Home / Pernikahan / Acara Syukuran di Rumah Mertua / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Acara Syukuran di Rumah Mertua: Chapter 141 - Chapter 150

197 Chapters

Bab 141 b

"Kamu sudah pulang, Ken?" tanya Ibu dengan wajah terlihat cerah."Iya, Bu. Oh ya, kok warung pecelnya udah tutup, Bu? Apa gak laku ya?" tanyaku merasa heran. Karena biasanya, Ibu menutup warung sebelum magrib. Jam di dinding baru menunjukkan pukul 16.00 sore."Siapa bilang? Warung Ibu laris banget malah, jam dua siang tadi sudah tutup. Sayang, Ibu gak punya persediaan sayur dan bahan pecel. Kalau ada kan lumayan tadi, buat nambahin penghasilan," jawab Ibu, sambil mengulas senyuman di bibirnya.Melihat wajah Ibu yang terlihat senang, akupun ikut merasa senang. Apalagi mendengar dagangan Ibu laris, rasa lelah sepulang dari bekerja seketika menghilang."Alhamdulillah, ya, Bu. Aku senang dengernya.""Iya, Ken. Ibu jadi bisa nabung dikit-dikit. Oh ya, Ken, tadi Bu Rini tetangga depan rumah itu nawarin rumahnya buat di sewakan. Gimana kalau kita sewa aja, Ken? Halamannya lumayan luas, Ibu bisa buka warung di depan rumahnya. Kalau disini kan sempit, Ken, mau lewat saja susah," jelas Ibu.Kon
Read more

Bab 142 a

Aku menggeleng cepat, menyadarkan diri dari lamunan. Aku tak ingin berpikir yang tidak-tidak, aku harus berusaha untuk bersikap tetap tenang. Meskipun dalam hati, aku benar-benar takut, jika kenyataan itu benar adanya. Bahwa aku mandul.Aku kembali melanjutkan pekerjaanku. Berita tentang kehamilan Naya barusan benar-benar mengganggu konsentrasiku bekerja. Rasa sesal di masa lalu kembali hadir. Jika memang benar aku mandul, aku benar-benar bodoh karena dulu telah mengkhianati Naya. Aku yakin, meskipun dulu Naya tahu bahwa aku mandul, pastilah ia akan tetap menerima diriku apa adanya.Karena yang kutahu, Naya adalah tipe wanita yang setia. Tapi sekarang, kenyataan ini justru seolah-olah baru terkuak. Jika sudah begini, siapa wanita yang mau menjadi istriku? Andai saja, aku tak bodoh dan bisa menahan nafsuku, pastilah hidupku bersama dengan Naya masih baik-baik saja hingga kini. Meskipun kami belum diberikan kepercayaan keturunan.Tapi, semua sudah berlalu. Wanita yang masih sangat aku c
Read more

Bab 143 b

"Ken, saya tahu Anggun pernah menyakiti hati kamu. Maka dari itu, saya mewakili Anggun ingin meminta maaf sama kamu. Tolong, maafkan anak saya dengan tulus," ucap Pak Abu dengan tatapan memohon.Untuk pertama kalinya, aku mendengar Pak Abu berbicara. Bahkan, ia sampai mau memohon untuk memaafkan kesalahan Anggun padaku. Tapi, aku bingung, apa Pak Abu dan Bu Hanin sudah tahu tentang masalahku dengan Anggun?Tapi jika dipikir, pastilah mereka sudah tahu tentang masalahku dengan Anggun. Tak mungkin mereka tiba-tiba minta maaf jika tak tahu apa yang terjadi pada kami. Aku menghela nafas panjang, bingung harus menjawab apa. Karena sejujurnya, sulit bagiku untuk memaafkan Anggun. Tapi disisi lain, aku juga tak boleh egois. Aku sendiri memiliki banyak kesalahan di masa lalu. Jika aku tak bisa memaafkan kesalahan Anggun, lalu, bagaimana dengan Naya yang sudah aku sakiti hatinya?Aku tak ingin menjadi manusia kejam, apalagi, aku sudah berusaha untuk bertaubat. Pasti kedua orang tua Anggun akan
Read more

