"Nay, maaf ya. Aku tadi gak sadar bawa motornya terlalu ngebut," ujar Mas Sony sambil memegang tanganku lembut. Posisi kami saat ini masih duduk di atas motor. Tak lama, ia mencium punggung tanganku. Ada raut wajah sesal di wajah Mas Sony. Sebenarnya, aku mau marah. Apalagi mengingat kondisiku yang sedang hamil saat ini. Seolah-olah, Mas Sony abai pada keselamatan diriku. Tapi melihat raut wajah sesalnya, aku jadi tak tega juga."Iya, Mas, aku gak papa. Tapi jangan diulangi lagi ya, Mas? Aku takut, apalagi sekarang aku lagi hamil," kataku."Iya, Nay, aku janji gak akan gitu lagi. Tadi aku cuma syok aja. Malas ketemu orang itu," jelas Mas Sony. Orang itu yang dimaksud Mas Sony, siapa lagi kalau bukan Anggun. Jangankan Mas Sony, aku sendiri saja sangat terkejut tadi."Aku juga tadi sempat kaget, Mas. Gak nyangka kita bisa ketemu dia di jalan tadi," kataku."Entahlah, Nay. Tadi itu seperti sebuah kebetulan, yang tak diharapkan," kata Mas Sony sedikit terkekeh."Namanya juga takdir, Mas.
Baca selengkapnya