All Chapters of SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG: Chapter 181 - Chapter 190

207 Chapters

181. Segera Menikah

ZaskiaSejak masih di pesantren aku tahu kalau pria yang menjadi adik kelasku itu sering memperhatikanku. Bahkan tak jarang Danang menggunakan berbagai cara supaya bisa menyapaku. Pemuda itu kerap berseliweran di depan kelasku, kebetulan Danang juga dekat dengan mas Faldo. Lepas SMA dan melanjutkan kuliah, aku hampir tidak pernah bertemu dengan Danang. Saat itu memang perhatianku nyaris seratus persen tertuju pada mas Faldo. Selain fokus pada kuliah tentunya. Hingga belakangan ini, setelah mas Faldo membuka usaha fotocopy dan toko buku serta alat-alat tulis, aku bertemu lagi dengan Danang yang bekerja di sana. Aku pun memanfaatkan Danang untuk mengorek informasi mengenai Mas Faldo. Meski pemuda itu kerap tidak mau memberitahu hal-hal yang sangat pribadi. Akhir-akhir ini aku merasakan perubahan Danang makin kelihatan. Ia kerap menyelipkan benda-benda ke dalam kantong belanjaanku, seperti tipe-x, bolpoin dengan kemasan berwarna merah muda atau penghapus berbentuk hati. Sebenarnya aku
last updateLast Updated : 2023-04-02
Read more

182. Dilangkahi

Mulutku terbuka mendengar pernyataan Fitria. Adikku itu memang sudah mempunyai kekasih. Reaksi ayah juga berbeda saat Fitri yang memperkenalkan pacarnya itu. Konon Bagus adalah seorang pengusaha muda. Ketika datang, ia mengendarai sebuah mobil. Meskipun mobilnya belum terbilang mewah, yang penting kendaraannya beroda empat. "Kamu 'kan masih kuliah mana boleh menikah?""Aku bisa melanjutkan kuliah setelah menikah, malahan Mas Bagus berjanji akan membiayai kuliahku. Ayah juga pasti merestui niat baiknya, secara mas Bagus 'kan sudah mapan."Mendengar kata mapan, lagi-lagi aku menghela panjang. Teringat saat ayah secara tidak langsung menolak mas Faldo karena belum mapan. Kali ini, Fitria seperti yang sedang menyindirku."Bagaimana, Mbak? Karena satu hal yang membuat Ayah pasti tidak merestui karena aku tidak boleh melangkahi Mbak Zaskia. Tolonglah Mbak, bilang sama ayah kalau mbak tidak apa-apa dilangkahi atau segeralah menikah supaya tidak menjadi penghalangku." Fitria meraih tanganku
last updateLast Updated : 2023-04-03
Read more

183. Pisang Goreng

LalaBerada di rumah sendiri itu berbeda dengan di rumah mama ataupun di ruko. Di sini kami lebih leluasa, pertama karena tidak ada orang lain selain asisten rumah tangga. Kedua, tempatnya juga lebih luas. Tapi kalau dulu ketika masih tinggal di ruko dan keadaan rumah tangga kami sudah seperti ini tentu akan sangat terasa seru, pasalnya ruangan satu dan lainnya berdekatan. Aku bisa masak sambil ngobrol dengan mas Faldo yang sedang mengerjakan pekerjaannya di laptop. Tapi dulu 'kan beda, hubunganku dan mas Faldo saja masih lempeng.Sedikit-sedikit aku belajar masak, meskipun masakanku tak seenak masakan bi Anah. Sekarang sudah tidak takut lagi dengan minyak panas, bahkan menggoreng telur pun sudah lancar. Untuk masakan sederhana seperti tumis kangkung, goreng tempe atau sambal, aku sudah bisa dan setiap kali aku masak, mas Faldo pasti memuji masakanku enak. Entah memang benar atau hanya sekedar untuk menyenangkan hatiku. Yang jelas aku merasa senang. Dalam urusan memasak, suamiku lebi
last updateLast Updated : 2023-04-04
Read more

