Home / Rumah Tangga / SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG / 188. Bukan Orang Sembarangan

Share

188. Bukan Orang Sembarangan

Author: Tetiimulyati
last update Last Updated: 2023-05-04 05:46:26

"Sepertinya Mas Faldo cukup terkenal di lingkungan pesantren ini." Aku dan Umi Fatimah berjalan bersisian.

"Faldo memang pandai bergaul. Bukan hanya di pesantren, kamu lihat sendiri tadi ketika Umi memperkenalkan Lala pada jamaah pengajian. Mereka sangat antusias menyambut istri ustad kesayangan mereka." Umi menutupi kalimatnya dengan tawa kecil.

"Ustad kesayangan? Jadi Mas Faldo juga suka dakwah di pengajian?"

"Iya, meski statusnya masih jadi pengganti ketika ustad yang biasa sedang berhalangan. Tapi para jamaah menyukai ceramah suamimu."

Aku mengusap dada sebagai ekspresi dari rasa kaget campur kagum. Ternyata suami yang dulu kuremehkan ini bukan orang sembarangan. Aku pernah mengira mas Faldo hanya memanfaatkan statusnya sebagai suamiku untuk mengatur hidupku. Memintaku menutup aurat misalnya, atau melarangku bepergian tanpa sepengetahuannya. Juga solat dan tentang kepatuhan kepada suami.

Ah, ternyata semua itu dia lakukan karena ilmunya. Aku jadi malu kalau teringat sikapku di awa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Prapto Vera
ustadzah aliya tuh si julidnya pesantren, pengen nabok pake terong rasanya.wkwkwk.. Makasih Thor sudah up lagi. Smoga senantiasa diberi kesehatan dan keberkahan
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   189. Mulut Pedas

    Untuk beberapa saat kami bekerja dalam keheningan. Dalam hati, aku berdoa mudah-mudahan terong ini cepat habis, hingga aku bisa menghindar duduk berdekatan dengan ustadzah Aliya. Bukan apa-apa, entah mengapa sejak kami pertama bertemu kemarin, aura wanita ini sudah berbeda."Nuning, ambil air dalam baskom lain! Sepertinya ini tidak akan muat semuanya dalam satu wadah." Ustadzah Aliya memberikan perintah pada Nuning. Gadis yang berada di antara kami pun kemudian bangkit."Enggih Ustadzah, saya ambilkan."Aku menahan nafas ketika Nuning bangkit dan mulai berjalan menjauh.Sepertinya ustadzah Aliyah mencari alasan supaya Nuning pergi. Pasalnya, baskom berisi air di depan kami cukup besar, sepertinya muat untuk menampung terong-terong ini setelah dibersihkan."Apa Mbak Lala tidak malu mendapatkan suami yang soleh seorang ustad Faldo yang punya nama baik di pesantren ini? Seharusnya Mbak Lala cukup tau diri." Benar saja, ustadzah Aliya sengaja menyuruh Nuning pergi supaya dia bisa leluasa

    Last Updated : 2023-05-05
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   190. Gosip

    Aku menahan senyum mendengar Nuning terus menggerutu. Dalam hati ingin bertanya banyak hal tentang wanita yang baru pergi itu pada gadis di hadapanku. Tapi rasanya tidak pantas. Bukankah aku istri Mas Faldo, seorang yang terpandang di pesantren ini. Masa aku kepo dengan kehidupan orang lain."Lagi pula, dari tadi saya juga heran. Kenapa ustadzah Aliya tumben sekali mau membantu pekerjaan di dapur. Padahal biasanya beliau hanya menjadi mandor, mengomentari ini dan itu. Dirinya sendiri tidak pernah mau membantu."Keluhan Nuning masih berkelanjutan. Gadis itu berbicara dengan mata dan mulut yang lucu, sepertinya merasa dipermainkan oleh Ustadzah Aliya, yang menyuruhnya membawa baskom berisi air. Padahal baskom yang ada di hadapan kami juga masih muat. Ditambah lagi, tahu-tahu Ustadzah Aliya pergi begitu saja. Atau mungkin punya masalah pribadi dengan ustadzah Aliya."Ustadzah Aliya tinggal di sini juga?" tanyaku sambil mengangkat wajah sebentar."Iya, di asrama putri. Padahal ada tempat

