“Ini sampah!” Iris mencampakkan daftar yang diberikan oleh Cleo beberapa minggu yang lalu.“Oh? Kenapa?” Cleo mengambil kertas yang ada di lantai dan memeriksa. Itu adalah daftar artis dan penyanyi baru yang kemarin diminta oleh Iris.“Mereka semua jelek. Max tidak akan tertarik pada mereka!” ujar Iris dengan ketus.Iris cukup tahu bagaimana selera Max, dan semua yang ada di daftar itu tidak cocok dengan kriterianya.Max biasanya akan menyukai gadis yang terlihat polos dan cantik, mengesankan kecantikan murni. Tapi semua yang ada di daftar itu bukanlah gadis polos. Artis dan penyanyi yang bergabung di Wolf beberapa minggu terakhir ini tidak ada yang benar-benar baru.Kebanyakannya penyanyi dan aktris yang berpindah agensi atau label. Bukan artis pendatang baru yang polos. Max tidak akan berminat pada mereka.“Kau cari lagi! Pasti masih ada orang lain yang belum kau tulis di situ!” Iris tentu saja langsung menuduh kalau Cleo tidak bekerja dengan baik. Cleo tidak bisa membantah. Cloe
Wolf memaki karena terkejut. Tiba-tiba saja ada yang membuka pintunya dengan kasar. “Apa kau sudah begitu bosan hidup?!” bentak Wolf. Biasanya Iris akan takut pada bentakan Wolf, maupun tegurannya. Satu-satunya orang yang bisa mengendalikan Iris adalah memang Wolf. Tapi untuk kali ini Iris sedang benar-benar kalap. Ia langsung berdiri di hadapan Wolf dan menggebrak mejanya. “Kenapa kenapa kau mengeluarkanku dari Big Four?! Aku sudah memenuhi keinginanmu meski jadwalnya gila kemarin!” Iris menumpahkan kemarahannya karena masih ingat bagaimana Wolf kemarin dengan semena-mena memintanya untuk datang saat malam dan bernyanyi. Mengubah jadwalnya begitu saja. Iris sedang merasakan ketidakadilan, karena merasa ia sudah menuruti kemauan Wolf. “Tapi apa kau menurut saat aku memintamu untuk tidak minum alkohol dan merokok saat akan melakukan rekaman?” tanya Wolf Iris tampak terdiam seperti menelan lidahnya sendiri. Sifat buruk yang itu memang masih sering dilakukannya. Wolf menutup lap
“Kenapa kau masih harus bertanya padaku? Bukankah sudah jelas hal yang paling menghancurkan bagi artis bidang manapun—baik aktor maupun penyanyi adalah skandal?” Sanchez memandang Wolf dengan heran.“Masalahnya dia bersama Billy. Aku yakin Billy akan membelanya sekuat tenaga,” kata Wolf.Mengingat bagaimana Billy begitu rapi saat menutupi kejadian dengan Zoe, Wolf yakin Billy akan melakukan apapun untuk menutupi skandal Max yang berikutnya.Dan sejujurnya Wolf sangat mengerti sudut pandang Billy. Karena biasanya ia akan melakukan hal yang sama, saat salah satu penyanyinya melakukan kesalahan seperti itu. Ia akan menutupi kesalahan sebisa mungkin, sampai akhirnya tidak bisa lagi—sampai biaya untuk menutup kesalahan itu tidak sesuai dengan pemasukan yang diberikan oleh artis itu.“Kau ingin artis milik Nova hancur? Memang kenapa? Aku tidak pernah melihatmu ingin menghancurkan artis dari perusahaan lain sebelum ini.”Sanchez tentulah heran. Selama ini Wolf hanya pernah memakainya untuk m