184. Pamit

Selesai mandi aku mendapati tiga panggilan tak terjawab dari mama. Maklumlah mandi barusan bilang agak lama. Aku pun memutuskan untuk menghubungi mama sebelum berpakaian. Khawatir ada sesuatu yang penting lantaran mama memanggilku sampai tiga kali."Hari ini Mama mau ke kantor urusan agama untuk mengurus perceraian. Kamu ada waktu nggak untuk nemenin Mama?" tanya Mama setelah kami berbalas salam."Jam berapa, Ma? soalnya hari ini Lala ada kuliah pagi.""Sekitar jam 10.00.""Kayaknya Lala nggak bisa.""Ada apa?" Tanpa suara mas Faldo bertanya ketika aku mengucapkan kalimat tidak bisa. Lalu aku pun menjelaskan dengan suara pelan."Biar Mas aja yang berangkat menemani Mama."Aku mengangguk."Jam 10.00-an nanti Lala ada kelas, Ma, dan nggak bisa ditinggalkan. Kata Mas Faldo biar dia yang menemani Mama. Enggak apa-apa 'kan?""Iya, Sayang, nggak apa-apa. Sebenarnya Mama juga bisa sendiri, cuma ya, Mama kurang percaya diri aja.""Ya Ma, Lala ngerti. Nanti Lala hubungi lagi. Sekarang Lala mau
last updateLast Updated : 2023-04-05
Read more

185. Ajakan Suamiku

Malam harinya aku memberitahu mas Faldo perihal pertemuanku dengan Kinara. Suamiku itu hanya mengangguk tanpa berkomentar apapun mendengar berita gadis yang dulu sempat membuatku cemburu lantaran kerap mencari perhatian suamiku. "Mas nggak mau mengomentari tentang Kinara?" tanyaku penasaran sambil mengulurkan air minum untuknya."Nanti kalau Mas berkomentar kamu nggak suka," kekehnya seraya keberanian gelas dariku lalu menyeruput."Tapi Mas Faldo mau ngasih komentar 'kan?" desakku lalu duduk di sebelahnya.Mas Faldo menyimpan gelas yang isinya tersisa separuh. Pria itu lalu menoleh dan merapatkan tubuhnya."Bukan komentar sih, lebih ke harapan. Mudah-mudahan Kinara sadar kalau apa yang dia lakukan itu salah. Pertama karena dia menjalin hubungan dengan pria beristri terlalu jauh yang jelas-jelas dilarang oleh agama, kedua tidak teliti dulu tentang asal usul seseorang.""Aku juga berharap seperti itu, mudah-mudahan setelah di Amerika Kinara bertobat. Syukur-syukur kalau dia mendapatkan
last updateLast Updated : 2023-04-06
Read more

186. Pengajian

Setelah kupertimbangkan, akhirnya aku menyetujui rencana Mas Faldo untuk liburan di pesantren. Dengan syarat hanya dua minggu. Sisanya aku ingin menghabiskan waktu di rumah mama.Keputusan itu kuambil didorong rasa penasaranku pada masa lalu Mas Faldo dan kesehariannya di pesantren. Meskipun saat aku diajak berkunjung ke pesantren dulu, Umi Fatimah sempat bercerita sedikit tentang Mas Faldo dan asal usul keluarganya. Tapi itu hanya garis besarnya saja. Aku yakin Umi Fatimah tahu semuanya dan aku ingin beliau menceritakannya tanpa ada yang terlewat.Umi Fatimah menyambut kedatangan kami dengan senyum bahagia. Sewaktu kami berkunjung dulu, Umi memang memintaku untuk menginap di sana dan saat kami datang dengan membawa koper, wanita itu tidak bisa menyembunyikan rasa gembiranya."Kalian boleh menempati kamar Gus Ridwan," kata Umi sambil menunjuk ruangan yang berada di sebelah ruang tengah kediamannya. Mas Faldo pernah bercerita kalau Gus Ridwan adalah putra pertama kyai Mustofa dan Umi F
last updateLast Updated : 2023-04-07
Read more

187. Ustadzah Aliya

Tiba di mesjid aku terus mengikuti kemanapun Umi berjalan. Begitu perempuan itu duduk, aku pun ikut duduk di sebelahnya. Jujur saja ini pengajian pertama yang kuhadiri selain kajian Bu Zaskia. Bedanya jika kajian Bu Zaskia tempatnya di mesjid yang lebih kecil dari dan pesertanya hanya belasan saja. Berbeda dengan jama'ah pengajian ini yang memenuhi mesjid besar hingga suasananya sangat berbeda."Maaf, Mbak Lala bisa geser sedikit?" Tiba-tiba ustadzah Aliya yang baru saja datang memintaku untuk pindah ke belakang umi dan dia sendiri menempati tempat yang baru saja kutinggalkan. Tidak ada raut bersahabat dari wanita berhijab lebar ini.Selama pengajian berlangsung, aku tidak bicara sepatah pun kecuali ketika berdoa ikut mengaminkan. Beruntung sebelumnya aku sudah terbiasa mengikuti kajian Bu Zaskia, jadi sekarang Aku tidak terlalu kaku.Menjelang ashar pengajian selesai. Setelah bersalaman kami pun bubar. Seperti ketika berangkat tadi, aku terus mengekor di belakang Umi hingga beberap
last updateLast Updated : 2023-04-08
Read more