    Last Updated : 2023-05-06
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   191. Jalan-jalan

    Aku ingin marah tapi tidak bisa, dengan posisi dan situasi seperti ini. "Sekarang kita tidur, kosongkan pikiranmu dari hal-hal yang membuatmu akan gelisah sepanjang malam." Mas Faldo bangkit lalu berjalan dan naik ke atas kasur."Tapi bener 'kan, berita yang kudengar itu. Kalau Mas Faldo dulu banyak disukai wanita?" Karena belum mendapat jawaban yang pasti, maka aku mengulang pertanyaanku."Tidak usah cemburu, toh pemenangnya adalah istriku ini. Jawabannya sebenarnya ada di dalam pikiranmu sendiri. Apa mungkin suamimu yang tampilannya seperti ini banyak disukai wanita? Bukankah gadis yang menjadi istriku saja dulu menganggapku orang aneh?" Mas Faldo yang sudah berbaring kembali duduk, kemudian dengan gerakan tangannya mengisyaratkan supaya aku pun ikut berbaring di sisinya. Menyudahi perdebatan sebelum tidur, karena dia tahu ujung-ujungnya pasti aku yang baper.Aku melengos membuang pandangan, merasa kalau Mas faldo tengah menyindirku. Setelah ini aku tidak bisa berkata-kata lagi, se

    Last Updated : 2023-05-07
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   192. Perjodohan

    Zaskia"Ayah tetap tidak setuju kalau kamu dilangkahi!" Ayah menyandarkan punggungnya. Malam ini kami berkumpul di ruang keluarga untuk membahas pernikahan Fitria dan tentang aku tentunya.Aku sudah mengambil keputusan untuk rela dilangkahi daripada harus menikah lebih dulu dengan orang yang sama sekali tidak kukenal. Tapi keputusan itu ditentang oleh ayah."Kalau begitu, Ayah harus menunda pernikahan Fitria." Aku memberanikan diri mengangkat wajah, meski tahu pria paruh baya di hadapanku ini sedang tidak ramah."Fitria dan Bagus sudah punya niat baik untuk berumah tangga. Di dalam Islam, niat baik itu harus disegerakan, jangan ditunda-tunda. Lagi pula, menurut ayah, Bagus sudah mapan, sudah waktunya berumah tangga. Ayah malah khawatir terjadi sesuatu kalau mereka tidak menikah sekarang."Aku membuang nafas berat. Jadi dengan kata lain solusinya adalah, mau tidak mau aku harus menikah. "Ayah dengar pria yang kau tunggu sudah menikah. Lalu apa lagi yang kamu harapkan? Apa itu tidak cu

    Last Updated : 2023-05-08
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   193. Bergerak Cepat

    Siang ini aku menyempatkan mampir ke toko bukunya Mas Faldo. Selain ingin mengecek keberadaan pria itu, aku juga harus memberikan sedikit perubahan sikap pada Danang, agar kesannya tidak berubah drastis.Setelah memutuskan untuk meminta bantuan pada Danang, aku harus merubah sikap pada pria itu. Danang memang bukan pria idamanku, tapi setidaknya dia punya simpati padaku. Hingga untuk meminta tolong padanya, mungkin tidak akan begitu kesulitan."Wah tumben sekali, Mbak Zaskia. Sudah lama tidak ke sini, sepertinya ada yang kangen, nih." Begitu aku masuk ke toko, langsung disambut oleh candaan Mas Ilham. Sementara mas Danang yang tengah sibuk melayani pembeli, hanya melirik kami sekilas sambil tersenyum. Sebenarnya wajah mas Danang ini tidak kalah ganteng dari Mas Faldo. Tapi mas Danang mempunyai perawakan lebih kecil dari Mas Faldo dan kulit sedikit lebih gelap. Aku pun tersenyum, tepatnya memaksakan tersenyum sambil melirik ke arah Mas Danang. Hal yang sangat jarang aku lakukan sebe

