Home / Sci-Fi / Rahasia sang Pewaris Kembar / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Rahasia sang Pewaris Kembar: Chapter 71 - Chapter 80

122 Chapters

Pikiran yang Kejam

Sesekali ia menahan sensasi tak nyaman pada pangkal dadanya agar tak menimbulkan gema riuh batuk. Perlahan dibawanya tubuh yang terasa berat itu agar langkah kakinya tak menimbulkan tatih derap. Sekalipun rasa nyeri masih bercokol dalam raga, desakan keingintahuannya jauh lebih besar untuk dapat teredam. Sebagaimana yang telah direncanakan, ia mengendap-endap meninggalkan ruang perawatan setelah semuanya terdengar hening dan senyap. Setelah menyusup ke sana ke mari menghindari siapapun yang tengah melintas bak aktor laga dalam film aksi, ia berhasil kembali menyusuri area steril. Setidaknya kali ini dapat dipastikan ia tidak menempuh arah yang salah lagi. Kini ia melangkah yakin menuju lorong yang dituju. Dipicingkannya mata mengatasi terangnya pencahayaan di sepanjang lorong. Ia harus bergegas sebelum kembali tercegat seperti yang sudah-sudah. Dirinya tak paham bagaimana Eddy selalu berhasil memergokinya setiap kali berada di area steril, padahal ia telah menepis pria itu sejauh mu
last updateLast Updated : 2023-04-21
Read more

Bertemu Abe

Gerbang tinggi bercat hitam mengkilap dengan sentuhan emas pada tiap ukiran mewahnya tersebut tampak membuka kala sedan yang ditumpanginya itu tiba. Semuanya masih tampak sama. Helaian kenangan pahit bertebaran ke dalam ingatan menguak rasa getir kalbunya. Ia menahan nafas. Sekalipun tidak tengah memejamkan mata, pandangannya seakan mampu melihat jelas sosoknya bersama Ann melintasi gerbang yang sama 12 tahun lalu dengan membawa serta segala luka dalam jiwa. Momok terbesar yang mengawali segala mimpi buruknya. Eddy menghentikan mobil beberapa meter dari pintu utama mansion. “Sebaiknya saya menunggu Anda di sini saja,” ujar sekretarisnya itu menoleh dari depan kemudi. Ia hening sesaat sebelum menuruni sedan yang ditumpanginya tersebut. Kelebatan ingatan masa lalu yang masih tiada henti mengusiknya seketika membuatnya bergidik resah. Langkahnya terasa berat dan patah-patah menuju pintu. Ah, Sial! Bahkan saat menghadapi maut saja aku tidak segugup ini! Umpatnya dalam batin.Pekik gus
last updateLast Updated : 2023-04-22
Read more

Diburu di Kandang Singa

Tuan Abraham mendelik padanya. Pria tua itu kemudian menyeringai setelah berhasil mengatasi kejutan yang diterima barusan. “Wah! Tak kuduga kini kamu piawai berpura-pura. Ternyata kamu tidak benar-benar kehilangan ingatan. Dan juga watakmu itu tak pernah berubah, William! Yang selalu kamu lakukan hanyalah membangkang!”Ia balas melontarkan delikan yang tak kalah sengit kepada Tuan Abraham. "Bagaimana mungkin aku bisa berubah dengan kehidupan sialan yang kujalani selama 12 tahun ini!? Kamu mengusirku namun di sisi lain, kamu selalu mengusikku!" sergahnya yang terdengar mirip raungan. Seolah sergahannya barusan memberi pukulan telak pada pria tua tersebut, Tuan Abraham tak melayangkan bantahan apapun kini. Sekalipun demikian, ia selalu memasang mata awas. Dilihatnya Tuan Abraham beringsut mendekat ke arah pintu. Sekalipun tengah mengadu emosi, ia dapat menebak niat pria tua itu untuk meninggalkan ruangan. Karena ia tahu betul karakter pria yang telah 28 tahun menjadi papanya itu. Se
last updateLast Updated : 2023-04-23
Read more

