“Jangan menangis…”Wolf menyambar tisu yang ada di atas meja, pada akhirnya membantu Zoe untuk menghapus air matanya.“Maaf… maafkan aku…” isak Zoe.“Bagaimana mungkin justru aku harus menenangkanmu sekarang? Seharusnya aku yang butuh ditenangkan.” Walau menggerutu, tapi Wolf tetap saja membantu Zoe untuk menghapus air mata dan mengelus kepalanya. Wolf tentu saja merasa kalau ini semua tidak adil. Ia yang tadi marah dan harus ditenangkan—dibujuk agar tidak lagi marah. tapi pada kenyataannya justru ia yang kini harus menenangkan Zoe. Ketidakadilan yang sangat nyata, tapi diterima dan dilakukan dengan otomatis.“Cinta memang sangat aneh,” gumam Wolf, sambil memeluk Zoe yang masih menangis di dadanya.“Aku tidak melakukan apapun dengannya. Pria itu menjijikkan. Aku hanya ingin mendekatinya agar bisa membalas dendam. Hidupnya terlalu bahagia.” Zoe meneruskan penjelasannya.“Ya… ya, aku mengerti.” Wolf menggeleng dan pada akhirnya tersenyum geli.Menyadari kalau saga kemarahannya hanya be
“Apa aku harus menunggu di sini seharian?!” Zoe dengan panik menatap ke arah pintu.“Ide itu tidak buruk, aku akan melarang siapa saja untuk masuk.” Wolf langsung menerima.“Tapi lama sekali. Aku tidak mau.” Zoe bukan sedang mengusulkan tadi. Ia sedang menyebut kemungkinan terburuk yang tidak diinginkannya.“Kenapa tidak? Apa kau punya rencana?” Wolf mengangkat alis.“Tidak ada yang urgent.” Zoe hanya berencana untuk menemui Tiana dan juga Sara hari ini. Tentu untuk merayakan kemenangannya. Juga ada Lili yang mengirim pesan, tapi ia baru ada di New York minggu depan. Kesibukannya berakhir dengan tiba-tiba begitu malam final itu terjadi.“Maka tidak masalah kalau kau menunggu di sini. Tenang saja tidak akan ada yang masuk tanpa izinku. Tidak akan ada yang tahu kau ada di sini.”“Tapi…”“Dan aku punya cara yang paling tepat untuk membuatmu tidak bosan menunggu.”Wolf mengangkat hoodie yang dipakai Zoe, dan kecewa saat melihat kaos yang ada di dalam. Akan lebih menarik kalau Zoe hanya m
“Untuk lagunya? Ya, aku akan menanganinya sendiri. Kau masih bisa menyesuaikan jadwalku bukan?” Jadwal Wolf sudah amat penuh karena ia menangani empat penyanyi sejauh ini, ditambah satu berarti akan semakin sibuk.“Entahlah, aku harus…”“Kalau memang tidak bisa, biar Jacob yang mengurus Iris.” Wolf memotong keberatan Becca. Saat ini paling rela melepaskan Iris tentunya.Selain karena masalahnya dengan Zoe, Wolf juga sudah lelah menghadapi tingkahnya.“No! Iris akan mengamuk!” Becca tampak menggeleng panik.“Biarkan saja. Kalau ingin mengamuk suruh saja menemuiku. Jacob bukan produser yang buruk. Ia beruntung bisa mendapatkannya.” Wolf terang saja tidak akan peduli dengan amukan Iris.“Tapi kenapa bukan… Ms. Moreau saja yang bersama Jacob? Mereka sudah saling mengenal.” Becca mengusulkan ide yang menurutnya lebih damai, tapi saat melihat mata Wolf yang berubah menusuk Becca tahu ia salah.“Sejak kapan kau boleh memberiku usul tentang siapa saja penyanyi yang aku urus?” tanya Wolf.Tida