    Last Updated : 2023-05-10
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   194. Alasan Pulang

    Lala"Pokoknya aku mau pulang!" Kalimat itu kuucapkan lagi ketika Mas Faldo tengah bersiap pagi ini. Setelah kemarin hingga semalam dia tidak mendengar keinginanku dengan alasan masih ada pekerjaan."Niatnya juga dua minggu, ini baru saja seminggu, Sayang." Sekarang pria yang sedang menyisir rambut itu malah terkekeh."Dua minggu kalau aku betah, kalau aku nggak, 'kan bisa kapan saja pulang. Itu perjanjiannya." Aku mengingatkan, siapa tahu Mas Faldo lupa."Tapi beri aku alasan kenapa tidak betah di sini. Bukankah Umi dan Kyai Mustofa begitu baik padamu?" Dia berbalik."Seandainya aku hanya bertemu dengan Umi dan kyai Mustofa, dua bulan tiga bulan pun aku betah di sini. Tapi masalahnya aku juga bertemu dengan orang-orang yang punya aura negatif."Saat ini posisi Mas Faldo telah membelakangiku, tapi dari gerakan pudaknya, aku tahu kalau pria itu tengah menghela panjang. "Kalau Mas tidak mau pulang sekarang, biar aku pulang sendiri naik taksi!""Iya, oke, besok, ya. Hari ini kegiatan Ma

    Last Updated : 2023-05-11
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   195. Setelah di Rumah

    FaldoIstri cantikku ini sangat antusias ketika tahu Zaskia meminta kami pulang. Sikapnya itu bukan karena Lala sudah tidak punya perasaan cemburu pada Zaskia, tapi karena keinginannya untuk pulang akan segera terlaksana. "Sepertinya ada hal penting yang ingin Bu Zaskia sampaikan. Makanya dia meminta kita pulang." Binar matanya begitu bersemangat."Doa istri saleha akhirnya diijabah." Aku mencubit hidung mancungnya yang selalu menjadi candu bagiku.Seminggu berada di pesantren, Lala meminta pulang ke rumah. Alasannya tentu saja karena Aliya, meski Lala tidak jujur, tapi aku yakin itu. Entah kenapa, Aliya yang selama ini sudah bersikap biasa saja, sekarang membuat ulah lagi setelah bertemu dengan Lala. Mungkin karena rasa cemburunya yang terlalu. Meskipun aku sudah berpesan pada Umi untuk tidak menceritakan masalahku dan Aliya di masa lalu, tapi tetap saja, sepertinya Lala sedikit mengerti keadaan kami waktu itu.Aliya memang sempat menaruh hati padaku. Dan sampai saat ini tidak pern

    Last Updated : 2023-05-13
  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   196. Alasan Lain

    Aku membuka mata menjelang ashar. Segera kubangunkan istriku untuk menunaikan salat bersama. Syukurlah, istriku yang manja ini sudah kembali seperti semula setelah sebelum tidur siang tadi aku membuatnya tidak bisa berkata-kata lagi. Memang semudah itu membuat wanita tidak berdaya. Lepas ini aku akan menemui Zaskia, perempuan itu berkali-kali menghubungiku karena katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan. Ini di luar kebiasaannya, apalagi semenjak dia mengetahui aku sudah menikahi Lala. Zaskia memang sangat pandai menjadi jarak.Seperti biasa, aku meminta Lala turut serta. Selain khawatir dia cemburu terhadap Zaskia, aku juga memang menghindari berduaan dengan wanita yang bukan mahram.Zaskia sudah menunggu di tempat yang ia tentukan ketika aku dan Lala datang. Perempuan itu pun berdiri untuk menyambut kami."Bagaimana liburan di pesantrennya, La?" tanyanya sambil berdiri, aku tahu itu hanya basa-basi."Seru, Bu," jawab Lala sambil tersenyum tipis."Wah, jangan-jangan saya mengg

