Share

164. Mendadak Ramah

Author: Tetiimulyati
last update Last Updated: 2023-03-16 16:09:45

Yang aku khawatirkan hanya satu, bagaimana kalau ternyata Rendy sedang ada di rumah. Sejak kejadian di cafe itu memang aku tidak pernah mendengar lagi kabar pria itu. Keputusanku untuk menjalani rumah tangga bersama Mas Faldo memang bukan tanpa alasan. Selain aku merasa nyaman bersama pria yang lebih dewasa dariku sepuluh tahun ini, aku juga tidak yakin jika harus kembali pada Rendy. Rendy yang kutemui di cafe itu sangat jauh berbeda dengan Rendy yang aku kenal beberapa waktu yang lalu. Pria itu berubah jadi arogan dan egois, bahkan terkesan memaksa.

"Alhamdulillah, Mbak sangat senang dengan kedatangan kalian. Bagaimana kabar kalian?" Mbak Renita menyambut kami dengan penuh rasa bahagia, senyum terpancar di wajahnya.

Aku melirik suamiku yang nampak canggung dan heran melihat sambutan dari kakaknya itu. Mas Faldo pernah bilang, selama ini sikap Mbak Renita memang dingin dan cenderung kaku. Aku bisa membayangkan bagiamana sikap Mbak Renita dan saudara kandungnya yang menganggap Mas Fald
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Prapto Vera
beneran nih gak ada udang dibalik bakwan.masak iya tetiba jd ramah kek gitu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   165. Penangkapan

    "Aamiin, Mbak. Terima kasih."Selanjutnya obrolan kami beralih pada pembahasan lain. Mbak Renita nampak ramah dan hangat. Entah memang dia sudah berubah atau hanya berpura-pura. Aku tidak mau terlalu memperdulikannya. Sebelum pulang kami dipaksa untuk menikmati hidangan dulu. Katanya mumpung kami berkunjung sekalian makan bersama. Lantaran tidak enak, akhirnya kami menerima tawaran Mbak Renita.Suami Mbak Renita sendiri sedang tidak ada di rumah. Sebelumnya aku sudah tahu kalau Papanya Rendy seorang pebisnis yang lumayan sukses. Kami makan ditemani oleh anak bungsu Mbak Renita, sementara anak keduanya sedang tidak ada di rumah juga.Di tengah-tengah kami menikmati hidangan, terdengar suara langkah menuruni anak tangga. Sontak aku melirik ke sana. Dan begitu aku melihat sosok yang kuhindari itu, seketika aku menghentikan aktivitasku sejenak. Rendy berjalan dengan wajah yang sulit diartikan menuju meja makan. Aku melirik Mas Faldo, wajah pria ini pun nampak kurang suka dengan kedatangan

    Last Updated : 2023-03-17
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   166. Ternyata Rendy

    Pov FaldoTak kusangka kedatanganku ke rumah Mbak Renita untuk bersilaturahmi malah disuguhi drama penangkapan Rendy. Sebagai Om-nya, aku tidak bisa berbuat apa-apa lantaran memang tidak tahu duduk persoalannya. Polisi itu sendiri tidak menjelaskan atas kesalahan apa Rendy ditangkap. Aku hanya bisa menenangkan Mbak Renita yang nampak syok. Sebelum dibawa oleh mobil petugas kepolisian, Rendy sempat menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kalau sudah begini, gimana Do?" Mbak Renita panik dengan wajah yang basah oleh air mata."Tenang dulu, Mbak. Kita 'kan belum tahu duduk persoalannya. Siapa tahu ini hanya salah paham.""Kamu mau 'kan menemani Mbak ke kantor polisi?" Mbak Renita memegang tanganku penuh pengharapan."Ayo Mbak, aku antar."Mbak Renita yang sempat berteriak histeris akhirnya menyusul Rendy ke kantor polisi bersamaku. Sepanjang perjalanan kakak perempuan tertuaku itu terus menangis. Ia terus bergumam mempertanyakan kesalahan Rendy. Di perjalanan aku mendapat telep