Bab 144 a

POV Naya5 bulan kemudian ....Alhamdulillah, aku sangat bersyukur karena telah diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk melahirkan dua bayi kembar secara normal. Meskipun, aku harus melewati proses melahirkan yang tak mudah. Apalagi, ini adalah kali pertama aku melahirkan.Jangan tanya bagaimana rasanya melahirkan, yang pasti luar biasa sangat nikmat. Mungkin, itu salah satu alasan mengapa wanita lebih diistimewakan oleh Tuhan. Andai para kaum pria tahu bagaimana sakitnya melahirkan, apakah mereka masih mau menyakiti hati seorang wanita?Untungnya, aku memiliki suami super sabar seperti Mas Sony. Ia dengan setia menemaniku tanpa lelah, saat diri ini merasakan kontraksi yang luar biasa sakitnya hampir semalaman. Mas Sony selalu ada di sampingku, memberikan semangat, dukungan, dan juga menguatkan aku.Rasa mulas di perut dan rasa nyeri dibagian intim sungguh luar biasa nikmatnya. Bahkan aku tak bisa berkata-kata, hanya tangis yang mewakili rasa sakit yang aku rasakan sebelum akhirnya mela
Read more

Bab 145 b

Dan hari yang kami tunggu-tunggu pun tiba. Hari ini, acara syukuran kelahiran Adam dan Aisyah akan segera dimulai. Kami mengundang banyak tamu, mulai dari kerabat, teman dan juga karyawan-karyawan di perusahaan Mas Sony yang sudah kami anggap sebagai saudara.Sedari pagi, seisi rumah ini sedang sibuk mempersiapkan acara syukuran ini, yang akan di buka dengan acara pengajian yang dipimpin oleh Pak Ustadz yang sengaja kami undang. Ayah dan Kak Keyla juga Mas Bayu sudah hadir sedari pagi untuk ikut membantu mempersiapkan acara ini."Selamat ya, Nay, ya ampyuuuun gemes banget deh. Anak Lo cakep-cakep kayak emak bapaknya," ucap Siska, yang datang bersama Aska dan anak mereka. Siska sedang memandang kedua bayiku yang aku tidurkan di dalam box bayi."Terima kasih ya, Sis. Alhamdulillah, gue seneng Lo bisa datang," kataku."Iya dong, pasti gue dateng lah. Lo kayak gak tau gue aja. Gue kan temen yang paling setia. Dari empat bulanan, sampai tujuh bulanan, dan bahkan Lo lahiran pun gue hadir. K
Read more

Bab 146 a

POV AuthorSuasana kantor milik Sony terdengar riuh dijam istirahat. Para karyawan sedang sibuk membahas tentang undangan acara syukuran kelahiran anak dari boss mereka. Siapa lagi kalau bukan Sony? Karena semua karyawan di perusahaan itu diundang tanpa terkecuali, seperti perayaan pesta pernikahan Sony dan Naya waktu itu.Kenzie sendiri hanya berdiri mematung, saat melihat undangan acara syukuran kelahiran bayi Sony dan juga Naya untuk dirinya. Semua karyawan terlihat bahagia karena mendapat undangan dari boss mereka. Tapi tidak dengan Kenzie. Ia merasa sedih, karena benar ternyata Naya telah memiliki anak dari Sony. Bahkan, anak mereka kembar.Kenzie sedih bukan karena kebahagiaan Naya, tapi, ia sedih karena kenyataan bahwa dirinya mandul seolah benar adanya. Ingin periksa pun, Kenzie takut."Ken, besok mau datang ke acara syukuran kelahiran anak Pak Sony gak? Kalau datang, kita berangkat bareng-bareng saja dengan teman-teman bagian cleaning servis. Seperti waktu itu, pas kita datan
Read more

Bab 147 b

"Bagaimana keadaan Anggun, Pa?" tanya Kenzie pada Pak Abu."Seperti yang kamu lihat, Anggun masih banyak diam. Tapi sekarang sudah lebih baik, kadang mau bicara meskipun cuma sepatah dua patah kata. Itu saja sudah membuat kami senang. Setidaknya, sudah ada sedikit perubahan," jawab Pak Abu."Iya, Pa. Semoga Anggun segera pulih dan kembali sehat," ucap Kenzie tulus.Semua yang ada di ruangan pun, mengaminkan ucapan Kenzie.Melihat keadaan Anggun, Kenzie benar-benar merasa iba. Ia tak hanya kasihan pada Anggun, tapi juga pada kedua anaknya. Sudahlah tak ada Ayah yang menyayangi mereka, kini ibunya pun jiwanya sedang berkelana. Raganya ada, tapi jiwanya entah kemana."Oh, ya, Ken. Hari ini kan, ada acara syukuran di rumah Bu Maysaroh. Apa kamu gak di undang?" tanya Bu Hanin."Iya, Ma, kami diundang kok. Rencananya, habis pulang dari sini, kami mau mampir kesana," jawab Kenzie."Baguslah. Kami juga sebenarnya diundang juga, tapi, kami gak bisa hadir. Kamu tahukan kondisi Anggun, kami gak
Read more

