Semua Bab Acara Syukuran di Rumah Mertua: Bab 171 - Bab 180

197 Bab

Bab 171 b season 2

Dan akhirnya, pernikahanku dan Rian pun terjadi. Pernikahan kami berlangsung sangat sederhana dan hanya dihadiri oleh keluarga terdekat kami. Namun, Rian menceraikan aku meskipun pernikahan kami belum genap satu bulan. Rian beralasan tak sanggup hidup denganku karena kondisiku yang masih tetap sama. Tak ada perubahan yang berarti. Memang begitu kenyataannya, perhatian apapun yang diberikan oleh Rian padaku, sama sekali tak menggetarkan hatiku. Aku masih suka menyendiri dan melamun."Anggun, mau sampai kapan kamu seperti ini terus, Nak?" tanya Mama dengan berlinang air mata."Mama mau kamu sembuh seperti dulu, Nak. Kasian kedua anak kamu, gak bisa merasakan kasih sayang kedua orang tuanya. Tolong, Nak, jangan buat Mama sedih. Jalani hidup kamu seperti wanita normal pada umumnya, menikah dan hidup bahagia. Bukan terus-menerus melamun dan diam. Katakan sama Mama, apa yang kamu mau? Pasti Mama turuti. Tapi tolong ... sembuhlah, Nak," racau Mama sambil menangis terisak di hadapanku.Aku bi
Baca selengkapnya

Bab 172 a season 2

Ingatan tentang masa lalu seolah berputar dalam pikiranku. Aku langsung teringat, bagaimana bahagianya kehidupanku saat menjadi istri Mas Kenzie dulu. Kami terlihat seperti keluarga yang sempurna. Memiliki dua anak yang lucu dan menggemaskan.Kami sering jalan berempat untuk menghabiskan waktu diluar. Memanjakan anak-anak kami, dan mengurus anak kami berdua dengan baik. Mas Kenzie sosok suami yang sempurna, yang selalu siap siaga menjaga anak-anak kami. Tak pernah merasa jijik ataupun terlihat lelah, saat mengurus kedua anak balita kami. Sayangnya, aku baru menyadari itu semua. Dan menyisakan sesal yang teramat dalam.Dulu, aku selalu meremehkan dan merendahkan Mas Kenzie setelah ia bercerai dari Naya. Karena setelah bercerai dari Naya, Mas Kenzie tak memiliki apapun lagi. Bahkan, pekerjaan pun ia tak punya. Dan yang lebih membuatku kesal, Mas Kenzie justru bekerja menjadi seorang cleaning servis. Yang memang pekerjaan yang aku anggap rendah saat itu. Tapi kini, aku sangat menyesal.A
Baca selengkapnya

Bab 173 b season 2

Seorang pria yang terlihat tak asing sedang berdiri terpaku di depan pagar rumahku sambil memandangku dengan tatapan yang sulit untuk aku artikan. Sebab saat ini, aku sedang duduk menyendiri di depan teras rumah."Anggun!" teriak pria itu memanggil namaku. Seketika, aku memperhatikan wajah pria itu dengan seksama dan mencoba mengingat-ingat. Jika pria itu tahu namaku, berarti akupun mengenalnya.Pria itu melambaikan tangannya dan tersenyum. Seketika sekelebat bayangan dimasa lalu kembali muncul, aku baru ingat, jika pria itu adalah Mas Jody."Anggun, buka pagarnya, aku mau bicara!" teriak Mas Jody lagi. Tapi aku tetap diam dan tak merespon panggilannya."Siapa, Nak?" tanya Mama yang baru keluar dari dalam rumah."Mas Jody, Ma," jawabku singkat."Jody?" Mama seolah-olah mengingat nama itu lalu beralih memandang pria yang masih berdiri di depan pagar rumahku. Tak lama, wajah Mama berubah merah padam lalu kembali masuk ke dalam rumah dan memanggil Papa. Beberapa menit kemudian, Papa dan
Baca selengkapnya

