Semua Bab Acara Syukuran di Rumah Mertua: Bab 121 - Bab 130

197 Bab

Bab 121 b

"Son, Nay, kalian yakin mau ke dokter kandungan naik motor?" tanya Ibu dengan raut wajah khawatir."Iya, Bu. Naya yang minta," kata Mas Sony melirik ke arahku."Kamu kan lagi hamil muda, Nay. Apa gak sebaiknya kalian naik mobil saja," ujar Ibu."Naya gak mau, Bu. Naya mual kalau naik mobil. Lagi pula, ini keinginan Dedek bayi dalam perut Naya," jawab Mas Sony cepat sebelum aku berbicara."Ternyata bawaan ngidam toh. Terus kalian mau naik motor siapa? Kamu kan gak punya motor, Son?""Nanti aku pinjem motor Pak Ujang aja, Bu," jawab Mas Sony. Pak Ujang adalah security yang bertugas di rumah ini."Ya sudah, kalau gitu kalian hati-hati di jalan ya? Jagain Naya baik-baik, Son. Gak usah ngebut-ngebut bawa motornya," nasehat Ibu."Mama sama Papa mau naik motor? Zahra ikut ya, Pa?" tanya Zahra dengan wajah memelas."Gak bisa sayang ... Papa aja masih mau belajar dulu ini. Nanti kalau Papa sama Mama udah pulang, nanti Papa ajak Zahra naik motor keliling komplek deh. Gimana?""Ya udah deh, Pa.
Baca selengkapnya

Bab 122 a

"Selamat ya, Nay. Gue seneng ... banget, akhirnya Lo bisa hamil juga," ucap Siska tulus yang masih memeluk tubuhku."Terima kasih, Sis. Gue juga gak nyangka, setelah sekian lama, akhirnya gue bisa hamil," kataku."Gue jadi penasaran, Nay," kata Siska sambil melerai pelukannya."Penasaran kenapa?" tanyaku."Hmm ... ada lah. Gak enak ngomong depan Babang Sony sama Babang Aska," bisik Siska sambil terkekeh kecil."Kenapa?" tanyaku sambil menaikkan sebelah alisku."Udah, entar aja gue kasih tau," jawab Siska.Setelah beberapa menit berbincang dengan Siska dan juga Aska, giliran aku dan Mas Sony di panggil untuk masuk ke dalam ruangan dokter. Aku dan Mas Sony segera bergegas masuk ke dalam ruangan dokter. Rasanya, aku sudah tak sabar, ingin tahu bagaimana perkembangan janin dalam kandunganku.Setelah berbasa-basi sebentar, seorang dokter wanita bernama Elsa itu menyuruhku untuk berbaring di atas ranjang pasien. Setelah mengecek tensi darah ku, barulah dokter Elsa memeriksa janin dalam peru
Baca selengkapnya

Bab 123 b

"Nay, kamu gak papa-papa kan?" tanya Mas Sony dengan wajah cemas.Aku yang masih sangat syok hanya bisa mengangguk. Jantungku saja masih berdebar-debar tak karuan."Mas, kenapa kamu ngerem mendadak sih?" tanyaku setelah sedikit tenang, sambil membenarkan posisi dudukku di atas motor."Wanita itu, Nay. Dia nyebrang sembarangan. Hampir aja, aku nabrak dia," jawab Mas Sony sambil menunjuk ke bawah."Tapi kamu gak nabrak dia kan, Mas?" tanyaku khawatir."Alhamdulillah, enggak, Nay," jawab Mas Sony.Aku langsung melihat ke arah yang mas Sony tunjukkan. Ternyata, ada seorang wanita yang sedang terduduk di bawah aspal dengan posisi menunduk. Rambut panjangnya yang tergerai kebawah menutupi bagian wajahnya."Ayo, Mas, kita lihat. Takut dia kenapa-kenapa," kataku sambil berusaha turun dari motor.Mas Sony segera menyandarkan motornya, setelah aku turun dari motor. Kami berdua menghampiri wanita yang masih terduduk di aspal itu. Untungnya, saat ini posisi jalanan agak sepi. Kalau ramai, pastila
Baca selengkapnya