    Last Updated : 2023-05-18

Latest chapter

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   207. Bahagia Akhirnya

    Lala"Sah!!" ucap dua orang saksi secara bersamaan. Kami yang berada di ruangan tengah rumah orang tua Bu Zaskia pun serempak mengucap alhamdulillah. Setelah sempat gagal satu kali, Mas Danang akhirnya lancar mengucap ijab kabul. Detik ini juga Mas Dadang dan Bu Zaskia resmi menjadi suami istri. Kudengar Mas Faldo pun mengucap syukur dengan suara yang begitu lirih. Sesaat setelah itu aku pun menoleh ke arahnya. Ternyata suamiku itu pun sedang melakukan hal yang sama. "Terima kasih sudah membantu," ucapnya lirih. "Aku tidak melakukan apa pun, Mas.""Sekecil apa pun, sangat berarti. Sekarang aku sangat lega. Akhirnya Zaskia berada di tangan yang tepat."Aku bisa mengerti kenapa Mas Faldo merasa lega seperti itu. Dalam hatinya mungkin masih ada rasa bersalah telah membiarkan Bu Zaskia salah paham selama bertahun-tahun. Lima hari yang lalu, pagi-pagi sekali Bu Zaskia datang ke rumah kami. Beruntung saat itu kami belum berangkat ke rumah Mama karena malamnya Mas Faldo sudah merencanak

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   206. Kesaksian

    "Di mana kamu, Zaskia?! Cepat pulang! Jangan bikin malu Ayah!!"Suara Ayah bagai petir menyambar telingaku. Sampai-sampai aku menjauhkan benda pipih tersebut dari kepalaku. Tidak seperti biasanya, Ayah berkata dengan nada tinggi seperti itu. Apa telah terjadi sesuatu? Jangan-jangan Anjar mengadu pada Ayah melalui telepon, karena tidak mungkin kalau pria itu sudah sampai di rumah Ayah. "Iya, Yah. Sebentar lagi aku sampai di rumah .... ""Ayah tunggu kamu dan jelaskan semuanya!"Tak salah lagi, Anjar bergerak cepat mengadu pada Ayah. Bisa jadi ia memutar balik fakta atau mengarang cerita supaya aku salah di mata Ayah. Jika benar seperti itu, maka makin ketahuan sifat aslinya. Beruntung, aku belum menyetujui perjodohan ini. "Tunggu! Apa bapak-bapak bisa menolong saya sekali lagi?" Aku menghentikan langkah, dua orang yang ada di depanku pun spontan berhenti."Maksudnya gimana, Neng?" tanya salah satunya.Akhirnya aku menceritakan detail permasalahan ini pada dua orang di hadapanku secar

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   205. Cepat Pulang!

    "Beneran tidak ada jalan lain, Pak?" "Beneran, Neng." Untuk beberapa saat aku hanya mematung. Bingung harus bagaimana. Mana malam semakin larut. Aku juga tidak terbiasa pergi sendirian apalagi malam-malam seperti ini. Apa baiknya aku menelepon Mas Faldo atau Danang. Ah, malu rasanya jika meminta tolong padanya.Pada saat bersamaan, tiba-tiba telingaku menangkap suara derap langkah beberapa orang. Sepertinya ada yang berlari lebih dari satu orang. Selain gelap, di sini juga banyak tanaman seperti pohon pisang dan pohon lainnya. Jadi tidak begitu terlihat orangnya, hanya suaranya. Curiga kalau itu Anjar yang mencariku, maka tanpa pikir panjang lagi aku langsung berlari ke arah pintu pagar warga yang rumahnya terletak di belakang pos ronda ini."Tolong jika ada yang mencari saya, jangan kasih tahu. Mereka orang jahat." Kuucapkan itu sebelum tubuhku hilang di balik pagar. Aku pun segera berjongkok dan memasang telinga karena pagarnya hanya sebatas dada orang dewasa. Beruntung tadi pintu

