All Chapters of SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG: Chapter 161 - Chapter 170

207 Chapters

161. Salah Paham

"Sebelumnya maaf, aku dan Lala bukan Om dan keponakan seperti yang Lala bilang. Kami menikah lima bulan yang lalu." Dengan suara berat Mas Faldo mulai menjelaskan.Tak sanggup melihat wajah Bu Zaskia yang kecewa berat, aku bermaksud untuk meninggalkan tempat ini. Biarlah mereka menyelesaikan masalahnya berdua. Baru satu langkah aku pergi, tanganku kembali diraih oleh suamiku sehingga aku mengurungkan niatku."Kenapa Lala tidak jujur saat itu? Kenapa kalian membiarkan harapanku terus tumbuh? Aku memang sudah curiga saat kita di mall. Saat Mas Faldo memanggil Lala dengan sebutan sayang." Bu Zaskia membuang muka."Ada satu hal yang tidak bisa dijelaskan yang membuat kami harus merahasiakan identitas pernikahan ini. Tidak ada maksudku untuk menyembunyikan ini darimu. Kami memang merahasiakannya dari siapapun. Dan masalah harapanmu aku rasa kita hanya salah paham saja.""Maksud Mas?" Wanita itu kembali menatap suamiku."Dek, diantara kita tidak pernah ada pembicaraan atau komitmen apa pun,
last updateLast Updated : 2023-03-13
Read more

162. Musibah Terindah

"Ya semua sudah terlanjur. Termasuk hatiku, sudah terlanjur kuserahkan pada gadis bernama Tri Nala Puspita. Oh ya aku lupa menanyakan satu hal padamu.""Apa itu?""Apa kamu tidak mempermasalahkan status sosialku? Aku tidak punya keluarga apalagi harta. Hanya seorang manusia yang memulai semuanya dari nol, bahkan sampai saat ini aku belum bisa dibilang berhasil dan jauh dari kata mapan." Aku merasa dia menatapku dalam."Mas, aku tidak pernah mempermasalahkan itu. Mama juga tidak pernah mempertanyakannya, bukan? Jadi untuk apa kita membahasnya?" Aku membalas tatapannya hingga dada ini bergemuruh."Terima kasih sudah menerima om-om ini menjadi suamimu. Terima kasih sudah menerima laki-laki yang berpakaian aneh ini untuk menjadi imammu," ucapnya serius."Sebenarnya bukan aku yang memilih, tapi Tuhan yang telah memberikan jodoh terbaik untukku." "Bagiku, kamu adalah musibah terindah." "Kok, musibah.""Ya jelas musibah, kita 'kan awalnya tidak mau satu sama lain untuk menikah. Pernikahan
last updateLast Updated : 2023-03-14
Read more

163. Belum Salat?

"Kamu belum salat juga?" tanya Mas Faldo setelah ia selesai salat isya. "Belum," jawabku sambil mengalihkan pandangan dari ponsel. Kedua alisku menyatu lantaran tidak biasanya Mas Faldo bertanya seperti itu. Padahal dia tahu aku sedang datang bulan dari beberapa hari yang lalu."Kok, lama?" tanyanya sambil tersenyum menyeringai.Aku mengubah posisi dudukku karena benar-benar heran."Kata siapa lama, ini sama aja dengan bulan-bulan kemarin, kok.""Tapi 'kan kemarin-kemarin aku enggak merhatiin." Ia tetap tersenyum aneh.Sampai sini aku masih tidak mengerti apa yang dimaksud oleh suamiku ini. "Apa sih, Mas." Mendapat pertanyaan seperti itu Mas Faldo yang baru saja melepas sarung dan pecinya mendekatiku sambil mengusap tengkuknya. Sementara bibirnya menyungging senyum aneh."Eum ... mungkin ini terlalu dini, tapi aku rasa kita perlu membicarakannya," ucapnya setelah duduk di sebelahku."Tentang ... apa ... ?" Jujur saja aku tidak tahu kemana arah pembicaraan pria ini."Soal ... anak .
last updateLast Updated : 2023-03-15
Read more