“Selamat datang di Wolf. Saya harap kita bisa bekerja sama dengan baik setelah ini,” kata Wolf, dengan nada yang amat resmi.“Pfft!” Zoe tentu saja tertawa.“Aku bukan ingin menggoda atau mengejek. Aku memakai ucapan penyambutan yang sama untuk yang lainnya,” kata Wolf, sambil menyingkirkan kontrak itu.“Lalu karena kepentingan soal rahasia tadi, maka kau harus mengingat kalau saat ada di kantor ini, hubungan kita menjadi profesional saja. Tidak lebih antara produser dan penyanyi,” kata Wolf.“Benarkah? Lalu itu apa?” Zoe menunjuk tangannya yang belum dilepaskan oleh Wolf semenjak mereka berjabat tangan. Wolf bahkan mengelusnya beberapa kali.Apa yang dilakukan Wolf tidak sesuai dengan ucapan. Wolf terkekeh, dan menarik tangan itu sampai Zoe menunduk dan mengecup bibirnya.“Apa kau melakukan ini pada setiap penyanyi baru? Kalau iya, aku akan memprotes,” goda Zoe.“Tidak, karena tidak satupun dari mereka yang juga istriku.” Balasan sempurna, yang bisa membuat Zoe tersipu.“Lagi pula,
“Ini sampah!” Iris mencampakkan daftar yang diberikan oleh Cleo beberapa minggu yang lalu.“Oh? Kenapa?” Cleo mengambil kertas yang ada di lantai dan memeriksa. Itu adalah daftar artis dan penyanyi baru yang kemarin diminta oleh Iris.“Mereka semua jelek. Max tidak akan tertarik pada mereka!” ujar Iris dengan ketus.Iris cukup tahu bagaimana selera Max, dan semua yang ada di daftar itu tidak cocok dengan kriterianya.Max biasanya akan menyukai gadis yang terlihat polos dan cantik, mengesankan kecantikan murni. Tapi semua yang ada di daftar itu bukanlah gadis polos. Artis dan penyanyi yang bergabung di Wolf beberapa minggu terakhir ini tidak ada yang benar-benar baru.Kebanyakannya penyanyi dan aktris yang berpindah agensi atau label. Bukan artis pendatang baru yang polos. Max tidak akan berminat pada mereka.“Kau cari lagi! Pasti masih ada orang lain yang belum kau tulis di situ!” Iris tentu saja langsung menuduh kalau Cleo tidak bekerja dengan baik. Cleo tidak bisa membantah. Cloe
Wolf memaki karena terkejut. Tiba-tiba saja ada yang membuka pintunya dengan kasar. “Apa kau sudah begitu bosan hidup?!” bentak Wolf. Biasanya Iris akan takut pada bentakan Wolf, maupun tegurannya. Satu-satunya orang yang bisa mengendalikan Iris adalah memang Wolf. Tapi untuk kali ini Iris sedang benar-benar kalap. Ia langsung berdiri di hadapan Wolf dan menggebrak mejanya. “Kenapa kenapa kau mengeluarkanku dari Big Four?! Aku sudah memenuhi keinginanmu meski jadwalnya gila kemarin!” Iris menumpahkan kemarahannya karena masih ingat bagaimana Wolf kemarin dengan semena-mena memintanya untuk datang saat malam dan bernyanyi. Mengubah jadwalnya begitu saja. Iris sedang merasakan ketidakadilan, karena merasa ia sudah menuruti kemauan Wolf. “Tapi apa kau menurut saat aku memintamu untuk tidak minum alkohol dan merokok saat akan melakukan rekaman?” tanya Wolf Iris tampak terdiam seperti menelan lidahnya sendiri. Sifat buruk yang itu memang masih sering dilakukannya. Wolf menutup lap
“Kenapa kau masih harus bertanya padaku? Bukankah sudah jelas hal yang paling menghancurkan bagi artis bidang manapun—baik aktor maupun penyanyi adalah skandal?” Sanchez memandang Wolf dengan heran.“Masalahnya dia bersama Billy. Aku yakin Billy akan membelanya sekuat tenaga,” kata Wolf.Mengingat bagaimana Billy begitu rapi saat menutupi kejadian dengan Zoe, Wolf yakin Billy akan melakukan apapun untuk menutupi skandal Max yang berikutnya.Dan sejujurnya Wolf sangat mengerti sudut pandang Billy. Karena biasanya ia akan melakukan hal yang sama, saat salah satu penyanyinya melakukan kesalahan seperti itu. Ia akan menutupi kesalahan sebisa mungkin, sampai akhirnya tidak bisa lagi—sampai biaya untuk menutup kesalahan itu tidak sesuai dengan pemasukan yang diberikan oleh artis itu.“Kau ingin artis milik Nova hancur? Memang kenapa? Aku tidak pernah melihatmu ingin menghancurkan artis dari perusahaan lain sebelum ini.”Sanchez tentulah heran. Selama ini Wolf hanya pernah memakainya untuk m
