Share

Pelarian dari Luka

last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-01 22:30:33

Suara denting peralatan makan menyentuh piring mewarnai makan siang keluarga Smith. Lagi-lagi Tuan Smith membuka pembicaraan, menyibak keheningan dari atas meja makan. Pria tua itu mengarahkan tatapan pada gadis yang duduk di seberang kiri meja sesaat sebelum menggesernya kepada Jack.

"Sam, Jack. Mulai hari ini Tuan Ethan Neil akan jadi anggota keluarga kita. Kalian berteman baik-lah dengannya ...."

Terdengar Jack serta merta memekik girang oleh pengumuman Tuan Smith barusan. "Samantha Smith. Selamat bergabung, Tuan Neil," ujar gadis yang duduk tepat berseberangan meja dengannya tersebut sembari menyodorkan tangan.

Sambutan-sambutan sarat kehangatan sebuah keluarga yang belum pernah diterimanya itu sontak menggelitik relung batinnya. Kendati demikian, ia tak lantas membiarkan diri terjeda tanpa tanggapan. Disambutnya seluruh sambutan tersebut dalam sekali pandang bersama seulas senyum.

"Terima kasih semuanya ...."

"Jack dan Sam mengisi liburan mereka dengan membantu kami mengurus p
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Panggil Aku Ethan

    PLAKK!!!Sebuah tamparan mendarat di atas pipi kecilnya. Tubuh kecilnya terhuyung beberapa langkah ke belakang. Ia membalas tatapan menghujam dari sosok yang berdiri di hadapannya itu. "Aku mengajak Wilbert bermain karena dia yang memintaku!" Pria tersebut sontak kian mengencangkan wajah dengan tangan terkepal di depan dada. "Masih berani berkelit kamu! Karena ulahmu, Wilbert kini terbaring sakit!" "Aku mengatakan yang sebenarnya!" geramnya tak mau mengalah. Pria itu pun berseru berang. Sosok yang harus dipanggilnya 'Papa' tersebut tampak mulai mengurai balutan tali pinggang dan mempersiapkan benda itu dalam remasan tangan. "Kamu seharusnya turut duduk belajar seperti dia! Bukan malah mempengaruhinya untuk bermain seperti anak-anak liar di luar sana!" "Aku punya waktuku sendiri untuk belajar, tapi yang pasti tidak sepanjang hari!"Sebuah libasan telak mendarat pada lengannya yang serta merta membuat dirinya terkesiap."Teruslah membantahku!" jerit pria tersebut padanya dengan mat

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-02
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Mencari Sam

    Sore itu, ia melihat anak laki-laki dengan sepatu boots cokelat itu menghampirinya. "Hai, Jack," sapanya singkat kala anak tersebut telah sangat dekat. "Mengapa kamu tak juga menceritakan pada Grandpa?""Soal?" ia melirik sekilas ke arah Jack yang melompat ke atas pagar pembatas lahan dan duduk di atasnya. "...kalau aku hampir mencuri semua camilan-camilan itu." Ia tertegun, menjedakan kesibukannya sejenak, lalu menatap hening ke arah anak laki-laki itu beberapa saat. Masih belum menuturkan tanggapan apapun, ia melanjutkan pekerjaannya memanen kubis-kubis kembali. "Menurutmu, apakah bijaksana untuk menceritakan hal buruk yang bahkan belum terjadi pada Mike?"Jack beringsut dan melompat turun dari tempatnya duduk. Anak tersebut menghampiri sisinya hingga nyaris tak berjarak. "Mengapa?" tanya anak itu lagi.Ia tersenyum pada Jack di sela pekerjaannya. Dikedipkannya mata ke arah anak tersebut. "Agar kamu memiliki kesempatan untuk memperbaiki sikap yang tidak baik itu."Jack terhen

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-03
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Ayo Kembali

    "Samantha?" ujarnya lirih tertahan ke arah sosok tersebut. Sontak sosok itu tersentak dan memicing silau mengatasi sorotan cahaya senter. "Bagaimana kamu tahu aku ada di sini!?" sergah Samantha mengernyit gusar. Menyadari gadis itu tak nyaman, ia pun segera menggeser arah sorotan benda penerangannya tersebut. Dengan langkah hati-hati, dihampirinya gadis itu. "Sam, ini sudah gelap juga dingin. Mengapa kita tidak balik saja ke rumah dan membicarakan masalahmu di sana?""Sebaiknya kamu saja yang balik, Ethan. Aku masih ingin sendiri di sini," ujar Samantha sengau yang terdengar tengah berusaha menyembunyikan isak. Sekonyong-konyong ia menangkap keresahan mendalam dalam diri Samantha. Keresahan yang mendorong gadis itu nekad menyeberangi pagar pembatas demi menemukan tempat untuk menyendiri. Diberanikan diri untuk duduk di samping Samantha. Lalu sesaat hanya hening tanpa kata. Benaknya mulai berputar mencari kalimat pembuka pembicaraan di antara mereka. Dan, seketika menemukan awalan