164. Mendadak Ramah

Yang aku khawatirkan hanya satu, bagaimana kalau ternyata Rendy sedang ada di rumah. Sejak kejadian di cafe itu memang aku tidak pernah mendengar lagi kabar pria itu. Keputusanku untuk menjalani rumah tangga bersama Mas Faldo memang bukan tanpa alasan. Selain aku merasa nyaman bersama pria yang lebih dewasa dariku sepuluh tahun ini, aku juga tidak yakin jika harus kembali pada Rendy. Rendy yang kutemui di cafe itu sangat jauh berbeda dengan Rendy yang aku kenal beberapa waktu yang lalu. Pria itu berubah jadi arogan dan egois, bahkan terkesan memaksa."Alhamdulillah, Mbak sangat senang dengan kedatangan kalian. Bagaimana kabar kalian?" Mbak Renita menyambut kami dengan penuh rasa bahagia, senyum terpancar di wajahnya.Aku melirik suamiku yang nampak canggung dan heran melihat sambutan dari kakaknya itu. Mas Faldo pernah bilang, selama ini sikap Mbak Renita memang dingin dan cenderung kaku. Aku bisa membayangkan bagiamana sikap Mbak Renita dan saudara kandungnya yang menganggap Mas Fald
last updateLast Updated : 2023-03-16
Read more

165. Penangkapan

"Aamiin, Mbak. Terima kasih."Selanjutnya obrolan kami beralih pada pembahasan lain. Mbak Renita nampak ramah dan hangat. Entah memang dia sudah berubah atau hanya berpura-pura. Aku tidak mau terlalu memperdulikannya. Sebelum pulang kami dipaksa untuk menikmati hidangan dulu. Katanya mumpung kami berkunjung sekalian makan bersama. Lantaran tidak enak, akhirnya kami menerima tawaran Mbak Renita.Suami Mbak Renita sendiri sedang tidak ada di rumah. Sebelumnya aku sudah tahu kalau Papanya Rendy seorang pebisnis yang lumayan sukses. Kami makan ditemani oleh anak bungsu Mbak Renita, sementara anak keduanya sedang tidak ada di rumah juga.Di tengah-tengah kami menikmati hidangan, terdengar suara langkah menuruni anak tangga. Sontak aku melirik ke sana. Dan begitu aku melihat sosok yang kuhindari itu, seketika aku menghentikan aktivitasku sejenak. Rendy berjalan dengan wajah yang sulit diartikan menuju meja makan. Aku melirik Mas Faldo, wajah pria ini pun nampak kurang suka dengan kedatangan
last updateLast Updated : 2023-03-17
Read more

166. Ternyata Rendy

Pov FaldoTak kusangka kedatanganku ke rumah Mbak Renita untuk bersilaturahmi malah disuguhi drama penangkapan Rendy. Sebagai Om-nya, aku tidak bisa berbuat apa-apa lantaran memang tidak tahu duduk persoalannya. Polisi itu sendiri tidak menjelaskan atas kesalahan apa Rendy ditangkap. Aku hanya bisa menenangkan Mbak Renita yang nampak syok. Sebelum dibawa oleh mobil petugas kepolisian, Rendy sempat menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kalau sudah begini, gimana Do?" Mbak Renita panik dengan wajah yang basah oleh air mata."Tenang dulu, Mbak. Kita 'kan belum tahu duduk persoalannya. Siapa tahu ini hanya salah paham.""Kamu mau 'kan menemani Mbak ke kantor polisi?" Mbak Renita memegang tanganku penuh pengharapan."Ayo Mbak, aku antar."Mbak Renita yang sempat berteriak histeris akhirnya menyusul Rendy ke kantor polisi bersamaku. Sepanjang perjalanan kakak perempuan tertuaku itu terus menangis. Ia terus bergumam mempertanyakan kesalahan Rendy. Di perjalanan aku mendapat telep
last updateLast Updated : 2023-03-18
Read more

167. Semoga Betah

"Semoga kamu betah di sini, karena aku akan terus melanjutkan kasus ini.""Lakukan saja! Om memang menyebalkan!" Rendy berteriak lantaran aku sudah meninggalkan sel tempat dia berada.Mbak Renita menolak ketika aku akan mengantarnya pulang. Wanita yang tadi siang sangat ramah padaku itu kini kembali bersikap dingin dan angkuh. "Mbak bisa pulang sendiri. Mbak tidak sudi pulang bersama Om yang tega memenjarakan ponakannya," jawabnya ketus sambil membuang muka."Ya sudah, Mbak hati-hati, ya." Aku mengucap sambil menyodorkan dua lembaran merah."Tidak usah! Kamu jangan sombong, mentang-mentang punya duit. Mbak bisa membayar taksi sendiri, kok!" Mbak Renita sangat marah. Ya Allah, baru saja tadi siang aku merasa dianggap sebagai adiknya."Kalau begitu, aku permisi. Assalamualaikum"Mbak Renita tidak menjawab salamku, wanita itu sepertinya sangat benci padaku. Tak mengapa, toh selama berpuluh-puluh tahun dia tidak pernah menganggapku sebagai adik, aku bisa tetap hidup dengan perjuanganku
last updateLast Updated : 2023-03-19
Read more