Hewan Kurban

Perlahan ia membuka pelupuk mata. Kemudian memicing lalu mengerjap. Dari kepala hingga ke ujung tumitnya ia merasakan rasa berdenyut seperti dipenuhi oleh memar. Sekujur tubuhnya terasa remuk redam. Bahkan untuk mengusap tengkuknya yang terasa sakit ia tak berkesempatan. Kedua tangannya terikat bagai sandera kini. Ia mengerang tertahan. Bekapan kain pada mulutnya membuat nafasnya terasa berat. Setidaknya ia masih memiliki kedua mata yang terbuka untuk mencari tahu mengetahui keberadaan dirinya. Oleh karena keremangan dalam ruangan, butuh beberapa saat baginya mengenali tempatnya berada itu. Ruang penyimpanan bawah tanah di mansion keluarga Anderson. Ia mengingsutkan diri seperti ulat. Diangkatnya tubuh dan bersandar pada tembok terdekat. Kain di depan mulutnya terasa mengembang kempis seiring nafasnya yang terengah-engah. Semakin dalam ia menarik udara bagi nafasnya, semakin dirinya terengah-engah. Ia melirik lalu melayangkan pandangan menyusuri ruangan yang dipenuhi dengan deretan
last updateLast Updated : 2023-04-24
Read more

Lawanlah Jika Diharuskan

Sekonyong-konyong ia terhenyak. Segera ditolaknya kebaikan wanita tua itu. Ia tak ingin Bu Anastasia terkena masalah karena ketahuan menyelamatkan bahkan membawanya kabur. Wanita itu hanya memiliki mansion ini sebagai tempat berteduh. Wanita yang amat menyayanginya tersebut akan aman dan baik-baik saja jika tak terlibat dengan masalahnya. Dibawanya diri menjauh dari pintu keluar, kemudian menatap lekat pada wajah yang dipenuhi guratan usia itu. "Aku tak ingin menyusahkanmu. Pergilah dan bersikaplah seolah tak melihatku disini," ujarnya pada Bu Anastasia. Alih-alih menuruti, wanita tua itu menggeleng. "Aku tak mengerti mengapa tuan selalu memperlakukanmu dengan sangat berbeda sejak dulu ...." Lagi-lagi terdengar keluhan gusar dari Bu Anastasia. Bersama gelak getir, ia membuang tatapannya sejenak. “Kurasa tak perlu membahasnya ....” gumamnya dalam keterjedaan asa. Kemudian dengan sunggingan senyum tipis, dikembalikannya tatapan ke arah wanita itu. "... setidaknya kamu selalu member
last updateLast Updated : 2023-04-26
Read more

Lari dari Kandang Singa

Sekujur tubuhnya terasa berdenyut perih serasa baru saja tergerus. Buru-buru ia menata ritme nafas dengan mengembalikan oksigen ke dalam ruang nafasnya secepat mungkin. Dengan masih menyamarkan diri pada celah antara tembok dan van putih, ia memutar otak menanti ide selanjutnya datang menghampiri. Cahaya alam kian meredup seiring mentari yang perlahan membenamkan diri ke peraduan membuat jarak pandangnya turut terbatas. Kini ia lebih mengandalkan telinganya untuk membaca keadaan sekitar. Para penjaga berkaki empat telah dilepas bebas ke halaman depan demi memberi penjagaan tambahan. Dan, ia sadar benar waktunya untuk mengandalkan tempat persembunyiannya saat ini tidak akan berlangsung lama. Para penjaga kekar berbulu hitam mengkilap itu pasti dengan cepat akan menemukannya lewat penciuman tajam mereka, terlebih-lebih jika diinstruksikan. Dirinya juga sadar kemungkinan untuk mengendap-endap melintasi halaman depan mansion yang luas itu tanpa ketahuan adalah hal yang nyaris mustahil. H
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more

Samarkan Dirimu!

”Pertanyaanmu barusan membuatku benar-benar yakin kamu telah mendapat ingatanmu kembali, William ....”Sontak ia tertegun kelu. Sial! Mengapa mulut ini tiada henti membeberkan rahasiaku yang harusnya kusimpan rapat-rapat? rutuknya pada diri sendiri. "Wilbert tidak ada di dalam situ. Ia dalam perawatan di rumah sakit." Terdengar sang dokter memberi jawaban yang dinantikannya setelah beberapa saat berselang. "Lantas mengapa semua orang menyadari aku bukanlah Wilbert? Tak biasanya mereka bisa dengan cepat mengenaliku ...."Dokter yang tengah melepaskan pakaian dinasnya tersebut lagi-lagi tergelak –kali ini gelak itu terdengar sinis. "Tentu saja mereka mengetahuinya dengan sangat jelas. Dibandingkan dirimu yang sehat bugar, Wilbert untuk bangkit bangun pun ia tak mampu!"Tuturan lantang dari Dokter Monger itu membuatnya terkesiap. Dengan membelalak tak percaya, didekatkannya wajah ke samping pria tua tersebut. “Apakah maksudmu, Wilbert akan segera meninggal?" gumamnya dengan tatapan
last updateLast Updated : 2023-04-28
Read more