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-04
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Penjaja Hotdog

    Ia mulai menyeruput kopi panas yang dengan cepat menjadi suam itu. Dalam keterdiamannya, dirinya memutuskan. Ada baiknya ia segera membiasakan hidup dengan penyamarannya ini. Sekalipun dibayangi oleh rasa sungkan karena menutupi kebenaran diri dari Tuan dan Nyonya Smith. Ia juga tak memungkiri tengah memanfaatkan kebaikan hati mereka demi mendapatkan tempat berteduh dan bersembunyi. "Terima kasih. Juga maaf soal kejadian tadi ...."Suara yang terdengar dari arah belakang itu sontak mengejutkannya. Ia terkesiap menahan nafas serta segera menoleh. Samantha tampak mengulas sebuah senyuman kikuk padanya. Sembari melemparkan tatapan yang meminta izin, gadis itu duduk hati-hati di sampingnya. "Aku sungguh menyesal telah mengucapkan kata-kata yang menyakitkan tadi padamu, Ethan. Padahal itu bukan salahmu." Ia hanya tersenyum kilas menanggapi ucapan Samantha. "Tidak apa-apa," ujarnya singkat dengan suara berdesir. Gadis tersebut meredupkan pandangannya dan tertunduk. "Aku tahu kamu pun

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-05
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Berhati-hatilah Denganku

    "Ann?" ditatapnya sosok itu demi sebuah penjelasan. Wanita tersebut membalasnya dengan tatapan lekat bersama seulas senyum. "Apakah kamu tahu? Aku bahagia karena mengetahui hal yang kurang membahagiakanmu. Bukankah itu jahat?" Ia mendelik tak paham. Serta merta dipasangnya mata yang lagi-lagi meminta penjelasan. Dan, Ann menangkap permintaannya itu. Wanita tersebut mencondongkan tubuh ke arahnya dan kemudian membisikkan sebuah kalimat yang seketika membuatnya tercengang. "Bukan dirimu yang dilahirkan oleh Mama, Will ...."Dengan pupil yang mendadak melebar, ia terkesiap oleh kalimat itu. "Apa maksud ...." Ditolehkannya pandangan segera. Namun, sosok yang bertanggung jawab atas kebingungannya itu telah lenyap bagai tertiup angin. Alih-alih memikirkan pertanyaan yang sempat hinggap di benaknya tersebut, kini ia gelagapan mencari keberadaan sang kekasih. Matanya sibuk menyusuri seluruh ruangan bersama kepanikan yang menerpa. "Ann? Di mana dirimu? Ann! Kembalilah!" pekiknya dengan lu

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-06
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Thanksgiving yang Gagal

    "Ethan!" panggil Jack yang tampak tengah berlari ke arahnya. Dengan nafas yang tersengal, anak itu berhenti di dekatnya. Seakan merupakan kegemaran anak tersebut, Jack terlihat mendudukkan diri ke atas tumpukan peti kayu di dinding kandang. "Grandma berpesan agar kamu menyudahi pekerjaan dan segera bergabung untuk makan malam Thanksgiving bersama."Ia mengangguk bersama senyuman yang tersungging di sudut wajah. Menuruti pesan yang baru saja diterimanya dari sang kurir cilik itu, buru-buru dirapikannya tatanan pada tumpukan-tumpukan jerami ke sisi kanan kandang sapi lalu membenahi peralatannya. Ketika berhasil menyelesaikan sisa pekerjaan dalam waktu singkat, ia meraih jaketnya dari belakang pintu dan mengenakannya. Kemudian melempar pandangan ke arah Jack. "Ayo ...."Serta merta ajakan satu katanya tersebut membuat Jack melompat turun dari atas peti kayu tempat anak itu duduk menanti. Jack berlari kecil mengejar langkahnya. "Sam terlihat murung dari kemarin. Apakah terjadi sesuatu sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-08
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Penyesalan dan Pintu Hati yang Tertutup