Wolf memasuki rumahnya, melepaskan sepatu dan berjalan naik sambil melepaskan satu persatu kancing kemejanya. Tapi ia berhenti di ujung tangga lantai dua. Ini karena ia menyadari kalau rumahnya itu kosong. Tidak ada lampu yang menyala di lantai dua. Lampu di kamarnya tidak menyala. Ia memang pulang lebih terlambat dari perkiraan karena bertemu Sanchez, tapi lampu yang tidak menyala itu bukan berarti Zoe yang sudah tidur. Ia biasanya tetap memakai lampu tidur. Wolf mengambil ponsel dan memanggil. “Kau ada dimana? Kenapa kau tidak ada di rumah?” Wolf langsung bertanya dengan heran. Tadi dengan jelas Zoe mengatakan ia akan pulang terlebih dulu. “Apa maksudmu? Aku ada di rumah.” Zoe balik bertanya dengan suara mengantuk. “Kau tidur dimana?” Wolf kembali maju dan membuka kamarnya. Tidak ada Zoe seperti dugaan. “Di kamar.” Zoe kembali menjawab dengan suara malas. “Kau tidak ada di rumah! Ada di mana kau sebenarnya?” Wolf terang saja jengkel. “Aku ada di rumah! Aku kurang bersama den
Zoe memotong ham menjadi potongan dadu dan dengan cepat memasukkannya dalam tumisan yang ada di atas kompor. Semua gerakannya terlihat cepat karena memang Zoe tengah tergesa.Ia mencoba berkonsentrasi menyiapkan makanan, tapi sesekali matanya tetap melirik ke arah jam dinding. Hanya tinggal kurang dari dua puluh menit sebelum Darcy datang menjemputnya.Sebenarnya waktu yang cukup untuk memasak, hanya mungkin Zoe memilih jenis masakan yang salah. Kini ia terjebak. Tidak bisa membatalkan masakannya, sekaligus harus segera menyelesaikannya. Tapi paling tidak sudah cukup maju. Aroma makanan harum mulai menyebar di dalam apartemen itu.“Apa kau memasak?”Zoe mendongak dan melihat Wolf yang bertelanjang dada melangkah keluar dari kamar. Aroma itu membangunkannya yang masih tertidur.“Ya, kau harus sarapan bukan?” kata Zoe, sambil mengaduk telur di dalam mangkuk.“Tapi kau tidak pernah memasak sarapan untukku.” Wolf heran karena ini.Zoe memang tidak pernah benar-benar memasak untuk Wolf, ba
Zoe yang juga sangat terkejut, sesaat mematung. Tapi saat daun pintu apartemennya mengayun terbuka, Zoe mendorong Wolf sampai terjatuh di belakang sofa yang ada di samping meja makan.“Diam di situ!” Zoe mendesis, tepat pada saat Darcy menjengukkan kepalanya ke dalam sambil melangkah masuk.“Pagi! Wah, kau sudah siap ternyata. Aku pikir masih perlu membangunkanmu,” sapa Darcy, dengan riang.Wolf sudah memilih tipe manajer yang tepat untuk Zoe. Darcy sangat periang, tapi tegas. Mengimbangi Zoe yang terkadang masih canggung dan pemalu saat menghadapi lingkungan baru.“Ya, aku sudah siap.” Zoe mengangguk dengan kaku.“Oh? Kau membuat sarapan? Aku pikir kita akan sarapan di luar.” Darcy dengan ehran menunjuk dan menghampiri meja makan.“Tidak!” Zoe dengan panik melompat bangun, membuat Darcy tersentak kaget dan berhenti melangkah. Itu sangat nyaris. Sedikit lagi, maka Darcy akan melihat seorang pria tengah bertelanjang dada berbaring di lantai—yang mana adalah Wolf.“Kenapa? Apa ada yang
Wolf tentu saja hanya bisa ternganga. Kasus pro bono adalah kasus di mana pengacara akan menangani klien yang kurang mampu untuk membayar pengacara. Biasanya ditunjuk oleh kepolisian. Untuk menangani kasus pro bono sebanyak itu, adalah kegiatan amal yang bisa dikatakan sangat langka. Pilihan Cliff ini jelas tidak biasa untuk seorang pengacara. “Lalu apa yang ingin Anda konsultasikan? Maaf, tapi saya ada janji lain sebentar lagi.” Cliff terlihat benar-benar menyesal. “Itu… Kasus Zoe. Istriku.” “Oh, Anda akhirnya menerima perceraian itu?” Tidak peduli walaupun Cliff adalah seseorang yang berperilaku seperti malaikat—karena bersedia menangani banyak kasus pro bono, Wolf tetap ingin melempar staples yang ada di meja ke wajahnya. Tebakan itu terlalu berani dan sensitif. “Bukankah Zoe sudah mengatakan pada Anda kalau perceraian itu batal? Tidak ada perceraian apapun. Zoe tetap menikah denganku!” sergah Wolf. “Oh, maaf. Saya pikir Zoe berubah pikiran. Hal seperti ini sering terjadi.