Bab 174 a season 2

☘️Aku masih berdiri mematung di depan pintu sambil menatap Mas Kenzie dengan tatapan sendu. Aku berusaha untuk tetap tegar dan menahan air mataku yang mungkin saja bisa jatuh sewaktu-waktu. Aku menghela nafas dalam-dalam, berusaha menenangkan sesak di dalam dada."Nduk, kenapa bengong disini? Ayo duduk," ucap wanita paruh baya yang aku tahu adalah Ibunya Mas Kenzie.Ternyata, wanita yang Papa dan Mama sebut dengan Bu Leha itu adalah mantan mertuaku. Memandang wajah Bu Leha, ingatan masa lalu kembali hadir. Bagaimana beliau begitu antusias saat aku menikah dengan Mas Kenzie dulu. Namun, aku juga merasa bersalah pada beliau karena telah mengusirnya saat Bu Leha ingin tinggal di rumahku.Bu Leha menuntunku untuk duduk di sampingnya. Mata ini masih memperhatikan Mas Kenzie dan juga wanita muda yang sedang duduk di samping Mas Kenzie. Dalam hati aku bertanya-tanya, siapa wanita itu sebenarnya. Apakah teman atau pacar Mas Kenzie?"Maryam, kenalkan, ini Anggun, mantan menantu kesayangan Ibu
Baca selengkapnya

Bab 175 b season 2

"A ... Anggun, kamu serius dengan apa yang kamu ucapkan?" tanya Mas Kenzie yang aku jawab dengan anggukan pelan."Anggun, aku ... aku senang dengan niat baik kamu untuk berubah. Jujur, aku kaget, gak nyangka kamu bisa bilang gitu. Tapi, maaf, aku gak bisa kembali sama kamu. Aku sudah punya calon istri, dan sebentar lagi kami akan menikah.Anggun, kalau kamu memang mau berubah jadi wanita yang lebih baik aku akan dukung kamu. Tapi kalau untuk menjadi pendamping kamu, aku gak bisa. Maaf ..." ucap Mas Kenzie lirih.Penolakan dari Mas Kenzie seketika membuat hatiku sedih. Tapi, aku sadar diri, aku memang tak pantas untuk kembali pada Mas Kenzie. Apalagi mengingat luka yang pernah aku goreskan di hatinya. Aku membuang nafas panjang, dan berusaha terlihat tegar di hadapan Mas Kenzie."Iya, Mas, gak papa. Aku mengerti. Rasanya lega, udah mengungkapkan perasaan hati aku," kataku. Tapi memang benar, hati ini rasanya benar-benar lega, sudah mengungkapkan semua perasaan yang aku pendam dalam hat
Baca selengkapnya

Bab 176 a season 2

POV KenzieAku merasa sangat kesal dengan sikap Ibu yang dengan terang-terangan membanggakan Anggun di depan Maryam. Seolah Ibu tak menghargai Maryam sebagai calon menantunya yang baru. Untungnya, Maryam sangat sabar menghadapi Ibu. Maryam bersikap sangat tenang, sama sekali tak terpancing emosi meskipun terlihat jelas ketidaksukaan di raut wajah Ibu pada Maryam."Mar, kita pulang aja, yuk? Udah mau Magrib. Nanti takut kemalaman," bisikku pada Maryam."Aku terserah kamu aja, Mas," ucap Maryam.Akhirnya, aku pamit pada Ibu dan semua yang ada di rumahku untuk mengantarkan Maryam pulang. Aku beralasan pada mereka, bahwa kami harus mempersiapkan kebutuhan pernikahan kami. Sengaja memang, agar Anggun dan kedua orang tuanya tahu bahwa Maryam adalah calon istriku."Mas Kenzie!"Aku dan Maryam menoleh secara bersamaan, saat terdengar suara Anggun berteriak memanggilku. Aku sedikit terkejut, karena tiba-tiba saja Anggun memanggilku. Sebab sedari tadi, tak sepatah katapun keluar dari bibir Angg
Baca selengkapnya

Bab 177 b season 2

Aku berjalan kaki setelah memastikan Maryam sudah masuk ke dalam kostannya. Aku merasa, begitu banyak cobaan yang datang silih berganti setelah aku memutuskan untuk menikah dengan Maryam. Meskipun berat, aku merasa kuat dan semangat setelah melihat sikap Maryam yang ternyata lebih kuat dan lebih dewasa dariku.Tapi lagi-lagi, aku teringat dengan ucapan Anggun tadi. Jujur saja, hati ini ikut merasa sedih saat melihat Anggun menangis tadi. Terlihat bagaimana sedihnya Anggun saat minta maaf dan juga meminta aku untuk kembali padanya.Apalagi, melihat kondisi kejiwaan Anggun yang memang sedang tidak baik-baik saja itu. Mungkin jika aku mau kembali padanya, kondisi kejiwaan Anggun bisa pulih kembali. Sebab setahuku, hanya orang terdekat lah yang bisa membantu menyembuhkan jiwa seseorang yang terkena penyakit mental. Mungkin jika aku tak ada niat untuk menikah dengan Maryam, aku akan membantu untuk proses penyembuhan jiwa Anggun.Dalam hati, aku berharap, Tuhan menjaga Anggun dan menyembuhk
Baca selengkapnya