    Last Updated : 2023-03-18
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   167. Semoga Betah

    "Semoga kamu betah di sini, karena aku akan terus melanjutkan kasus ini.""Lakukan saja! Om memang menyebalkan!" Rendy berteriak lantaran aku sudah meninggalkan sel tempat dia berada.Mbak Renita menolak ketika aku akan mengantarnya pulang. Wanita yang tadi siang sangat ramah padaku itu kini kembali bersikap dingin dan angkuh. "Mbak bisa pulang sendiri. Mbak tidak sudi pulang bersama Om yang tega memenjarakan ponakannya," jawabnya ketus sambil membuang muka."Ya sudah, Mbak hati-hati, ya." Aku mengucap sambil menyodorkan dua lembaran merah."Tidak usah! Kamu jangan sombong, mentang-mentang punya duit. Mbak bisa membayar taksi sendiri, kok!" Mbak Renita sangat marah. Ya Allah, baru saja tadi siang aku merasa dianggap sebagai adiknya."Kalau begitu, aku permisi. Assalamualaikum"Mbak Renita tidak menjawab salamku, wanita itu sepertinya sangat benci padaku. Tak mengapa, toh selama berpuluh-puluh tahun dia tidak pernah menganggapku sebagai adik, aku bisa tetap hidup dengan perjuanganku

    Last Updated : 2023-03-19
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   168. Meminta Hak

    Aku mengikuti arah pandangan matanya. Seketika pandanganku menangkap sosok Dimas sedang membukakan pintu mobil untuk seorang wanita seumuran Mama mertuaku. Selanjutnya kedua orang itu berjalan bergandengan mesra menuju pintu masuk di mana kami masih berdiri mematung."Oh, rupanya ada mantan anak dan menantuku." Om Dimas berhenti tepat di hadapan kami. Sikapnya tidak menunjukkan tanda-tanda bersahabat. Sementara wanita yang bersamanya bergelayut manja di lengannya."Apa kabar, Dimas?" Aku berbasa-basi."Seperti yang kalian lihat, aku tidak akan sengsara meski kalian buang," jawabnya sinis."Buaya tidak akan pernah kelaparan selagi masih ada mangsa." Lala mengucap tak kalah sinis."Apa di rumah kalian akan ada pesta, hingga membeli pizza sebanyak itu?" Om Dimas menunjuk tentengan suamiku."Iya, pesta untuk merayakan hidup tanpa benalu!"Untuk menghindari suasana yang semakin memanas, aku mengajak Lala pergi. Khawatir wanitaku ini tidak bisa menahan emosi.***Dua hari setelah Rendy ditah

    Last Updated : 2023-03-20
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   169. Rindu Pelukan

    Mas Faldo masih mondar-mandir. Dari sebelum berangkat mengajar tadi, suamiku ini terlihat gelisah. Semalam dia bercerita bahwa Mbak Renita telah menemuinya dan meminta dia untuk mencabut gugatan terhadap Rendy. Mas Faldo menyanggupinya dengan syarat Mbak Renita mau memberikan hak Mas Faldo yang diwariskan oleh ayah mertuaku itu. Harta itu selama ini memang masih dikuasai oleh Mbak Renita selaku Kakak tertua."Apa Mas mengkhawatirkan hak Mas Faldo?" tanyaku sambil duduk di sampingnya. Sore ini kami berada di balkon kamarku di rumah Mama."Tidak sama sekali. Aku tidak peduli meski seumur hidup harta itu tidak pernah sampai di tanganku. Bagiku, rezeki itu bukan hanya warisan. Aku akan bisa tetap makan dan bertahan hidup meskipun tidak mendapat warisan itu. Karena rezeki itu yang menjamin Allah, bukan siapapun. Warisan adalah rezeki yang Allah titipkan kepada orang tua kita.""Lalu apa?""Aku kira Mbak Renita benar-benar berubah. Nyatanya, mungkin sampai kapanpun aku tidak akan pernah dia