    Ia duduk di depan kemudi. Menarik nafas dalam. Mencoba menenangkan keresahannya, menghalau pergi kekalutannya. Kini ia harus menghadapi ketakutannya yang lain. Berulang kali ia mengulangi kalimat afirmatif demi menguasai trauma dalam diri. Aku bisa. Tidak akan ada masalah jika aku menyetir dengan hati-hati. Aku sudah lebih baik. Aku tidak akan kalah dari rasa gamang itu. Dengan peluh yang membanjiri sudut-sudut wajah dan tangan yang terasa gemetar kelu, ia mulai menyalakan mesin mobil pick up tua tersebut. Bersama deru riuh sang mobil renta yang terdengar memecah keheningan malam, ia membawa dirinya menjauh dari lahan pertanian Tuan Smith. Tak memusingkan dengan laju kemudi yang terbilang lambat melintasi jalanan sepi berbatu itu. Ia masih tetap menuruti keinginan untuk terus menjauh. Meski harus terus menepis kelebatan bayangan kecelakaannya bersama Ann yang merongrong di dalam benak, ia masih tetap yakin dengan keputusannya. Ketika rasa gentar yang mendera diri kian membebaninya,

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Akal Sehat yang Luntur

    Malam belum terlalu larut. Hatinya masih enggan untuk kembali ke perkebunan Tuan Smith. Dalam hening, disandarkannya kepala ke belakang jok kemudi dan menatap ke luar lewat jendela pick up. Seolah setiap nafasnya sarat akan keingintahuan, pertanyaan demi pertanyaan tiada henti terus bergelut dalam batinnya. Meski tahu benar dirinya tak mampu menemukan jawaban dari dalam benaknya sendiri, tetap saja tak menghentikan pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk berkeliaran saling membahas. Apakah maksud dari perkataan Ann menyiratkan bahwa aku bukan merupakan anak kandung keluarga Anderson? Jika aku merupakan anak adopsi, bagaimana dengan Wilbert? Apakah itu berarti kami berdua sama? Apa pula yang dimaksud dengan 'dipanen' dalam ucapan Dokter Monger? Mengapa dari semua ucapan mereka seolah merujuk pada 'sesuatu'? Ditelisiknya tubuh sendiri untuk beberapa saat. Masa sih aku bukanlah seorang manusia? Menyadari telah terhanyut kian tak tentu arah bersama aliran pikirannya, ia menghela nafas gusar

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10

Bab terbaru

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Aku adalah Wilbert?

    "Hah?" Ia mendelik semakin tak paham dengan ucapan Dave. "Apa maksudmu?" Alih-alih segera menyahut, sosok yang duduk di depan kemudi itu tampak berkonsentrasi penuh ke depan. Entah dikarenakan tidak memiliki cukup kesabaran atau alasan lainnya, Dave bersikeras mencari jalan alternatif untuk menghindari kemacetan yang tengah menghadang. Sementara menanti penjelasan dari Dave, kian banyak praduga yang bermunculan di benaknya. Turut dilayangkannya lirikan pada kaca tengah lalu spion untuk memeriksa keadaan sekitar. Setidaknya itu yang dapat dilakukannya saat ini demi mengatasi rasa gusar. Sejauh telisiknya, ia tidak menemukan tanda-tanda adanya penguntit. Apakah kini diriku boleh merasa tenang? Apakah kehadiran Dave mampu menjanjikanku keamanan? "Bahkan anak kembar sekalipun tidak memiliki sidik jari yang sama. Tidakkah kamu bertanya apa sebabnya kamu dapat dengan mudah melewati setiap sistem pengaman bersidik jari milik Wilbert? Tidakkah kamu memikirkan jawabannya?"Oleh tuturan Da

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Pengungkapan

    Seolah menangkap maksud tatapannya dengan tepat, pria itu segera bersuara. "Sebaiknya kita melanjutkan pembicaraan di tempat lain sebelum mengundang perhatian orang sekitar dengan interaksi penuh keakraban ini," usul Dave sembari menepis debu yang menempel pada bagian bawah celana jinsnya. Kemudian pria tersebut melangkah di depan seolah yakin akan diikuti. Setelah terjeda dalam pertimbangan beberapa saat, ia memutuskan untuk menyusul. Diraihnya ransel yang sempat terhempas tadi. Menepuk-nepuk benda berwarna hitam itu lalu menata kembali talinya ke atas pundak. Kendati tidak menoleh, Dave terlihat menurunkan laju derap. Pria itu membiarkannya menyetarakan langkah tanpa perlu tergesa-gesa. "Pertemuan dengan Ross di depan Guggenheim tadi malam bukan rencanaku sama sekali. Itu benar-benar di luar dugaanku. Tetapi, kamu dengan cepat menyimpulkan tanpa mendengarkan," terdengar Dave memberi penjelasan sedikit lebih panjang lebar dari biasanya."Tentu saja aku lebih mempercayai mataku da

