Home / Sci-Fi / Rahasia sang Pewaris Kembar / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Rahasia sang Pewaris Kembar: Chapter 91 - Chapter 100

122 Chapters

Teman Seperjalanan

Ia mengurai dekapan pria tua itu dari dirinya. Ditepuknya pundak Tuan Smith pelan sesaat sebelum memulai langkah ke seberang jalan. Dengan bibir terkatup erat dan tatapan yang mengencang, dirapikannya letak tali ransel pada sebelah pundak serta bergegas. Tak ingin langkahnya semakin terbebani, ia menahan diri untuk tidak menoleh ke belakang. Bagai robot yang tengah menuruti perintah, ia terus melangkah tanpa terhenti hingga tiba ke dalam bus. Ditempatinya bangku di samping jendela pada baris tengah. Setelah mengedarkan pandangan memeriksa kilas ke sekeliling seolah memastikan, ia menyempatkan diri melirik ke seberang jalan. Hatinya sempat berkelit resah kala mendapati pick up tua Tuan Smith masih bergeming di tempat yang sama seolah menantinya. Lagi-lagi ia mengafirmasi diri demi menjaga kebulatan tekadnya yang kembali beringsut goyah. Dan, demi tidak mengkayuh langkah menghambur kembali ke tempat yang menjanjikannya kenyamanan tersebut. Ia mengulum bibir menahan pergelutan batin.
last updateLast Updated : 2023-05-13
Read more

Wawancara Biografi

Langkah yang berlalu lalang di dekatnya mengusik lelapnya. Dengan mata yang memicing, ia memeriksa sekitar. Ternyata, bus yang ditumpanginya itu tengah menepi pada tempat perhentian. Dan, beberapa penumpang turun demi menemukan udara segar di luar armada. Hatinya menggeliat untuk menjadi salah satu dari mereka."Turun untuk secangkir kopi hangat?" tawar suara itu membesarkan niatnya. Ia menoleh ke samping sembari menguap terkulum. Lalu mengangguk menyanggupi ajakan teman barunya tersebut.Gerimis halus nan intens menjadikan udara malam kian mengigit. Kendati demikian, menghabiskan sedikit waktu di luar bus tetap lebih menyegarkan untuk menghalau kepenatan diri. "Penggemar kopi juga?" tegur Dave padanya. Pemuda itu tampaknya selalu berusaha mengurai keheningan di antara mereka. Diusap-usapkannya kedua telapak tangan pada dinding cangkir hangat miliknya tersebut sembari melirik ke arah Dave. "Awalnya hanya iseng sebagai teman lembur, lama-lama jadi jatuh cinta," sahutnya mencoba menang
last updateLast Updated : 2023-05-15
Read more

Tanda Lahir yang Sama

Tubuh yang bergidik seketika mengingatkannya untuk mencari busana layak untuk menghangatkan diri. Segera dirogohnya isi ransel hitam pemberian Nyonya Smith yang diletakkannya di dekat kaki. Tampaknya wanita tua tersebut telah menyiapkan kebutuhan dasar baginya dengan cukup baik. Dikenakannya sebuah kemeja merah kotak-kotak berbahan flanel menutupi tubuh. "Bekas luka itu ...." Suara gumaman Dave sontak menyita perhatiannya ke arah pemuda itu. Dengan mendelik meminta penjelasan, ditatapnya Dave lekat. Pemuda tersebut memegangi pangkal pundak kanan diri sendiri sembari membalas pandangannya, mengingatkan Will pada keberadaan 'jejak parut' yang dimilikinya sejak kecil di tempat serupa.Ditariknya kerah kemejanya semakin merapat ke leher lalu mengingsutkan tatapan. "Aku tidak tahu kapan mendapat bekas luka itu. Mungkin hanya sebuah tanda lahir," ujarnya disertai senyum kecut. Alis Dave tampak membentuk busur sempurna saat mulutnya membentuk huruf 'O' besar. Sembari kembali menyandarkan
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