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   204. Kabur

    Aku terus berlari melewati koridor hotel yang sepi. Suara sepatuku yang beradu dengan lantai terdengar jelas. Tak peduli orang-orang akan heran melihat dan mendengarnya, aku terus berlari hingga mencapai pintu lift. Dengan tangan gemetar, aku menekan angka satu. Kedua tanganku saling bertaut dengan keringat dingin mengucur di sana. Sekarang sudah jelas, Anjar berniat melecehkan aku, dari sini aku bisa mengambil kesimpulan kalau dia bukan pria baik-baik. Pantas saja begitu mudahnya saling bersentuhan dengan Nabila. Semua terjawab sudah dalam beberapa menit saja. Setelah pintu lift terbuka, tergesa-gesa aku menuju satu-satunya pintu keluar yang terdapat di lobby hotel ini. Namun, langkahku tertahan lantaran di sana terlihat Nabila tengah berdiri bersama teman prianya. Apa mungkin gadis itu sengaja menungguku. Di sini aku yakin kalau Nabila dan Anjar bekerja sama. Bisa jadi, ketika aku berada di lift tadi, Anjar menghubungi Nabila supaya mencegatku di tempat itu.Tanpa pikir panjang la

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   203. Janggal

    "Kita naik lift saja." Anjar berbelok ke arah lift. Padahal kami hanya berada di lantai dua, tadi saja sewaktu naik kami menggunakan tangga biasa. Kenapa sekarang turun harus menggunakan lift?"Pake tangga saja." Aku menolak secara halus sebab risih jika harus berduaan di dalam lift. "Perutku sudah kenyang, rasanya enggan untuk melangkah meskipun itu menuruni anak tangga." Anjar beralasan sambil mengusap perutnya. Sementara satu tangannya sibuk mengetik di layar ponsel."Kalau begitu, Mas saja yang naik lift. Saya turun pakai tangga saja." Setelah berkata seperti itu aku pun hendak melangkah."Tunggu! Bagaimana kata orang nanti kalau kita jalan masih pisah-pisah. Please," kata Anjar seraya menahan langkahku dengan cara meraih tangan kananku meskipun detik berikutnya aku menariknya hingga terlepas.Tidak mau berdebat yang akhirnya hanya akan menjadi pusat perhatian. Akhirnya aku mengalah. Dalam hati berdoa mudah-mudahan ada orang lain yang akan menggunakan lift bersama kami.Ternyata k

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   202. Aku Normal

    Selama kami makan, satu hal yang membuat aku tidak nyaman-selain cara Anjar dan Nabila berkomunikasi-yaitu cara Anjar menatapku. Ketika pria itu melihatku, tatapannya begitu dalam seolah ingin menerkamku. Bukan itu saja, dia juga kerap tersenyum miring sehingga aku merasa seperti seorang mangsa yang sedang diincar."Kamu tidak mau bertanya tentang Nabila?" tanyanya beberapa saat setelah gadis itu pergi."Tidak. Saya bukan tipe orang yang kepo pada kehidupan orang lain," jawabku jujur. Tak disangka, mendengar jawabanku Anjar mencebik."Kamu tidak cemburu melihat Nabila memeluk dan menciumku?""Cemburu itu harus berdasar. Dan hanya bisa dirasakan oleh orang yang sudah menaruh perasaan. Sementara kita belum ada komitmen apapun, jadi saya tidak berhak untuk cemburu." Ia pun melirik sekilas ke samping kirinya, seperti reaksi kecewa tapi Anjar mencoba untuk tetap tenang. Apa ada yang salah dengan jawabanku."Mas Anjar jangan salah paham. Sekali lagi saya tekankan, kalau saya belum menyetuj

