Hm? Untuk apa kau bertanya?” Wolf mengernyit curiga tentu.“Untuk Sara. Ia ingin meyakinkan karena tidak percaya pria seperti Cliff masih single.” Zoe mendecak sambil menunjukkan pesan yang dikirim oleh Sara untuknya. Menunjukkan kalau ia tidak berbohong. Ia memang bertanya untuk Sara bukan untuk dirinya. “Belum. Kata Clay ia sempat punya—wartawan atau MC, aku lupa. Tapi putus saat Cliff akan pindah dan ke sini. Entah dia pindah lalu mereka putus, atau putus dan baru pindah.” Wolf hanya mengulang kata-kata Clay tentu. Dan kini Zoe mengulangnya dalam bentuk pesan untuk Sara, dan mengirimnya agar tenang. “Bagaimana kau bisa tahu detail ini?” Setelah mengirim pesan dan mengambil cangkir bagiannya Zoe bertanya dengan heran. Pengetahuan itu terlalu mendetail—terutama saat berasal dari Wolf yang bias

  • ISTRI BISU SANG CEO   223. Kesalahanmu yang Tersimpan

    “Tapi seharusnya dia ada di penjara…”Max mengingkari kenyataan sekali lagi. Baginya Loria masih tidak mungkin Zoe karena seharusnya ia ada di dalam penjara.“Tololmu tidak ada habisnya!” Billy menggebrak meja dan mengamuk. Mencekik leher Max dengan tangannya yang terborgol. Tentu saja segera terjadi keributan dan teriakan saat polisi yang berjaga menerjang Billy melumpuhkannya ke lantai.Tapi rupanya Billy benar-benar marah pada Max, karena ia masih memberontak dan memaki pada Max, meski ia sudah ada dalam posisi menelungkup.“DASAR OTAK UDANG! KEPALAMU ITU…”“SILENCE!”Bentakan Billy kalah dari hakim yang berseru menggelegar. Tidak hanya Billy yang terdiam, wartawan dan penonton yang ribut pun diam. “Sekali lagi ada yang mengganggu aku akan menjadwalkan ulang sidang ini! PAHAM?!”Sunyinya ruangan itu, hanya berarti mereka semua mengerti. “Bawa keluar. Mr. Dacosta, saya akan memastikan tindakan ini akan masuk dalam dakwaan Anda. Penyerangan, tindak tidak sopan dan mengganggu keter

  • ISTRI BISU SANG CEO   222. Masa Lalumu yang Berbeda

    Jaksa itu memulai dengan pertanyaan standar, tentang latar belakang Sara—pendidikan, berapa lama ia telah menjadi psikiater dan lain sebagainya. Baru setelah itu ia menyebut tentang Zoe. “Sejak kapan Ms. Zoe Anderson menjadi pasien Anda?” tanya Jaksa. “Lebih dari setahun.” Sara menjawab dengan jelas. Tidak terlihat lagi mode ceria yang biasa dipakainya saat berhadapan dengan pasien. “Bisa Anda jelaskan bagaimana keadaan Ms. Anderson saat itu?” “Zoe datang dengan keinginan untuk sembuh, karena ia menderita trauma berat yang sangat terlihat dan membuatnya tidak bisa menjalani kehidupan yang normal.” “Bisa tolong jelaskan lebih lanjut tentang trauma itu?” Sara mengangguk. Tenang karena semua sesuai dengan perkiraan yang diberikan Cliff. “Zoe datang dalam keadaan tidak bisa bicara, tapi hasil pemeriksaan dokter memperlihatkan kalau Zoe tidak menderita luka fisik lagi. Semua syarafnya normal tanpa gangguan, maka bisa dipastikan kalau keadaan tidak bisa bicara itu adalah hasil lain da

  • ISTRI BISU SANG CEO   221. Perlindungan Untukmu

    “Itu… Aneh. Kau jangan bercanda!” Iris menggeleng keras sambil menatap Zoe dari ujung kepala sampai ujung kaki. Berusaha mengenali sosoknya sebagai orang yang sama—dengan yang dilihatnya dulu saat bersama dengan Max.“Apa aku pernah bercanda saat bicara denganmu?”Wolf membalas dengan datar sambil menarik kursi untuk Zoe. Kursi yang paling jauh dari Iris. Ia masih kehilangan kata-kata dan terus memandang Zoe.“Kau benar-benar Zoe Anderson?” Iris masih melotot ke arah Zoe.“Ya, sebelum mengubah nama menjadi Loria Moreau, itu adalah namaku juga.” Zoe membalas dengan tenang. Kegugupan yang tadi menghantui tidak lagi ada.Pertemuan dengan Iris itu mungkin tidak terduga dan nyaris menyebalkan, tapi Zoe merasa mendapat kekuatan, karena sangat sadar kalau ia saat ini berada di atas.Melihat Iris yang terkejut, Zoe merasakan kepuasan. Kemenangan karena berhasil menunjukkan dirinya yang baru kepada Iria. Bukan lagi perempuan kumal yang dulu ditemuinya—dan diabaikan karena dianggap tidak setara

  • ISTRI BISU SANG CEO   220. Masalah Masa Lalumu yang Terakhir

    Zoe mengusap rock dan blazernya yang berwarna cream netral. Pilihan dari Darcy agar Zoe tidak tampak mengintimidasi maupun muram. Ia tengah merasa gugup karena dari kejauhan bisa melihat bagaimana wartawan berkerumun di depan pengadilan. Mreka tentu saja menunggu sosok Zoe Anderson yang sama sekali misterius. Tidak ada yang memuat gambar Zoe dalam berita, karena memang tidak ada dokumentasi apapun dari kasus Zoe. Dulu Zoe terluka dan ada di rumah sakit, jadi sama sekali tidak menghadiri pengadilan sebagai tersangka. Tidak ada yang merekam wajahnya maupun tertarik untuk mencari tahu di rumah sakit karena kasus itu sangat jelas membuatnya menjadi tersangka. Zoe juga mengusap rambutnya yang berwarna kembali pirang. Ia tidak memakai wig hari ini. Pertama kalinya ia akan muncul tanpa rambut hitam—dan sejujurnya membuat Zoe lebih gugup lagi. Seolah melepaskan topeng yang selama ini melindunginya. Zoe akan menjadi Zoe di hadapan orang banyak, bukan lagi Loria. “Mereka akan terpesona pada

  • ISTRI BISU SANG CEO   219. Caramu yang Licik

    “Dia ingin menyelamatkan diri! Licik sekali!” Wolf mendesis kesal.Sudah jelas dari pernyataan Iris itu terlihat kalau ia memang hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri dengan menyalahkan Max dan juga Billy.“Ia membuat mereka terkesan menekan dirinya untuk menyembunyikan kenyataan tentang Zoe. Iris lalu memakai alasan tekanan itu dan menjadikannya terlihat sebagai alasan semua perbuatan anehnya kemarin. Ia bersembunyi dari kesalahan dengan memakai alasan kesehatan mental.” Sara menggeleng dan tampak jengkel. Tentulah ia kesal saat ada orang yang menjadikan kesehatan mental sebagai kebohongan.“Dia berhasil keluar memakai sekoci sebelum kapalnya benar-benar karam.” Cliff memandang Iris yang terus terisak dan menangis diantara kata-katanya.“Tidak masalah. Biarkan saja,” kata Zoe sambil bersedekap dan menatap ke arah televiisi tanpa berkedip.“Apa maksudmu biarkan saja? Dia berbohong lagi!” Wolf juga menunjuk ke arah televisi dengan wajah tidak terima.“Setidaknya dia telah jujur, ba

DMCA.com Protection Status