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Keakraban dengan Dave

    Baru saja selangkah menapaki tangga bus, sebuah tangan mencengkeram kuat lengannya serta menariknya turun. Sontak ia terkesiap dan menoleh. Sembari memekik gusar, dikibaskannya tangan yang masih tercengkeram itu berulang kali. "Hey! Apa yang ...." "Kalau aku jadi kamu, aku takkan melakukannya ...." ujar sosok dari balik kerudung jaket hitam tersebut padanya. Suara berdesir kasar yang segera mengingatkannya pada seseorang. Dave. Belum sempat ia membuka mulut untuk menyergah ucapan pria itu, sosok tersebut telah melanjutkan ucapan, "Nashville adalah tempat pertama yang akan mereka datangi untuk mencarimu." Diputuskannya untuk membendung kehendaknya untuk melawan. Batinnya mengatakan agar ia tidak gegabah dan memberi kesempatan mendengarkan. Dibiarkannya diri digiring menjauh dari samping bus.Begitu giringan pria tersebut berhenti, ia mendelik tajam ke arah Dave. Dengan sebelah tangan yang bebas, ia balas mencengkeram kerah jaket pria tersebut. "Jebakan apa lagi yang kini tengah ka

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Atas Dasar Apa Mempercayainya?

    Kedua bola matanya bergerak liar seiring benak dan batinnya saling menimbang. Hatinya mengerucut kecut.Tetapi, bagaimana jika ternyata Dave merencanakan jebakan? Atas dasar apa aku dapat mempercayainya? Bisa saja dia salah satu dari orang Abe yang ditugaskan melacak dan memastikan keberadaanku. Sekonyong-konyong kian tercekam oleh pikiran sendiri, ia bergeming. Disandarkannya pucuk dahi pada pintu loker, melanjutkan menimbang. Jika memang demikian, bukannya Dave memiliki banyak kesempatan mencidukku saat dalam perjalanan ke New York? Setelah beberapa saat mengulum bibirnya, diputuskannya untuk menyudahi keterpakuannya pada rasa ragu. Diraihnya sepatu kets tua yang selalu disimpannya di dalam loker dan mengenakannya. Bersama rentetan pertanyaan yang dipersiapkannya, dibulatkannya tekad menghadapi resiko demi memperjelas keingintahuannya akan diri. Ia juga baru dapat memutuskan apakah Dave orang yang layak dipercaya atau tidak setelah menemui pria tersebut hari ini.Udara malam di pe

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Apa Sebenarnya Maumu?

    "Halo!" Sapaan yang datang dari balik punggungnya tersebut sontak mengejutkannya. Ia tak dapat mencegah dirinya untuk tidak terlonjak. Ia menoleh dengan kedua mata yang membulat sempurna. Mendapati sosok sang penyapa kian membuatnya tersentak. Bahkan hingga nyaris tak mampu mengatasi rasa terkejutnya. Dengan berusaha tak terdengar gelagapan, ia kemudian hanya bergumam menanggapi sekenanya. "Oh, hai ...." ucapnya pelan sembari melintas hening ke arah pintu belakang dapur restoran. Dikulumnya bibir menahan resah. Ini gawat! Bagaimana Dave bisa menemukanku? Aku yakin ini bukan sekedar kebetulan! Batinnya memekik segusar-gusarnya."Tidakkah kamu dapat menyapa teman lamamu dengan lebih baik, Tuan William Anderson?"Serta merta langkahnya terhenti. Sekali lagi ia mendapatkan serangan mengejutkan. Kendati hendak berkelit dan kabur, sekujur tubuhnya kelu begitu saja oleh teguran Dave barusan. Dengan tidak memutar tubuh sepenuhnya, ia menanggapi. "Sepertinya kamu salah mengenali orang. Nama