Bab 178 a season 2

☘️Setelah acara ijab kabul kami selesai, dilanjutkan dengan acara meminta doa restu kepada orang tua kami. Kami melakukan sungkeman secara bergantian, seperti adat di daerah kami. Maryam terlihat menangis haru dan terisak, saat bersujud meminta doa restu di pangkuan Bapak dan Ibunya. Wajar memang, karena ini adalah pernikahan pertama untuk Maryam. Setelah selesai, aku bergantian meminta doa restu pada kedua mertuaku. Mereka memberi aku wejangan atau nasihat padaku untuk menjaga dan menyayangi Maryam sepenuh hati.Bapak mertua bilang, kini tugasnya telah usai untuk menjaga Maryam dan diserahkan padaku. Wejangan demi wejangan yang Bapak dan Ibu mertua sampaikan padaku, aku dengar dengan seksama. Dan Insya Allah, aku akan menjalankan amanah dari mereka."Kenzie, tolong jaga anak kami Maryam dengan baik. Jaga dan lindungi Maryam, sayangi dia, seperti kami menyayanginya selama ini. Jangan pernah kasar atau melukai Maryam secara batin ataupun fisik. Kalau kamu sudah bosan atau tak sanggup
Baca selengkapnya

Bab 179 b season 2

"Mar, kamu ngapain?" tanyaku. Pertanyaan basa-basi meskipun aku tahu apa yang sedang Maryam kerjakan saat ini."Lagi nyuci piring, Mas. Nanggung, bentar lagi selesai," jawab Maryam tersenyum.Ada rasa miris dalam hati ketika Maryam masih bisa tersenyum disaat seperti ini. Meskipun aku tahu, Maryam pastilah sangat lelah saat ini. Terlihat dari peluh yang membasahi kening Maryam. Padahal, cuaca malam ini cukup dingin karena hujan gerimis sedari tadi.Aku tak melihat kehadiran Ibu ataupun Dini di dapur. Itu artinya, Maryam hanya sendiri mencuci piring dan perabotan sisa bekas memasak acara siang tadi. Aku membuang nafas kasar, pastilah Ibu yang sudah menyuruh Maryam untuk mengerjakan ini semua sendirian. Aku bukannya suuzon pada Ibuku sendiri, tapi memang begitulah sikap Ibu jika tak suka pada seseorang. Selalu berbuat sesuka hati."Astaga, Mar, harusnya kamu gak perlu nyuciin piring sama perabotan ini," ujarku."Gak papa, Mas. Gak enak lihatnya, kalau pada kotor semua begini.""Ya udah,
Baca selengkapnya

Bab 180 a season 2

☘️Subuh ini, aku dan Maryam terbangun. Lalu segera bergegas untuk mandi. Malu rasanya, jika ketahuan mandi keramas oleh Ibu ataupun Dini. Meskipun kami sudah resmi menikah, tapi tetap saja terasa canggung. Susah rasanya, jika sudah menikah dan tinggal satu atap dengan Ibu. Apalagi, kami hanya memiliki satu kamar mandi untuk dipakai secara bergantian. Itupun letaknya di ujung dapur. Sepertinya, aku harus merencanakan untuk hidup terpisah dari Ibu."Mar, aku sholat subuh ke masjid dulu ya?" pamitku pada Maryam."Iya, Mas," jawab Maryam lembut."Oh ya, Mar. Sepertinya, kita tinggal misah aja deh dari Ibu. Nanti kita cari kontrakan atau kost-kostan aja. Aku kasihan sama kamu kalau harus tinggal seatap sama Ibu. Kamu kan tahu sendiri, sikap Ibu seperti itu," ucapku."Aku terserah kamu aja, Mas, gimana baiknya. Tapi, kalau memang mau tinggal terpisah, kita tinggal di kosant aku aja, Mas. Kebetulan, kostan aku masih tiga Minggu lagi masa habisnya. Nanti, tinggal kita teruskan aja. Lagi pula
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
151617181920
DMCA.com Protection Status