168. Meminta Hak

Aku mengikuti arah pandangan matanya. Seketika pandanganku menangkap sosok Dimas sedang membukakan pintu mobil untuk seorang wanita seumuran Mama mertuaku. Selanjutnya kedua orang itu berjalan bergandengan mesra menuju pintu masuk di mana kami masih berdiri mematung."Oh, rupanya ada mantan anak dan menantuku." Om Dimas berhenti tepat di hadapan kami. Sikapnya tidak menunjukkan tanda-tanda bersahabat. Sementara wanita yang bersamanya bergelayut manja di lengannya."Apa kabar, Dimas?" Aku berbasa-basi."Seperti yang kalian lihat, aku tidak akan sengsara meski kalian buang," jawabnya sinis."Buaya tidak akan pernah kelaparan selagi masih ada mangsa." Lala mengucap tak kalah sinis."Apa di rumah kalian akan ada pesta, hingga membeli pizza sebanyak itu?" Om Dimas menunjuk tentengan suamiku."Iya, pesta untuk merayakan hidup tanpa benalu!"Untuk menghindari suasana yang semakin memanas, aku mengajak Lala pergi. Khawatir wanitaku ini tidak bisa menahan emosi.***Dua hari setelah Rendy ditah
last updateLast Updated : 2023-03-20
Read more

169. Rindu Pelukan

Mas Faldo masih mondar-mandir. Dari sebelum berangkat mengajar tadi, suamiku ini terlihat gelisah. Semalam dia bercerita bahwa Mbak Renita telah menemuinya dan meminta dia untuk mencabut gugatan terhadap Rendy. Mas Faldo menyanggupinya dengan syarat Mbak Renita mau memberikan hak Mas Faldo yang diwariskan oleh ayah mertuaku itu. Harta itu selama ini memang masih dikuasai oleh Mbak Renita selaku Kakak tertua."Apa Mas mengkhawatirkan hak Mas Faldo?" tanyaku sambil duduk di sampingnya. Sore ini kami berada di balkon kamarku di rumah Mama."Tidak sama sekali. Aku tidak peduli meski seumur hidup harta itu tidak pernah sampai di tanganku. Bagiku, rezeki itu bukan hanya warisan. Aku akan bisa tetap makan dan bertahan hidup meskipun tidak mendapat warisan itu. Karena rezeki itu yang menjamin Allah, bukan siapapun. Warisan adalah rezeki yang Allah titipkan kepada orang tua kita.""Lalu apa?""Aku kira Mbak Renita benar-benar berubah. Nyatanya, mungkin sampai kapanpun aku tidak akan pernah dia
last updateLast Updated : 2023-03-21
Read more

170. Negosiasi

Setelah menjemputku pulang kuliah dan mampir makan, Mas Faldo mengajakku pergi ke ruko."Mbak Renita sudah menunggu di sana.""Benarkah?""Iya, tadi dia menelepon sewaktu aku ada kelas. Aku bilang saja kalau mau menunggu, silakan. Sebab aku tidak mungkin meninggalkan kelas di saat anak-anak sedang ujian.""Sepertinya Mbak Renita akan menyanggupi syarat itu.""Kita lihat saja nanti. Sekarang kamu tahu 'kan, Mbak Renita itu sepintas terlihat sangat baik dan lemah lembut, tapi hatinya keras. Hal itu pulalah yang dulu membuat aku memutuskan untuk menikahimu. Aku tidak bisa membayangkan jika saat itu seorang Lala menikah dengan Rendy."Aku mengangguk samar lantaran hal itu pula yang aku pikirkan barusan. Alhamdulillah, Allah telah memberikan jodoh pilihan untukku yang lebih baik dari Rendy.***"Ini." Mbak Renita menyodorkan satu buah map yang kuyakin itu adalah surat-surat berharga dari Papa mertuaku untuk Mas Faldo. Tanpa suara, Mas Faldo meraih benda yang terletak di meja itu lalu mem
last updateLast Updated : 2023-03-22
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
21
DMCA.com Protection Status