    Last Updated : 2023-03-21
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   170. Negosiasi

    Setelah menjemputku pulang kuliah dan mampir makan, Mas Faldo mengajakku pergi ke ruko."Mbak Renita sudah menunggu di sana.""Benarkah?""Iya, tadi dia menelepon sewaktu aku ada kelas. Aku bilang saja kalau mau menunggu, silakan. Sebab aku tidak mungkin meninggalkan kelas di saat anak-anak sedang ujian.""Sepertinya Mbak Renita akan menyanggupi syarat itu.""Kita lihat saja nanti. Sekarang kamu tahu 'kan, Mbak Renita itu sepintas terlihat sangat baik dan lemah lembut, tapi hatinya keras. Hal itu pulalah yang dulu membuat aku memutuskan untuk menikahimu. Aku tidak bisa membayangkan jika saat itu seorang Lala menikah dengan Rendy."Aku mengangguk samar lantaran hal itu pula yang aku pikirkan barusan. Alhamdulillah, Allah telah memberikan jodoh pilihan untukku yang lebih baik dari Rendy.***"Ini." Mbak Renita menyodorkan satu buah map yang kuyakin itu adalah surat-surat berharga dari Papa mertuaku untuk Mas Faldo. Tanpa suara, Mas Faldo meraih benda yang terletak di meja itu lalu mem

    Last Updated : 2023-03-22
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   171. Dalang Penyekapan

    "Walau bagaimana, sebagai orang yang lebih muda secara laki-laki gue harus minta maaf sama Om Do," ucap Rendy setelah berada di hadapan Mas Faldo. Meskipun wajahnya terlihat masih angkuh tapi pemuda itu mengulurkan tangannya dan disambut oleh Mas Faldo dengan senyuman. Keduanya langsung berpelukan."Jangan ulangi lagi. Hidup lo tidak selamanya seperti yang lo inginkan. Setelah ini lo bisa hidup lebih baik lagi. Masih banyak cewek yang mau sama lo, jangan terus-menerus mengganggu jodoh orang," ucap Mas Faldo tegas tapi diakhiri dengan senyuman. Rupanya Mas Faldo serius meski terdengar becanda."Mbak juga berterima kasih sama kamu, Faldo."Aku terbelalak ketika melihat Mbak Renita mendekat. Mungkin karena Rendy meminta maaf duluan pada Mas Faldo wanita itu juga jadi terinspirasi atau entahlah, menurutku ini keluarga yang aneh.Tanpa rasa dendam, Mas Faldo menerima uluran tangan kakaknya dan keduanya pun berpelukan. Aku teringat ucapan Mas Faldo semalam, bahwa dia sangat merindukan peluk

    Last Updated : 2023-03-23
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   172. Tante Santi

    "Apa kamu punya pikiran yang sama denganku?" tanya Mas Faldo, lalu kami saling menoleh."Apa mungkin .... ""Mungkin saja. Aku penasaran, ayo kita lihat." Setelah itu kami bergegas kembali ke arah pintu masuk. Namun pria yang mirip dengan Om Dimas itu sudah dibawa masuk oleh beberapa orang berseragam coklat."Maaf, Pak, bisa ganggu sebentar?" Mas Faldo mendekat ke arah seorang polisi yang baru saja keluar dari arah kemudi."Ya?""Kalau boleh tahu, atas tuduhan apa pria yang barusan itu ditangkap?""Oh, itu. Terduga kasus penipuan. Permisi!" Tanpa menunggu jawaban dari kami yang masih melongo, Pak polisi pun berlalu. Kami kembali saling tatap."Aku yakin kalau pria itu adalah Om Dimas.""Jika iya, kita tidak ada kepentingan untuk ikut campur. Lebih baik kita pulang saja." Mas Faldo meraih tanganku lagi Merasa tidak berkepentingan lagi, akhirnya kami pun pulang. Akan tetapi ketika akan memasuki mobil, seseorang yang baru turun dari mobil sport berwarna merah menghampiri. "Maaf, sepe