Awalnya terasa tidak nyata. Mimpi siang hari yang menakjubkan. Tapi perlahan Zoe kembali ke alam nyata saat orang yang ada di depannya terus melemparkan pertanyaan. Memang beberapa kali Zoe harus memaksakan diri agar bisa tetap fokus dalam menjawab pertanyaan, tapi perlahan ia nyaman dan menikmatinya. Margot, orang yang mewawancarainya sangat tenang. Ia tidak banyak bertanya-tanya tentang hal di luar hal yang telah disetujui tadi. Sesi wawancaranya berlangsung langsung sekitar tiga puluh menit, dan sudah hampir berakhir. Untuk pengalaman pertamanya menjalani wawancara live, Zoe merasa sama sekali tidak buruk.“Aku yakin banyak orang yang terkejut mendengarmu bergabung dengan Wolf, terutama setelah Mr. Wolf mengatakan kalau ia tidak mengincar juara dari acara itu untuk bergabung dengan perusahaannya. Tapi pada akhirnya kau yang bergabung dengannya. Bagaimana menurutmu tentang ini?”Zoe tersenyum. Itu pertanyaan yang tidak ada di daftar. tapi ia masih bisa menjawabnya. Sekaligus melaku
“LORIA MOREAU!”Zoe diam. Ia mendengar namanya, tapi tidak percaya kalau nama itu miliknya.“Wake up, Baby. And smile. It’s your’s.” (Bangun dan tersenyumlah. Piala itu milikmu)Bisikan Wolf itu akhirnya memunculkan emosi. Zoe memerah karena haru, baru bisa berdiri saat Wolf membantunya. Sayang Wolf tidak bisa mengantarnya ke panggung.Untungnya ada tangan Syanne yang membantunya, lalu Jacob yang ada paling dekat dengan panggung, membantunya meniti tangga agar sampai di atas.Zoe beberapa kali mengucapkan terima kasih pada orang yang mengulurka piala miliknya, sebelum akhirnya berdiri di hadapan mic untuk menyampaikan sambutan.Zoe menghela napas beberapa kali, menghapus air mata dan akhirnya bisa menatap ke arah kamera dan penonton—yang menunggunya dengan sabar.“Ini hal yang tidak pernah saya impikan, berdiri di sini dan menerima ini.” Zoe menatap piala yang ada di tangannya sekali lagi dan tersenyum.“Saya… sempat mengubur impian ini. Tidak lagi berharap untuk bisa bernyanyi—apalagi
“Zoe, tunggu. Apa hanya seperti ini?” Max terlihat kembali akan menyentuh tangan Zoe, tapi ditepis. “Zoe, kita punya masa lalu, dan…” “Exactly! Masa lalu yang sudah tidak signifikan lagi karena aku sudah menemukan masa depan yang indah. Tidak lagi menjadi kacung yang kau anggap seperti kain kotor!” Bentakan yang membuat Max terdiam dan kembali menunduk meremas tangannya. Zoe tidak lagi peduli apakah orang lain mendengarnya atau tidak. Ia ingin Max mengerti agar tidak lagi berusaha. “Kembalilah ke liang dimana kau berada, dan silahkan mengingat kenapa kau dulu memilih untuk membiarkanku mati. Agar kau sadar kenapa aku tidak akan pernah berkelas kasihan padamu!” Zoe menyambar kacamata hitam yang ada di meja lalu memakainya dan berjalan keluar. Urusannya berakhir. Ia kemarin juga sudah menolak permintaan Iris yang berusaha menghubunginya dari penjara. Zoe tidak ingin merusak harinya dengan mendengar omong kosong. Sedangkan Billy—ia tidak mencoba sama sekali. Diantara mereka bertiga