Lagi-lagi Lengah

Oleh mimpi buruk yang berulang, lagi-lagi ia tersentak bangun dari lelap. Sembari melempar pandangan menyisir sekeliling, buru-buru diatasinya nafasnya yang memburu. Bangku-bangku penumpang yang kosong membuatnya menolehkan mata ke luar jendela. Bus yang ditumpanginya itu tengah berhenti di tempat peristirahatan. Mentari juga telah kembali menerangi permukaan bumi. Erangan bergemuruh dari dalam perut seketika mengingatkannya akan rasa lapar yang sempat tertunda. Tanpa berkeinginan menunda lebih lama lagi, langkahnya segera menghambur keluar bus menuju ke minimarket 24 jam yang ada di sekitar tempat itu. Lorong yang memajang minuman menjadi tujuan pertamanya kala memasuki ruangan dengan etalase dimana-mana itu. Ia mencari sebotol espresso siap saji sebagai salah satu nutrisi pagi harinya. Setelahnya, baru disusurinya rak bagian pangan siap santap untuk menemukan makanan padat sarapannya. Seorang anak laki-laki yang berdiri di ujung lorong dekat lemari pendingin menarik perhatiannya.
last updateLast Updated : 2023-04-29
Read more

Keluarga Idaman

Perutnya yang meraung kembali menyadarkannya pada kebutuhan terhakiki dirinya saat ini. Ia memutuskan untuk kembali memikirkan jalan keluarnya setelah mengisi sang perut. Ditepuknya pundak Tuan Smith dan memaksakan diri untuk tergelak sekalipun terdengar mirip tersedak. “Tidak masalah, Mike. Lagipula aku tidak sedang terburu-buru.” Didudukkannya diri ke belakang pick-up milik Tuan Smith dan makan dengan lahap begitu berhasil membuka bungkusan roti lapis yang sempat diletakkannya di tempat itu saat membantu pria tua tersebut tadi. “Bisa berikan padaku tiketnya? Aku bisa membantumu mengejar bus itu,” ujar Tuan Smith tak berputus asa. Sepertinya kalimat ‘tidak masalah’-nya barusan tidak mampu mengusir perasaan bersalah yang menghinggapi batin pria tua tersebut. Dan entah mengapa kepanikan yang sempat menghampirinya tadi, kini telah menular pada pria tua itu. Kali ini ia menyunggingkan senyuman yang tampak lebih baik ke arah Tuan Smith. Namun dikarenakan terlalu sibuk menyelesaikan
last updateLast Updated : 2023-04-30
Read more

Pelarian dari Luka

Suara denting peralatan makan menyentuh piring mewarnai makan siang keluarga Smith. Lagi-lagi Tuan Smith membuka pembicaraan, menyibak keheningan dari atas meja makan. Pria tua itu mengarahkan tatapan pada gadis yang duduk di seberang kiri meja sesaat sebelum menggesernya kepada Jack. "Sam, Jack. Mulai hari ini Tuan Ethan Neil akan jadi anggota keluarga kita. Kalian berteman baik-lah dengannya ...."Terdengar Jack serta merta memekik girang oleh pengumuman Tuan Smith barusan. "Samantha Smith. Selamat bergabung, Tuan Neil," ujar gadis yang duduk tepat berseberangan meja dengannya tersebut sembari menyodorkan tangan. Sambutan-sambutan sarat kehangatan sebuah keluarga yang belum pernah diterimanya itu sontak menggelitik relung batinnya. Kendati demikian, ia tak lantas membiarkan diri terjeda tanpa tanggapan. Disambutnya seluruh sambutan tersebut dalam sekali pandang bersama seulas senyum. "Terima kasih semuanya ....""Jack dan Sam mengisi liburan mereka dengan membantu kami mengurus p
last updateLast Updated : 2023-05-01
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status