Wolf memasuki rumahnya, melepaskan sepatu dan berjalan naik sambil melepaskan satu persatu kancing kemejanya. Tapi ia berhenti di ujung tangga lantai dua. Ini karena ia menyadari kalau rumahnya itu kosong. Tidak ada lampu yang menyala di lantai dua. Lampu di kamarnya tidak menyala. Ia memang pulang lebih terlambat dari perkiraan karena bertemu Sanchez, tapi lampu yang tidak menyala itu bukan berarti Zoe yang sudah tidur. Ia biasanya tetap memakai lampu tidur. Wolf mengambil ponsel dan memanggil. “Kau ada dimana? Kenapa kau tidak ada di rumah?” Wolf langsung bertanya dengan heran. Tadi dengan jelas Zoe mengatakan ia akan pulang terlebih dulu. “Apa maksudmu? Aku ada di rumah.” Zoe balik bertanya dengan suara mengantuk. “Kau tidur dimana?” Wolf kembali maju dan membuka kamarnya. Tidak ada Zoe seperti dugaan. “Di kamar.” Zoe kembali menjawab dengan suara malas. “Kau tidak ada di rumah! Ada di mana kau sebenarnya?” Wolf terang saja jengkel. “Aku ada di rumah! Aku kurang bersama den
“LORIA MOREAU!”Zoe diam. Ia mendengar namanya, tapi tidak percaya kalau nama itu miliknya.“Wake up, Baby. And smile. It’s your’s.” (Bangun dan tersenyumlah. Piala itu milikmu)Bisikan Wolf itu akhirnya memunculkan emosi. Zoe memerah karena haru, baru bisa berdiri saat Wolf membantunya. Sayang Wolf tidak bisa mengantarnya ke panggung.Untungnya ada tangan Syanne yang membantunya, lalu Jacob yang ada paling dekat dengan panggung, membantunya meniti tangga agar sampai di atas.Zoe beberapa kali mengucapkan terima kasih pada orang yang mengulurka piala miliknya, sebelum akhirnya berdiri di hadapan mic untuk menyampaikan sambutan.Zoe menghela napas beberapa kali, menghapus air mata dan akhirnya bisa menatap ke arah kamera dan penonton—yang menunggunya dengan sabar.“Ini hal yang tidak pernah saya impikan, berdiri di sini dan menerima ini.” Zoe menatap piala yang ada di tangannya sekali lagi dan tersenyum.“Saya… sempat mengubur impian ini. Tidak lagi berharap untuk bisa bernyanyi—apalagi
“Zoe, tunggu. Apa hanya seperti ini?” Max terlihat kembali akan menyentuh tangan Zoe, tapi ditepis. “Zoe, kita punya masa lalu, dan…” “Exactly! Masa lalu yang sudah tidak signifikan lagi karena aku sudah menemukan masa depan yang indah. Tidak lagi menjadi kacung yang kau anggap seperti kain kotor!” Bentakan yang membuat Max terdiam dan kembali menunduk meremas tangannya. Zoe tidak lagi peduli apakah orang lain mendengarnya atau tidak. Ia ingin Max mengerti agar tidak lagi berusaha. “Kembalilah ke liang dimana kau berada, dan silahkan mengingat kenapa kau dulu memilih untuk membiarkanku mati. Agar kau sadar kenapa aku tidak akan pernah berkelas kasihan padamu!” Zoe menyambar kacamata hitam yang ada di meja lalu memakainya dan berjalan keluar. Urusannya berakhir. Ia kemarin juga sudah menolak permintaan Iris yang berusaha menghubunginya dari penjara. Zoe tidak ingin merusak harinya dengan mendengar omong kosong. Sedangkan Billy—ia tidak mencoba sama sekali. Diantara mereka bertiga