    Last Updated : 2023-03-24

Latest chapter

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   207. Bahagia Akhirnya

    Lala"Sah!!" ucap dua orang saksi secara bersamaan. Kami yang berada di ruangan tengah rumah orang tua Bu Zaskia pun serempak mengucap alhamdulillah. Setelah sempat gagal satu kali, Mas Danang akhirnya lancar mengucap ijab kabul. Detik ini juga Mas Dadang dan Bu Zaskia resmi menjadi suami istri. Kudengar Mas Faldo pun mengucap syukur dengan suara yang begitu lirih. Sesaat setelah itu aku pun menoleh ke arahnya. Ternyata suamiku itu pun sedang melakukan hal yang sama. "Terima kasih sudah membantu," ucapnya lirih. "Aku tidak melakukan apa pun, Mas.""Sekecil apa pun, sangat berarti. Sekarang aku sangat lega. Akhirnya Zaskia berada di tangan yang tepat."Aku bisa mengerti kenapa Mas Faldo merasa lega seperti itu. Dalam hatinya mungkin masih ada rasa bersalah telah membiarkan Bu Zaskia salah paham selama bertahun-tahun. Lima hari yang lalu, pagi-pagi sekali Bu Zaskia datang ke rumah kami. Beruntung saat itu kami belum berangkat ke rumah Mama karena malamnya Mas Faldo sudah merencanak

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   206. Kesaksian

    "Di mana kamu, Zaskia?! Cepat pulang! Jangan bikin malu Ayah!!"Suara Ayah bagai petir menyambar telingaku. Sampai-sampai aku menjauhkan benda pipih tersebut dari kepalaku. Tidak seperti biasanya, Ayah berkata dengan nada tinggi seperti itu. Apa telah terjadi sesuatu? Jangan-jangan Anjar mengadu pada Ayah melalui telepon, karena tidak mungkin kalau pria itu sudah sampai di rumah Ayah. "Iya, Yah. Sebentar lagi aku sampai di rumah .... ""Ayah tunggu kamu dan jelaskan semuanya!"Tak salah lagi, Anjar bergerak cepat mengadu pada Ayah. Bisa jadi ia memutar balik fakta atau mengarang cerita supaya aku salah di mata Ayah. Jika benar seperti itu, maka makin ketahuan sifat aslinya. Beruntung, aku belum menyetujui perjodohan ini. "Tunggu! Apa bapak-bapak bisa menolong saya sekali lagi?" Aku menghentikan langkah, dua orang yang ada di depanku pun spontan berhenti."Maksudnya gimana, Neng?" tanya salah satunya.Akhirnya aku menceritakan detail permasalahan ini pada dua orang di hadapanku secar

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   205. Cepat Pulang!

    "Beneran tidak ada jalan lain, Pak?" "Beneran, Neng." Untuk beberapa saat aku hanya mematung. Bingung harus bagaimana. Mana malam semakin larut. Aku juga tidak terbiasa pergi sendirian apalagi malam-malam seperti ini. Apa baiknya aku menelepon Mas Faldo atau Danang. Ah, malu rasanya jika meminta tolong padanya.Pada saat bersamaan, tiba-tiba telingaku menangkap suara derap langkah beberapa orang. Sepertinya ada yang berlari lebih dari satu orang. Selain gelap, di sini juga banyak tanaman seperti pohon pisang dan pohon lainnya. Jadi tidak begitu terlihat orangnya, hanya suaranya. Curiga kalau itu Anjar yang mencariku, maka tanpa pikir panjang lagi aku langsung berlari ke arah pintu pagar warga yang rumahnya terletak di belakang pos ronda ini."Tolong jika ada yang mencari saya, jangan kasih tahu. Mereka orang jahat." Kuucapkan itu sebelum tubuhku hilang di balik pagar. Aku pun segera berjongkok dan memasang telinga karena pagarnya hanya sebatas dada orang dewasa. Beruntung tadi pintu