Sebaiknya Jangan ke Sana

Dengan gelagapan, ia terbangun. Setelah tergesa-gesa meraup seluruh kesadaran, ia menemukan diri masih berada di dalam bus yang sama. Dipicingkannya mata beberapa saat mengatasi keremangan pencahayaan dalam armada itu. Kemudian, sembari menekan-nekan pundak kanannya yang kesemutan, ia melayangkan pandangan mencari sosok Dave. Dan, segera mendapati pemuda tersebut telah kembali ke bangku seberang, tengah terlelap pulas dengan headphone yang masih menggelantung di depan dada.Sekonyong-konyong merasa lega. Ia menghela nafas serta mengusapi wajah demi mengusir kegalauan yang tersisa. Dikepalnya sebelah tangan di depan bibir bersama pandangan yang menghempas jauh. Kehidupan yang selalu terusik menuntutnya untuk terus waspada. Menjadikannya tidak pernah nyaman berinteraksi dengan orang lain. Sepertinya pendekatan Dave yang demikian intens melahirkan keresahan dalam dirinya hingga terlarut ke dalam mimpi buruknya. Armada yang ditumpanginya itu tampak menepi sejenak ke pom bensin untuk meng
last updateLast Updated : 2023-05-17
Read more

Kawan atau Lawan?

"Sebaiknya kamu jangan ke sana," sahut Dave tiba-tiba. Ia tertegun. Hingga-hingga nyaris tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. "Apa maksudmu?" Ia mengernyit waspada. Dave menyeringai. Pemuda tersebut meneguk minuman soda miliknya sebelum melanjutkan ucapan. "Kalau aku jadi kamu, aku tak akan ke sana ...."Lagi-lagi Dave melontarkan perkataan yang menyulut nyala kecurigaannya. Wajahnya mengernyit kian rapat. Kegusaran memompa jantungnya kencang. Ini sungguh aneh! Bagaimana mungkin pria ini dapat mengetahui maksud dan tujuanku? Siapa sebenarnya dia? Dipasangnya kuda-kuda bergegas bangkit dengan kedua mata melekat pada Dave, "Siapa ....""Sebaiknya kamu ikut bersamaku saja menginap di tempat ibuku. Bukankah itu lebih hemat dan efisien?" terdengar pemuda tersebut menyelesaikan tuturan tepat di saat ia mulai membuka mulut untuk bertanya. Bagai teredam dengan tepat, seketika keresahannya mereda. Ia menghela nafas yang dilanjutkan dengan gelak kikuk. Ah, lagi-lagi diriku terlalu ber
last updateLast Updated : 2023-05-18
Read more

Terciduk?

Dilayangkannya pandangan mengitari ruang tunggu. Sepertinya sore ini pasien yang berkunjung di ruangan terbilang lebih sedikit dari biasanya. Pikirannya sejenak berkelana liar. Tanpa menyempatkan diri membuang masa lebih lama, ia memutuskan untuk mengetuk pintu yang ada di hadapannya tersebut serta mengulurkan masuk separuh tubuhnya. "Selamat sore, Dokter Monger?" Ia tetap melontarkan sapaan kendati ragu. Seseorang yang tengah duduk di depan meja praktek dalam ruangan sontak mengangkat wajah menatap ke arahnya. "Ada yang bisa dibantu?" tegur wanita berseragam dokter itu bergerak menghampirinya. Masih terpana karena dipaksa menerima keadaan di luar harapannya, ia tergagap. "Ah, saya ada jadwal konsultasi dengan Dokter Monger," akhirnya ia berhasil mengemukakan dalih. "Dan, tampaknya saya salah ruangan ...."Dokter wanita tersebut memberinya seulas senyum. "Apakah pihak admin melewatkan Anda saat menginfokan bahwa Dokter Monger sedang dalam masa cuti? Beliau mengikuti konvensi di Bel
last updateLast Updated : 2023-05-19
Read more

Kebohongan di Atas Kebohongan

"Apa maumu?" sergahnya dengan suara serak pecah. Pekik yang terdengar dari sosok itu seketika membuatnya mengenali sang penguntit. Ia terkesiap menahan nafas. Ditelisiknya wanita tersebut seksama, hendak memastikan sebelum bersuara. "Joanne?" lirihnya tertahan. Mendengar namanya disebut serta merta membuat raut wanita tersebut merona girang. "Will! Ternyata benar, ini dirimu!" seru Joanne tak mampu menyamarkan kebahagiaan. Tanpa aba-aba, wanita itu mendekapnya erat. "Dari tadi, aku melihatmu. Hanya saja aku ragu," ucap Joanne pelan di samping telinganya. "Mengapa kamu malah berjalan dengan sangat tergesa-gesa? Dimana kenderaanmu?" Ia hanya tergelak singkat yang terdengar lebih mirip suara tersedak. Sekalipun satu keresahannya baru saja terlalui, puluhan lain segera menyusul menghampirinya kini. Dirinya tidak siap bertemu dengan Joanne. Pertemuan tak terduga ini sungguh di luar dugaannya.Wanita tersebut perlahan mengurai dekapan dan mematutnya lewat tatapan dari ujung rambut hin
last updateLast Updated : 2023-05-20
Read more