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   201. Tanpa Batasan

    Obrolan kami berlanjut. Ternyata selain tampan, Anjar sangat pandai bergaul. Terbukti dari awal kami berjumpa, pria itu sama sekali tidak terlihat canggung. Ia bahkan bisa menghidupkan suasana, meskipun aku tidak begitu suka pada caranya berkomunikasi dengan tangannya yang tidak bisa dikondisikan. Begitu mudah menyentuh tanpa rasa bersalah. Padahal kami bertemu baru dalam hitungan jam. Aku pun jadi ragu padanya.Meskipun tidak suka, tapi aku masih berpikiran positif. Mungkin hal itu disebabkan oleh pergaulannya. Kami menikmati hidangan yang tersedia di atas meja. Anjar begitu lahap, lain denganku yang canggung karena ini pertama kalinya makan dengan pria asing. Perhatian Anjar beralih ke samping kirinya ketika tiba-tiba ponselnya bergetar. Setelah melihat layar ponselnya, ia pun lalu mengambilnya."Ya, hallo .... "" .... ""Ah ya, memangnya kamu di mana?"" .... ""Aku di resto, sedang makan bersama calon istriku." Anjar melirikku ketika dia menyebutku calon istri. Pria itu pun ters

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   200. Lancang

    Sore ini aku pulang cepat karena harus bertemu dengan pria yang menurut ayah adalah calon suami pilihannya. Meskipun ibu memintaku berdandan dengan sempurna, tapi aku menolak. Aku mau, jika seorang pria menyukaiku, itu karena dia melihat fisikku apa adanya. Tanpa polesan yang berlebihan.Pukul lima sore tepat, pria yang kuketahui bernama Ginanjar itu datang dengan membawa kendaraan mewahnya. Pantas jika ayah menyebut pria dengan postur tinggi tegap ini sudah mapan. Sebenarnya Ginanjar pria yang tampan, penampilannya pun stylish. Tapi kenapa di usianya yang sudah matang belum juga berumah tangga, sehingga ia perlu dicarikan jodoh. Mungkin benar kata ayah kalau Ginanjar terlalu banyak pilih-pilih. Kukira dia akan mengobrol di rumah, tapi ternyata Ginanjar mengajakku keluar. Aku sudah menolak karena selama ini tidak pernah keluar dengan pria asing apalagi berduaan. Tapi entah kenapa, ayah malah mengijinkan. Padahal sebelumnya Ayah tidak pernah bersikap seperti itu. Aku curiga, jangan-ja

  • SETELAH IBUKU MENIKAHI BERONDONG   199. Meski Berat

    Pertemuanku dengan Danang tidak membuahkan hasil yang sesuai dengan keinginanku. Pria itu terang-terangan menolak untuk menikahiku di atas sebuah perjanjian. "Silakan Mbak Zaskia mencari orang lain, jika maksud dan tujuannya seperti itu. Tapi jika orang tersebut tidak Mbak temukan, maka saya siap menikahi Mbak Zaskia dengan catatan tidak ada perjanjian apapun. Kecuali janji kita kepada Allah untuk sama-sama membangun rumah tangga dan niatkan beribadah padaNya."Kalimat itu diucapkan Danang di akhir pertemuan kami. Sekarang sudah dua hari kejadian itu berlalu. Aku belum mendapatkan solusi. Selama ini aku tidak punya banyak kenalan laki-laki karena memang cukup membatasi diri. Pagi tadi ketika sarapan, Ayah sudah membahas perihal jodohku lagi. Sementara Fitria dari beberapa hari yang lalu tetap memasang wajah yang kurang bersahabat. Di dalam lingkup pertemananku, hanya ada tiga laki-laki yang kukenal cukup dekat. Mas Faldo, mas Danang dan Ilham. Tidak mungkin kalau aku meminta tolong

DMCA.com Protection Status