Bab 124 a

"Nay, maaf ya. Aku tadi gak sadar bawa motornya terlalu ngebut," ujar Mas Sony sambil memegang tanganku lembut. Posisi kami saat ini masih duduk di atas motor. Tak lama, ia mencium punggung tanganku. Ada raut wajah sesal di wajah Mas Sony. Sebenarnya, aku mau marah. Apalagi mengingat kondisiku yang sedang hamil saat ini. Seolah-olah, Mas Sony abai pada keselamatan diriku. Tapi melihat raut wajah sesalnya, aku jadi tak tega juga."Iya, Mas, aku gak papa. Tapi jangan diulangi lagi ya, Mas? Aku takut, apalagi sekarang aku lagi hamil," kataku."Iya, Nay, aku janji gak akan gitu lagi. Tadi aku cuma syok aja. Malas ketemu orang itu," jelas Mas Sony. Orang itu yang dimaksud Mas Sony, siapa lagi kalau bukan Anggun. Jangankan Mas Sony, aku sendiri saja sangat terkejut tadi."Aku juga tadi sempat kaget, Mas. Gak nyangka kita bisa ketemu dia di jalan tadi," kataku."Entahlah, Nay. Tadi itu seperti sebuah kebetulan, yang tak diharapkan," kata Mas Sony sedikit terkekeh."Namanya juga takdir, Mas.
Baca selengkapnya

Bab 125 b

"Tuh bener kan? Kedatangan kalian kesini bikin Naya jadi mau makan nasi. Kamu pengen lauk apa, Nay? Biar aku bilang sama Mbak di dapur buat masakin," tanya Mas Sony padaku. Wajah Mas Sony terlihat senang dan antusias. Seolah sangat senang melihat istrinya ini akhirnya mau makan nasi."Hmm ... aku pengen banget makan pakai lauk ayam bakar sama sambel terasi mentah, Mas. Tapi ..." kataku tertahan. Mau bilang kok rasanya gak enak."Tapi apa?" tanya Mas Sony menaikan sebelah alisnya."Aku maunya kamu yang masak, Mas," ucapku pelan."Hah!" Mas Sony membelalakkan matanya lebar, seolah tak percaya dengan apa yang aku ucapkan barusan."Aku mana bisa masak, Nay?" ucap Mas Sony dengan wajah di buat memelas.Mendengar ucapan Mas Sony, seketika bibir ini melengkung ke bawah. Kesal rasanya, jika keinginan ini tak mau ia turuti. Saat Mas Sony menatapku, aku langsung memalingkan wajah. Entahlah, semenjak hamil, aku merasa sangat sensitif. Sebentar-sebentar rasanya ingin marah. Meskipun aku sudah ber
Baca selengkapnya

Bab 126 a

POV Anggun🍁"A ... Anggun, aku ... aku benar-benar gak tahu kalau saat itu kamu sedang hamil anakku. Kenapa kamu gak bilang padaku, kenapa?" tanya Mas Jody meninggikan suaranya. Tiba-tiba, air mata jatuh dari sudut matanya.Ada kesedihan yang terlihat jelas di wajah Mas Jody. Seandainya dulu ia tahu bahwa aku sedang mengandung anaknya, apakah ia akan tetap pergi meninggalkan aku?"Kalau kamu tahu, terus kamu mau apa, Mas? Bukankah niatmu mendekati aku hanya untuk mendapatkan harta aku? Hah!" teriakku.Enak sekali Mas Jody berbicara begitu. Seolah-olah ia masih peduli pada anaknya yang hingga kini tak pernah sekalipun ia temui."Enggak, aku gak sejahat itu. Aku akui, aku memang salah. Tapi, aku gak mungkin ninggalin kamu gitu aja, kalau aku tahu kamu hamil," lirih Mas Jody."Bullshitt ... bualan macam apa itu? Kamu sama Rista itu sama, Mas, sama-sama pengkhianat!" teriakku.Kesal, marah, kecewa dan juga sakit. Itu adalah gambaran kondisi hatiku saat ini. Aku tahu, aku pun tak sempurn
Baca selengkapnya

Bab 127 b

"Anggun!" Mas Jody menarik sebelah tanganku. Aku pikir ia tak mengejarku, ternyata salah."Lepas, Mas!" teriakku berontak."Anggun, izinkan aku untuk menemui anak aku. Aku mohon, kasih aku kesempatan sekali aja," kata Mas Jody dengan wajah memelas.Aku tak tahu ia jujur atau bersandiwara. Karena dulu ia yang aku anggap tulus pun, ternyata hanya buaya."Gak! Kamu gak ada hak buat nemuin anak aku. Kamu pikir, kamu siapa, Mas? Selama inipun kamu gak pernah peduli kan?""Itu karena aku gak tau. Kalau aku tahu dari awal kamu mengandung, aku gak akan ninggalin kamu," kata Mas Jody seolah meyakinkan aku.Mas Jody masih memegang sebelah tanganku dengan erat. Semakin aku berusaha untuk melepaskan tangannya, tapi semakin kuat ia mencengkram tanganku. Saat ini, kami sudah berada di depan gerbang kost-kostan.Untung saja, suasana kost-kostan ini lumayan sepi. Kalau tidak, pastilah saat ini kami sudah menjadi pusat perhatian. Tak lama, Rista muncul dari balik pintu kostan, ia berjalan seperti ingi
Baca selengkapnya