188. Bukan Orang Sembarangan

"Sepertinya Mas Faldo cukup terkenal di lingkungan pesantren ini." Aku dan Umi Fatimah berjalan bersisian."Faldo memang pandai bergaul. Bukan hanya di pesantren, kamu lihat sendiri tadi ketika Umi memperkenalkan Lala pada jamaah pengajian. Mereka sangat antusias menyambut istri ustad kesayangan mereka." Umi menutupi kalimatnya dengan tawa kecil."Ustad kesayangan? Jadi Mas Faldo juga suka dakwah di pengajian?""Iya, meski statusnya masih jadi pengganti ketika ustad yang biasa sedang berhalangan. Tapi para jamaah menyukai ceramah suamimu."Aku mengusap dada sebagai ekspresi dari rasa kaget campur kagum. Ternyata suami yang dulu kuremehkan ini bukan orang sembarangan. Aku pernah mengira mas Faldo hanya memanfaatkan statusnya sebagai suamiku untuk mengatur hidupku. Memintaku menutup aurat misalnya, atau melarangku bepergian tanpa sepengetahuannya. Juga solat dan tentang kepatuhan kepada suami.Ah, ternyata semua itu dia lakukan karena ilmunya. Aku jadi malu kalau teringat sikapku di awa
last updateLast Updated : 2023-05-04
Read more

189. Mulut Pedas

Untuk beberapa saat kami bekerja dalam keheningan. Dalam hati, aku berdoa mudah-mudahan terong ini cepat habis, hingga aku bisa menghindar duduk berdekatan dengan ustadzah Aliya. Bukan apa-apa, entah mengapa sejak kami pertama bertemu kemarin, aura wanita ini sudah berbeda."Nuning, ambil air dalam baskom lain! Sepertinya ini tidak akan muat semuanya dalam satu wadah." Ustadzah Aliya memberikan perintah pada Nuning. Gadis yang berada di antara kami pun kemudian bangkit."Enggih Ustadzah, saya ambilkan."Aku menahan nafas ketika Nuning bangkit dan mulai berjalan menjauh.Sepertinya ustadzah Aliyah mencari alasan supaya Nuning pergi. Pasalnya, baskom berisi air di depan kami cukup besar, sepertinya muat untuk menampung terong-terong ini setelah dibersihkan."Apa Mbak Lala tidak malu mendapatkan suami yang soleh seorang ustad Faldo yang punya nama baik di pesantren ini? Seharusnya Mbak Lala cukup tau diri." Benar saja, ustadzah Aliya sengaja menyuruh Nuning pergi supaya dia bisa leluasa
last updateLast Updated : 2023-05-05
Read more

190. Gosip

Aku menahan senyum mendengar Nuning terus menggerutu. Dalam hati ingin bertanya banyak hal tentang wanita yang baru pergi itu pada gadis di hadapanku. Tapi rasanya tidak pantas. Bukankah aku istri Mas Faldo, seorang yang terpandang di pesantren ini. Masa aku kepo dengan kehidupan orang lain."Lagi pula, dari tadi saya juga heran. Kenapa ustadzah Aliya tumben sekali mau membantu pekerjaan di dapur. Padahal biasanya beliau hanya menjadi mandor, mengomentari ini dan itu. Dirinya sendiri tidak pernah mau membantu."Keluhan Nuning masih berkelanjutan. Gadis itu berbicara dengan mata dan mulut yang lucu, sepertinya merasa dipermainkan oleh Ustadzah Aliya, yang menyuruhnya membawa baskom berisi air. Padahal baskom yang ada di hadapan kami juga masih muat. Ditambah lagi, tahu-tahu Ustadzah Aliya pergi begitu saja. Atau mungkin punya masalah pribadi dengan ustadzah Aliya."Ustadzah Aliya tinggal di sini juga?" tanyaku sambil mengangkat wajah sebentar."Iya, di asrama putri. Padahal ada tempat
last updateLast Updated : 2023-05-06
Read more
PREV
1
...
161718192021
DMCA.com Protection Status