Zoe melakukan sesuatu yang tidak akan disukai oleh Wolf. Ia tidak akan berbohong, tapi akan mengatakannya nanti setelah selesai. Zoe ingin menyelesaikan ini sendiri tanpa campur tangan orang lain.Tentu saja tidak mudah. Ia melangkah dengan hati gelisah. Zoe beberapa kali menggeser kacamata hitam yang ada di atas hidung, sementara tangan yang lain menenteng bunga dan box hadiah berwarna pink yang cantik.Zoe gelisah karena tahu ia akan dikenali saat masuk nanti. Tapi sudah pasrah. Tidak mungkin juga menyembunyikan identitasnya sekarang—mengingat orang yang akan ditemuinya.Zoe menghampiri loket setelah ia menuliskan nama dan nomor tahanan di selembar formulir, dan menyerahkannya.“Silahkan tunggu di sana. Nanti akan kami panggil,” kata sipir penjara yang ada di belakang loket.Ia menatap Zoe beberapa kali saat ada sipir lain yang memeriksa bawaan Zoe—memastikan tidak ada benda terlarang diselundupkan, melirik untuk memastikan—bahkan membaca namanya yang ada di formulir, tapi tidak ber
“Ini.” Wolf menyerahkan cangkir pada Zoe. Zoe ingin menerima tapi tangannya masih sibuk membalas pesan yang masuk ke ponselnya. “Cliff benar-benar belum punya kekasih bukan?” tanya Zoe. “Hm? Untuk apa kau bertanya?” Wolf mengernyit curiga tentu.“Untuk Sara. Ia ingin meyakinkan karena tidak percaya pria seperti Cliff masih single.” Zoe mendecak sambil menunjukkan pesan yang dikirim oleh Sara untuknya. Menunjukkan kalau ia tidak berbohong. Ia memang bertanya untuk Sara bukan untuk dirinya. “Belum. Kata Clay ia sempat punya—wartawan atau MC, aku lupa. Tapi putus saat Cliff akan pindah dan ke sini. Entah dia pindah lalu mereka putus, atau putus dan baru pindah.” Wolf hanya mengulang kata-kata Clay tentu. Dan kini Zoe mengulangnya dalam bentuk pesan untuk Sara, dan mengirimnya agar tenang. “Bagaimana kau bisa tahu detail ini?” Setelah mengirim pesan dan mengambil cangkir bagiannya Zoe bertanya dengan heran. Pengetahuan itu terlalu mendetail—terutama saat berasal dari Wolf yang bias
“Tapi seharusnya dia ada di penjara…”Max mengingkari kenyataan sekali lagi. Baginya Loria masih tidak mungkin Zoe karena seharusnya ia ada di dalam penjara.“Tololmu tidak ada habisnya!” Billy menggebrak meja dan mengamuk. Mencekik leher Max dengan tangannya yang terborgol. Tentu saja segera terjadi keributan dan teriakan saat polisi yang berjaga menerjang Billy melumpuhkannya ke lantai.Tapi rupanya Billy benar-benar marah pada Max, karena ia masih memberontak dan memaki pada Max, meski ia sudah ada dalam posisi menelungkup.“DASAR OTAK UDANG! KEPALAMU ITU…”“SILENCE!”Bentakan Billy kalah dari hakim yang berseru menggelegar. Tidak hanya Billy yang terdiam, wartawan dan penonton yang ribut pun diam. “Sekali lagi ada yang mengganggu aku akan menjadwalkan ulang sidang ini! PAHAM?!”Sunyinya ruangan itu, hanya berarti mereka semua mengerti. “Bawa keluar. Mr. Dacosta, saya akan memastikan tindakan ini akan masuk dalam dakwaan Anda. Penyerangan, tindak tidak sopan dan mengganggu keter
Jaksa itu memulai dengan pertanyaan standar, tentang latar belakang Sara—pendidikan, berapa lama ia telah menjadi psikiater dan lain sebagainya. Baru setelah itu ia menyebut tentang Zoe. “Sejak kapan Ms. Zoe Anderson menjadi pasien Anda?” tanya Jaksa. “Lebih dari setahun.” Sara menjawab dengan jelas. Tidak terlihat lagi mode ceria yang biasa dipakainya saat berhadapan dengan pasien. “Bisa Anda jelaskan bagaimana keadaan Ms. Anderson saat itu?” “Zoe datang dengan keinginan untuk sembuh, karena ia menderita trauma berat yang sangat terlihat dan membuatnya tidak bisa menjalani kehidupan yang normal.” “Bisa tolong jelaskan lebih lanjut tentang trauma itu?” Sara mengangguk. Tenang karena semua sesuai dengan perkiraan yang diberikan Cliff. “Zoe datang dalam keadaan tidak bisa bicara, tapi hasil pemeriksaan dokter memperlihatkan kalau Zoe tidak menderita luka fisik lagi. Semua syarafnya normal tanpa gangguan, maka bisa dipastikan kalau keadaan tidak bisa bicara itu adalah hasil lain da