Bab 128 a

Aku masih berdiri mematung, meskipun Mas Sony dan juga Naya sudah tak terlihat lagi dari pandangan mataku. Ada rasa sesal yang begitu dalam di hatiku. Andai saja, aku tak melakukan kesalahan fatal, pastilah aku yang saat ini masih bersama Mas Sony, bukan Naya. Betapa beruntungnya Naya, bisa mendapatkan hati mantan suamiku itu.Setiap orang yang lewat di jalan memperhatikan diriku yang terlihat sangat kacau ini. Mereka memandangku dengan tatapan iba. Karena memang saat ini, aku pantas dikasihani.Aku merasa hidup ini terlalu kejam untukku. Meskipun memang ini semua karena kesalahan ku. Tapi, tak adakah sedikit kebahagiaan untukku? Andai saja, Mas Sony bisa memaafkan aku. Pastilah hidupku tak akan berantakan seperti ini.Tapi, semua sudah terlambat. Jika diibaratkan, nasi sudah menjadi bubur, tak mungkin bisa lagi untuk mengulang semuanya. Apalagi melihat kilat mata Mas Sony yang terlihat begitu benci padaku, pastilah tak akan ada kesempatan kedua untukku. Jangankan kesempatan kedua, di
Baca selengkapnya

Bab 129 b

"Udah, gak usah bahas yang begituan. Kita makan yuk. Mama laper dari tadi nungguin kamu pulang. Chaca sama Clara dari tadi nungguin kamu loh, mereka gak mau makan katanya kalau gak bareng kamu," kata Mama yang sukses membuat hatiku terenyuh.Aku baru sadar, kedua anakku memang masih sangat butuh perhatian dariku. Sebagai seorang Ibu, aku terlalu egois karena hanya memikirkan perasaan ku sendiri. Aku membayangkan, bagaimana sedihnya hidup mereka tanpa adanya seorang Ibu yang menyayangi mereka.Sudahlah ayah mereka tak ada, bagaimana kalau aku tiba-tiba mati meninggalkan mereka? Aku tak bisa membayangkan itu terjadi. Tapi, bagaimana dengan penyakit yang aku derita? Apalagi kalau sampai aku mati."Mama ..." Chaca dan Clara langsung berhambur memeluk tubuhku dengan erat setelah keluar dari kamar. Sepertinya, mereka berdua baru selesai mandi. Terlihat dari rambut mereka berdua yang basah.Aku membalas pelukan kedua anakku dengan penuh sayang. Andai saja, Zahra ada disini, pastilah aku aka
Baca selengkapnya

Bab 130 a

POV Naya🌹"Wah, ini beneran kalian berdua yang masak?" tanyaku pada Mas Sony dan juga Aska.Mataku mengitari isi meja makan. Ada Ayam goreng, sambel terasi mentah, dan juga berbagai jenis lalapan sesuai dengan keinginanku. Semua terhidang dengan aroma yang menggugah selera. Perut ini pun semakin terasa lapar."Ya beneran lah, Mbak. Masa' bohongan," jawab Aska yang kini sudah duduk di salah satu kursi makan. Disusul Siska yang ikut duduk di samping suaminya itu."Maaf ya, Nay. Ini semua yang masak Aska, aku cuma bantu-bantu nyiapin bumbunya aja. Tapi kamu tenang aja, aku udah belajar tadi sama Aska. Seandainya kamu tiba-tiba pengen dimasakin lagi, aku udah tahu resep dan caranya kok," kata Mas Sony."Iya, Mas, gak papa kok. Yang penting kamu udah usaha, itu udah cukup buat aku," kataku tersenyum. Aku sangat menghargai usaha Mas Sony untuk menyenangkan hatiku. Ia mau berusaha saja, sudah cukup membuatku senang.Bagaimana tidak, Mas Sony yang seorang CEO mau berusaha memasak meskipun i
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status