Bab 148 a Season 2

POV NayaSatu tahun kemudian ....Adam dan Aisyah kini sudah berusia satu tahun dan sedang bertumbuh kembang, dan sedang aktif-aktifnya. Aku sedikit kerepotan karena mengurus anak kembar bukanlah pekerjaan yang mudah. Meskipun sudah dibantu Ibu dan juga baby sitter yang membantuku, tapi tetap saja terasa lelah.Dan lebih parahnya, berat badanku semakin hari semakin bertambah. Bahkan kini sudah mencapai diangka 70 kg. Angka yang cukup tinggi bukan? Karena dulu, berat badanku hanya sekitar 55 kg saja, sesuai dengan bentuk tubuhku dengan tinggi 165 cm. Dengan berat badan yang cukup gemuk seperti ini, sedikit menyulitkanku untuk bergerak bebas. Hampir semua baju yang aku miliki pun sudah tak ada yang muat Lagi.Berat badanku yang naik cukup drastis ini, karena porsi makan ku yang cukup banyak dan tak terkontrol. Mungkin karena efek aku memberikan asi eksklusif untuk kedua bayi kembarku. Setelah selesai menyusui kedua bayi kembarku, aku selalu merasa lapar. Begitupun seterusnya, hingga tak
Read more

Bab 149 b season 2

"Kamu mau kemana, Mas?" tanyaku pada Mas Sony."Mau kerja lah, Nay. Memang kenapa? Pertanyaan kamu aneh banget?""Hmm ... gak papa, Mas. Aku kan cuma bertanya," kataku."Kamu lagi dapet ya? Kok bawaannya manyun ... aja. Bikin gemes, untung udah siang. Kalau malam, awas aja, gak aku beri ampun," ucap Mas Sony yang seketika membuat wajahku memerah karena malu."Apaan sih, Mas.""Ya kamu, pagi-pagi udah mancing-mancing aja.""Mancing apaan? Kamu aja yang mikirnya aneh-aneh, Mas.""Iya, iya. Oh ya, Nay, besok aku mau ke luar kota. Aku mau memantau kantor cabang di sana. sekaligus rapat dengan para dewan direksi juga," jelas Mas Sony."Aku ikut, Mas," kataku."Hah! Kamu yakin, Nay? Tumben banget mau ikut aku ke luar kota?""Memang kenapa, Mas? Gak boleh?""Boleh sih, Nay. Aku ngerasa aneh aja, tiba-tiba kamu mau ikut ke luar kota. Biasanya juga gak pernah," jawab Mas Sony."Aku bosan di rumah terus, Mas. Aku juga pengen jalan-jalan sekalian liburan," kataku."Tapi aku kan di sana niatnya
Read more

Bab 150 a season 2

"Maaf, Mas, aku lupa," jawabku sambil tertunduk malu. Entah bagaimana bentuk wajahku saat ini, pastilah sudah berwarna merah seperti kepiting rebus. Untuk menatap wajah Mas Sony saja aku tak sanggup, mau ditaruh dimana muka ini?"Kamu lucu banget sih, Nay. Aku tahu kamu jadi posesif begini karena keseringan nonton film yang lagi viral itu kan?" tanya Mas Sony sambil mengacak rambutku pelan. Setelahnya, ia memegang kedua pipiku dan mencium keningku lembut."Kok kamu tahu, Mas?" tanyaku bingung. Karena selama ini, aku sering menonton film itu saat Mas Sony sedang tak berada di rumah, alias bekerja."Tahu dong, karena bukan cuma aku suami yang jadi korban film itu. Seisi kantor terutama para pria lagi pada dilema karena efek film itu, mereka semua jadi dicurigai istrinya masing-masing. Seperti itu sih, curhatan para karyawan aku. Aku pikir, kamu gak ikut-ikutan, tapi ternyata sama aja," jawab Mas Sony terkekeh.Aku semakin menunduk malu dan tersenyum. Aku merutuki kebodohanku yang terlal
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
20
DMCA.com Protection Status