Zoe melakukan sesuatu yang tidak akan disukai oleh Wolf. Ia tidak akan berbohong, tapi akan mengatakannya nanti setelah selesai. Zoe ingin menyelesaikan ini sendiri tanpa campur tangan orang lain.Tentu saja tidak mudah. Ia melangkah dengan hati gelisah. Zoe beberapa kali menggeser kacamata hitam yang ada di atas hidung, sementara tangan yang lain menenteng bunga dan box hadiah berwarna pink yang cantik.Zoe gelisah karena tahu ia akan dikenali saat masuk nanti. Tapi sudah pasrah. Tidak mungkin juga menyembunyikan identitasnya sekarang—mengingat orang yang akan ditemuinya.Zoe menghampiri loket setelah ia menuliskan nama dan nomor tahanan di selembar formulir, dan menyerahkannya.“Silahkan tunggu di sana. Nanti akan kami panggil,” kata sipir penjara yang ada di belakang loket.Ia menatap Zoe beberapa kali saat ada sipir lain yang memeriksa bawaan Zoe—memastikan tidak ada benda terlarang diselundupkan, melirik untuk memastikan—bahkan membaca namanya yang ada di formulir, tapi tidak ber
“Ini.” Wolf menyerahkan cangkir pada Zoe. Zoe ingin menerima tapi tangannya masih sibuk membalas pesan yang masuk ke ponselnya. “Cliff benar-benar belum punya kekasih bukan?” tanya Zoe. “Hm? Untuk apa kau bertanya?” Wolf mengernyit curiga tentu.“Untuk Sara. Ia ingin meyakinkan karena tidak percaya pria seperti Cliff masih single.” Zoe mendecak sambil menunjukkan pesan yang dikirim oleh Sara untuknya. Menunjukkan kalau ia tidak berbohong. Ia memang bertanya untuk Sara bukan untuk dirinya. “Belum. Kata Clay ia sempat punya—wartawan atau MC, aku lupa. Tapi putus saat Cliff akan pindah dan ke sini. Entah dia pindah lalu mereka putus, atau putus dan baru pindah.” Wolf hanya mengulang kata-kata Clay tentu. Dan kini Zoe mengulangnya dalam bentuk pesan untuk Sara, dan mengirimnya agar tenang. “Bagaimana kau bisa tahu detail ini?” Setelah mengirim pesan dan mengambil cangkir bagiannya Zoe bertanya dengan heran. Pengetahuan itu terlalu mendetail—terutama saat berasal dari Wolf yang bias
“Tapi seharusnya dia ada di penjara…”Max mengingkari kenyataan sekali lagi. Baginya Loria masih tidak mungkin Zoe karena seharusnya ia ada di dalam penjara.“Tololmu tidak ada habisnya!” Billy menggebrak meja dan mengamuk. Mencekik leher Max dengan tangannya yang terborgol. Tentu saja segera terjadi keributan dan teriakan saat polisi yang berjaga menerjang Billy melumpuhkannya ke lantai.Tapi rupanya Billy benar-benar marah pada Max, karena ia masih memberontak dan memaki pada Max, meski ia sudah ada dalam posisi menelungkup.“DASAR OTAK UDANG! KEPALAMU ITU…”“SILENCE!”Bentakan Billy kalah dari hakim yang berseru menggelegar. Tidak hanya Billy yang terdiam, wartawan dan penonton yang ribut pun diam. “Sekali lagi ada yang mengganggu aku akan menjadwalkan ulang sidang ini! PAHAM?!”Sunyinya ruangan itu, hanya berarti mereka semua mengerti. “Bawa keluar. Mr. Dacosta, saya akan memastikan tindakan ini akan masuk dalam dakwaan Anda. Penyerangan, tindak tidak sopan dan mengganggu keter
Jaksa itu memulai dengan pertanyaan standar, tentang latar belakang Sara—pendidikan, berapa lama ia telah menjadi psikiater dan lain sebagainya. Baru setelah itu ia menyebut tentang Zoe. “Sejak kapan Ms. Zoe Anderson menjadi pasien Anda?” tanya Jaksa. “Lebih dari setahun.” Sara menjawab dengan jelas. Tidak terlihat lagi mode ceria yang biasa dipakainya saat berhadapan dengan pasien. “Bisa Anda jelaskan bagaimana keadaan Ms. Anderson saat itu?” “Zoe datang dengan keinginan untuk sembuh, karena ia menderita trauma berat yang sangat terlihat dan membuatnya tidak bisa menjalani kehidupan yang normal.” “Bisa tolong jelaskan lebih lanjut tentang trauma itu?” Sara mengangguk. Tenang karena semua sesuai dengan perkiraan yang diberikan Cliff. “Zoe datang dalam keadaan tidak bisa bicara, tapi hasil pemeriksaan dokter memperlihatkan kalau Zoe tidak menderita luka fisik lagi. Semua syarafnya normal tanpa gangguan, maka bisa dipastikan kalau keadaan tidak bisa bicara itu adalah hasil lain da