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   204. Kabur

    Aku terus berlari melewati koridor hotel yang sepi. Suara sepatuku yang beradu dengan lantai terdengar jelas. Tak peduli orang-orang akan heran melihat dan mendengarnya, aku terus berlari hingga mencapai pintu lift. Dengan tangan gemetar, aku menekan angka satu. Kedua tanganku saling bertaut dengan keringat dingin mengucur di sana. Sekarang sudah jelas, Anjar berniat melecehkan aku, dari sini aku bisa mengambil kesimpulan kalau dia bukan pria baik-baik. Pantas saja begitu mudahnya saling bersentuhan dengan Nabila. Semua terjawab sudah dalam beberapa menit saja. Setelah pintu lift terbuka, tergesa-gesa aku menuju satu-satunya pintu keluar yang terdapat di lobby hotel ini. Namun, langkahku tertahan lantaran di sana terlihat Nabila tengah berdiri bersama teman prianya. Apa mungkin gadis itu sengaja menungguku. Di sini aku yakin kalau Nabila dan Anjar bekerja sama. Bisa jadi, ketika aku berada di lift tadi, Anjar menghubungi Nabila supaya mencegatku di tempat itu.Tanpa pikir panjang la

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   203. Janggal

    "Kita naik lift saja." Anjar berbelok ke arah lift. Padahal kami hanya berada di lantai dua, tadi saja sewaktu naik kami menggunakan tangga biasa. Kenapa sekarang turun harus menggunakan lift?"Pake tangga saja." Aku menolak secara halus sebab risih jika harus berduaan di dalam lift. "Perutku sudah kenyang, rasanya enggan untuk melangkah meskipun itu menuruni anak tangga." Anjar beralasan sambil mengusap perutnya. Sementara satu tangannya sibuk mengetik di layar ponsel."Kalau begitu, Mas saja yang naik lift. Saya turun pakai tangga saja." Setelah berkata seperti itu aku pun hendak melangkah."Tunggu! Bagaimana kata orang nanti kalau kita jalan masih pisah-pisah. Please," kata Anjar seraya menahan langkahku dengan cara meraih tangan kananku meskipun detik berikutnya aku menariknya hingga terlepas.Tidak mau berdebat yang akhirnya hanya akan menjadi pusat perhatian. Akhirnya aku mengalah. Dalam hati berdoa mudah-mudahan ada orang lain yang akan menggunakan lift bersama kami.Ternyata k

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   202. Aku Normal

    Selama kami makan, satu hal yang membuat aku tidak nyaman-selain cara Anjar dan Nabila berkomunikasi-yaitu cara Anjar menatapku. Ketika pria itu melihatku, tatapannya begitu dalam seolah ingin menerkamku. Bukan itu saja, dia juga kerap tersenyum miring sehingga aku merasa seperti seorang mangsa yang sedang diincar."Kamu tidak mau bertanya tentang Nabila?" tanyanya beberapa saat setelah gadis itu pergi."Tidak. Saya bukan tipe orang yang kepo pada kehidupan orang lain," jawabku jujur. Tak disangka, mendengar jawabanku Anjar mencebik."Kamu tidak cemburu melihat Nabila memeluk dan menciumku?""Cemburu itu harus berdasar. Dan hanya bisa dirasakan oleh orang yang sudah menaruh perasaan. Sementara kita belum ada komitmen apapun, jadi saya tidak berhak untuk cemburu." Ia pun melirik sekilas ke samping kirinya, seperti reaksi kecewa tapi Anjar mencoba untuk tetap tenang. Apa ada yang salah dengan jawabanku."Mas Anjar jangan salah paham. Sekali lagi saya tekankan, kalau saya belum menyetuj