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Sapaan yang Tak Diharapkan

    Matanya menangkap sesosok yang melesat hilang ke balik pohon di dekat tempat pembuangan sampah. Ia terkesiap menahan nafas. Siapa itu? Mengapa tampak seperti baru saja memata-matai tempat ini? Apakah mereka berhasil mengetahui keberadaanku?Sekali lagi ia memberanikan diri memeriksa lewat jendela.Tiada siapapun di luar sana. Bahkan setelah berulang kali mengerjap dan menyisir berkeliling, ia hanya menemukan keheningan malam. Aku yakin tadi melihat seseorang. Atau aku hanya terlalu was-was hingga berhalusinasi? Berapa lama lagi aku bisa bersembunyi di sini hingga aku ditemukan oleh mereka? Dengan langkah letih, dilanjutkan langkah dari dapur menuju ke kamar mandi satu bilik khusus karyawan. Ia butuh berbilas untuk menggelontorkan resahnya. Dibiarkannya bulir-bulir air yang dingin dari pancuran mendera permukaan tubuhnya. Dihelanya nafas panjang. Masih terus berjuang mengatasi badai kalut dalam batin. Aku tidak tahan lagi. Selalu merasa terjepit di antara rasa was-was ini seakan mem

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Apakah Aku Terciduk?

    Sekonyong-konyong sebersit pikiran muncul ke permukaan, ia memutuskan berhenti hening. Hati-hati dibalasnya tatapan pria yang telah kembali duduk di balik meja kerja tersebut."Tuan Gustav. Mungkin ini sebuah permintaan yang terdengar lancang ...." Sembari mengulum bibir sendiri, ia terjeda untuk menata keberanian sesaat. "Kalau boleh... saya mohon diizinkan bermalam di sini. Saya bisa merangkap sebagai penjaga keamanan sekaligus berberes-beres. Bagaimana?" tawarnya kemudian.Baik dirinya maupun Tuan Gustav hanya saling mengadu pandang dalam diam beberapa saat.Hingga pria bertubuh gembur tersebut menepuk tangan dan berdeham dari balik meja. "Kamu tidak ada masalah dengan hukum, kan?" tanya Tuan Gustav padanya bersama tatapan menelisik.Dengan sigap ia mengatasi keterhenyakannya. Sekali lagi ia tergelak miris. "Tidak ada. Ini semua hanya dikarenakan masalahku dengan keluarga semata," ujarnya dengan nada yakin. "Apakah masalahmu itu tidak akan berdampak pada tempat kerjamu?" tanya ata

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Pergi dan Menghilang

    Kakinya yang mulai berteriak letih sekonyong-konyong menyadarkannya. Dirinya tidak mungkin terus berlari. Kemudian ia pun serta merta bertekad nekad berbelok ke lorong buntu di belakang deretan gedung pertokoan sebelah kirinya tersebut. Matanya dengan sigap mencari tempat persembunyian. Dihampirinya salah satu pintu dan mencoba membukanya. Namun, lempengan berbahan besi itu hanya bergeming menutup. Hatinya mulai menggeliat resah diterpa rasa panik. Bersama bibir yang tiada henti mengumpat, ia kembali mencoba pada pintu demi pintu di deretan lorong tersebut. Hingga menemukan pintu yang terbuka pada percobaan keempat. Tanpa menyia-yiakan waktu bahkan untuk menarik nafas, ia menghambur masuk. Lekas-lekas ditutupnya kembali pintu dengan nyaris tanpa debam. Segera setelah matanya telah terbiasa dengan temaram ruangan, ia mengedarkan pandangan mencari tempat menyamarkan diri. Derap para pengejarnya yang samar-samar kian mendekat mengingatkannya agar segera bergegas. Segera ditekuknya tubuh

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Aku Ketahuan!

    Langkahnya seketika terhenti. Sebuah ranjang dorong tampak menyembul pada salah satu pintu yang berada beberapa langkah di depannya. Setelah terjeda beberapa saat bersama rasa was-was, ia kembali lanjut mengendap-endap. Semakin langkahnya mendekati ranjang tersebut, semakin dirinya tercekik oleh ketercekaman. Hingga dirinya mampu mendengar degupan jantungnya dengan lantang di telinga. Namun semua itu tidak melebihi keingintahuannya. Dengan hati-hati ia menjulurkan mata ke arah sosok di atas ranjang dorong tersebut. Dan, sontak terkesiap. Fransisca!? Bagaimana bisa?Ranjang yang secara mendadak bergulir ke arahnya itu kembali membuatnya terkesiap. Ia serta merta melompat ke tepian demi menghindar. Sekonyong-konyong baru menyadari kehadiran sosok yang tengah mendorong pembaringan beroda tersebut. "Dokter Monger!? Aku ...."Belum usai ia menyapa, pria berjubah putih itu dengan mendelik lebar padanya serta membuka mulut dengan lantang. "Sudah kukatakan PERGI DARI SINI!" bentak sang dokter

DMCA.com Protection Status