“Itu… Aneh. Kau jangan bercanda!” Iris menggeleng keras sambil menatap Zoe dari ujung kepala sampai ujung kaki. Berusaha mengenali sosoknya sebagai orang yang sama—dengan yang dilihatnya dulu saat bersama dengan Max.“Apa aku pernah bercanda saat bicara denganmu?”Wolf membalas dengan datar sambil menarik kursi untuk Zoe. Kursi yang paling jauh dari Iris. Ia masih kehilangan kata-kata dan terus memandang Zoe.“Kau benar-benar Zoe Anderson?” Iris masih melotot ke arah Zoe.“Ya, sebelum mengubah nama menjadi Loria Moreau, itu adalah namaku juga.” Zoe membalas dengan tenang. Kegugupan yang tadi menghantui tidak lagi ada.Pertemuan dengan Iris itu mungkin tidak terduga dan nyaris menyebalkan, tapi Zoe merasa mendapat kekuatan, karena sangat sadar kalau ia saat ini berada di atas.Melihat Iris yang terkejut, Zoe merasakan kepuasan. Kemenangan karena berhasil menunjukkan dirinya yang baru kepada Iria. Bukan lagi perempuan kumal yang dulu ditemuinya—dan diabaikan karena dianggap tidak setara
Zoe mengusap rock dan blazernya yang berwarna cream netral. Pilihan dari Darcy agar Zoe tidak tampak mengintimidasi maupun muram. Ia tengah merasa gugup karena dari kejauhan bisa melihat bagaimana wartawan berkerumun di depan pengadilan. Mreka tentu saja menunggu sosok Zoe Anderson yang sama sekali misterius. Tidak ada yang memuat gambar Zoe dalam berita, karena memang tidak ada dokumentasi apapun dari kasus Zoe. Dulu Zoe terluka dan ada di rumah sakit, jadi sama sekali tidak menghadiri pengadilan sebagai tersangka. Tidak ada yang merekam wajahnya maupun tertarik untuk mencari tahu di rumah sakit karena kasus itu sangat jelas membuatnya menjadi tersangka. Zoe juga mengusap rambutnya yang berwarna kembali pirang. Ia tidak memakai wig hari ini. Pertama kalinya ia akan muncul tanpa rambut hitam—dan sejujurnya membuat Zoe lebih gugup lagi. Seolah melepaskan topeng yang selama ini melindunginya. Zoe akan menjadi Zoe di hadapan orang banyak, bukan lagi Loria. “Mereka akan terpesona pada
“Dia ingin menyelamatkan diri! Licik sekali!” Wolf mendesis kesal.Sudah jelas dari pernyataan Iris itu terlihat kalau ia memang hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri dengan menyalahkan Max dan juga Billy.“Ia membuat mereka terkesan menekan dirinya untuk menyembunyikan kenyataan tentang Zoe. Iris lalu memakai alasan tekanan itu dan menjadikannya terlihat sebagai alasan semua perbuatan anehnya kemarin. Ia bersembunyi dari kesalahan dengan memakai alasan kesehatan mental.” Sara menggeleng dan tampak jengkel. Tentulah ia kesal saat ada orang yang menjadikan kesehatan mental sebagai kebohongan.“Dia berhasil keluar memakai sekoci sebelum kapalnya benar-benar karam.” Cliff memandang Iris yang terus terisak dan menangis diantara kata-katanya.“Tidak masalah. Biarkan saja,” kata Zoe sambil bersedekap dan menatap ke arah televiisi tanpa berkedip.“Apa maksudmu biarkan saja? Dia berbohong lagi!” Wolf juga menunjuk ke arah televisi dengan wajah tidak terima.“Setidaknya dia telah jujur, ba