“Itu… Aneh. Kau jangan bercanda!” Iris menggeleng keras sambil menatap Zoe dari ujung kepala sampai ujung kaki. Berusaha mengenali sosoknya sebagai orang yang sama—dengan yang dilihatnya dulu saat bersama dengan Max.“Apa aku pernah bercanda saat bicara denganmu?”Wolf membalas dengan datar sambil menarik kursi untuk Zoe. Kursi yang paling jauh dari Iris. Ia masih kehilangan kata-kata dan terus memandang Zoe.“Kau benar-benar Zoe Anderson?” Iris masih melotot ke arah Zoe.“Ya, sebelum mengubah nama menjadi Loria Moreau, itu adalah namaku juga.” Zoe membalas dengan tenang. Kegugupan yang tadi menghantui tidak lagi ada.Pertemuan dengan Iris itu mungkin tidak terduga dan nyaris menyebalkan, tapi Zoe merasa mendapat kekuatan, karena sangat sadar kalau ia saat ini berada di atas.Melihat Iris yang terkejut, Zoe merasakan kepuasan. Kemenangan karena berhasil menunjukkan dirinya yang baru kepada Iria. Bukan lagi perempuan kumal yang dulu ditemuinya—dan diabaikan karena dianggap tidak setara
Zoe mengusap rock dan blazernya yang berwarna cream netral. Pilihan dari Darcy agar Zoe tidak tampak mengintimidasi maupun muram. Ia tengah merasa gugup karena dari kejauhan bisa melihat bagaimana wartawan berkerumun di depan pengadilan. Mreka tentu saja menunggu sosok Zoe Anderson yang sama sekali misterius. Tidak ada yang memuat gambar Zoe dalam berita, karena memang tidak ada dokumentasi apapun dari kasus Zoe. Dulu Zoe terluka dan ada di rumah sakit, jadi sama sekali tidak menghadiri pengadilan sebagai tersangka. Tidak ada yang merekam wajahnya maupun tertarik untuk mencari tahu di rumah sakit karena kasus itu sangat jelas membuatnya menjadi tersangka. Zoe juga mengusap rambutnya yang berwarna kembali pirang. Ia tidak memakai wig hari ini. Pertama kalinya ia akan muncul tanpa rambut hitam—dan sejujurnya membuat Zoe lebih gugup lagi. Seolah melepaskan topeng yang selama ini melindunginya. Zoe akan menjadi Zoe di hadapan orang banyak, bukan lagi Loria. “Mereka akan terpesona pada
“Dia ingin menyelamatkan diri! Licik sekali!” Wolf mendesis kesal.Sudah jelas dari pernyataan Iris itu terlihat kalau ia memang hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri dengan menyalahkan Max dan juga Billy.“Ia membuat mereka terkesan menekan dirinya untuk menyembunyikan kenyataan tentang Zoe. Iris lalu memakai alasan tekanan itu dan menjadikannya terlihat sebagai alasan semua perbuatan anehnya kemarin. Ia bersembunyi dari kesalahan dengan memakai alasan kesehatan mental.” Sara menggeleng dan tampak jengkel. Tentulah ia kesal saat ada orang yang menjadikan kesehatan mental sebagai kebohongan.“Dia berhasil keluar memakai sekoci sebelum kapalnya benar-benar karam.” Cliff memandang Iris yang terus terisak dan menangis diantara kata-katanya.“Tidak masalah. Biarkan saja,” kata Zoe sambil bersedekap dan menatap ke arah televiisi tanpa berkedip.“Apa maksudmu biarkan saja? Dia berbohong lagi!” Wolf juga menunjuk ke arah televisi dengan wajah tidak terima.“Setidaknya dia telah jujur, ba