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   201. Tanpa Batasan

    Obrolan kami berlanjut. Ternyata selain tampan, Anjar sangat pandai bergaul. Terbukti dari awal kami berjumpa, pria itu sama sekali tidak terlihat canggung. Ia bahkan bisa menghidupkan suasana, meskipun aku tidak begitu suka pada caranya berkomunikasi dengan tangannya yang tidak bisa dikondisikan. Begitu mudah menyentuh tanpa rasa bersalah. Padahal kami bertemu baru dalam hitungan jam. Aku pun jadi ragu padanya.Meskipun tidak suka, tapi aku masih berpikiran positif. Mungkin hal itu disebabkan oleh pergaulannya. Kami menikmati hidangan yang tersedia di atas meja. Anjar begitu lahap, lain denganku yang canggung karena ini pertama kalinya makan dengan pria asing. Perhatian Anjar beralih ke samping kirinya ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Setelah melihat layar ponselnya, ia pun lalu mengambilnya."Ya, hallo .... "" .... ""Ah ya, memangnya kamu di mana?"" .... ""Aku di resto, sedang makan bersama calon istriku." Anjar melirikku ketika dia menyebutku calon istri. Pria itu pun ters

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   200. Lancang

    Sore ini aku pulang cepat karena harus bertemu dengan pria yang menurut ayah adalah calon suami pilihannya. Meskipun ibu memintaku berdandan dengan sempurna, tapi aku menolak. Aku mau, jika seorang pria menyukaiku, itu karena dia melihat fisikku apa adanya. Tanpa polesan yang berlebihan.Pukul lima sore tepat, pria yang kuketahui bernama Ginanjar itu datang dengan membawa kendaraan mewahnya. Pantas jika ayah menyebut pria dengan postur tinggi tegap ini sudah mapan. Sebenarnya Ginanjar pria yang tampan, penampilannya pun stylish. Tapi kenapa di usianya yang sudah matang belum juga berumah tangga, sehingga ia perlu dicarikan jodoh. Mungkin benar kata ayah kalau Ginanjar terlalu banyak pilih-pilih. Kukira dia akan mengobrol di rumah, tapi ternyata Ginanjar mengajakku keluar. Aku sudah menolak karena selama ini tidak pernah keluar dengan pria asing apalagi berduaan. Tapi entah kenapa, ayah malah mengijinkan. Padahal sebelumnya Ayah tidak pernah bersikap seperti itu. Aku curiga, jangan-ja

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   199. Meski Berat

    Pertemuanku dengan Danang tidak membuahkan hasil yang sesuai dengan keinginanku. Pria itu terang-terangan menolak untuk menikahiku di atas sebuah perjanjian. "Silakan Mbak Zaskia mencari orang lain, jika maksud dan tujuannya seperti itu. Tapi jika orang tersebut tidak Mbak temukan, maka saya siap menikahi Mbak Zaskia dengan catatan tidak ada perjanjian apapun. Kecuali janji kita kepada Allah untuk sama-sama membangun rumah tangga dan niatkan beribadah padaNya."Kalimat itu diucapkan Danang di akhir pertemuan kami. Sekarang sudah dua hari kejadian itu berlalu. Aku belum mendapatkan solusi. Selama ini aku tidak punya banyak kenalan laki-laki karena memang cukup membatasi diri. Pagi tadi ketika sarapan, Ayah sudah membahas perihal jodohku lagi. Sementara Fitria dari beberapa hari yang lalu tetap memasang wajah yang kurang bersahabat. Di dalam lingkup pertemananku, hanya ada tiga laki-laki yang kukenal cukup dekat. Mas Faldo, mas Danang dan Ilham. Tidak mungkin kalau aku meminta tolong

DMCA.com Protection Status