Kami Membutuhkanmu

Ia mengantar Joanne hingga ke depan pintu apartemen wanita itu. Dikecupnya pucuk rambut Joanne sebelum kemudian mundur selangkah selangkah. "Selamat malam, Anne," ucapnya disertai seulas senyum tipis. Dieratkannya genggaman pada tali ransel yang menggelantung di pundak seiring mengerahkan tekad untuk pergi."Selama ini di mana kamu menetap? Aku mencoba membalas teleponmu beberapa kali setelah hari itu tetapi selalu tidak terhubung," terdengar Joanne mencegat langkahnya. Ia terjeda oleh karena dirinya belum siap akan pertanyaan yang diterimanya barusan. "Ah, itu ...." Sembari terus memutar otak, dipalingkannya tubuh separuh jalan ke arah wanita yang tengah menanti tanggapan darinya di ambang pintu tersebut. "Aku membantu kenalan di peternakannya beberapa minggu. Selain itu juga, ponselku rusak," kilahnya kemudian. Lewat gumaman yang dilanturkan Joanne, ia beranggapan wanita itu telah puas dengan jawaban yang diberikan. Buru-buru dikembalikannya posisi langkah untuk bergegas. "Will
last updateLast Updated : 2023-05-22
Read more

Selamat Pagi, Sayang

Ia mendengus gusar. Tampaknya benakku benar-benar tengah terusik oleh keresahanku sendiri. Pria itu saja tidak mengatakan apapun lagi saat kami berpisah di terminal bus sore tadi. Aku hanya terbawa pikiran karena Dave sempat mengatakan tanda lahirku yang mirip dengan teman masa kanak-kanaknya. Lagipula, seharusnya tidak mudah bagi orang-orang untuk mengenaliku dalam penampilan lusuh seperti saat ini, bukan? Oleh pikirannya sendiri, ia kemudian terhenyak. Namun Joanne dapat mengenalimu, cetus batinnya seketika. Kedua bola matanya berputar liar. Benar. Mengapa Joanne dapat dengan mudahnya mengetahuinya? Sepertinya penyamaran yang kulakukan benar-benar tidak mumpuni sama sekali, keluhnya sembari mengerang halus. Rasa letih yang masih bercokol di sekujur tubuh, memaksanya untuk kembali memejamkan mata dan menyudahi perdebatan batin.Kesibukan dari arah dapur yang tertangkap sayup-sayup oleh ruang dengar kembali membangunkannya. Ditariknya diri bangkit dari atas sofa dan merenggangkan
last updateLast Updated : 2023-05-23
Read more

Aku Sayang Kamu

Pintu yang terdengar berderit membuka sontak menarik perhatiannya. Joanne berdiri di depan pintu, menatap memelas ke arahnya. "Apa ada masalah, Anne? Kamu ketinggalan sesuatu?" Wanita itu meredupkan tatapan lalu menggeser wajah ke samping. "Umm... apakah kamu keberatan menjemput saat kelasku usai nanti?" pinta Joanne pada akhirnya. Oleh permintaan wanita tersebut, seketika ia terhenyak. Dalam jeda yang tak terlalu panjang, ia menimbang sesaat sebelum kemudian mengangguk menyanggupi, "Baiklah."Serta merta rona bahagia menghiasi seluruh sudut wajah Joanne. Sekalipun tubuhnya telah beringsut menjauh dari depan pintu, wanita itu masih bersikeras memunculkan wajah pada sela pintu. "Benar bisa, ya? Kalau begitu kita bertemu di depan gerbang sekolah taman kanak-kanak St.Mary, jam 2 sore. Aku sayang kamu, Will." Setelahnya, Joanne kembali berlalu. ***Kesegaran yang membalut tubuhnya setelah mandi seakan mampu membuat benaknya lebih jernih. Diusap-usapkannya handuk pada rambut lembabny
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status