Share

Aku Sayang Kamu

last update Last Updated: 2023-05-24 22:33:35

Pintu yang terdengar berderit membuka sontak menarik perhatiannya. Joanne berdiri di depan pintu, menatap memelas ke arahnya.

"Apa ada masalah, Anne? Kamu ketinggalan sesuatu?"

Wanita itu meredupkan tatapan lalu menggeser wajah ke samping. "Umm... apakah kamu keberatan menjemput saat kelasku usai nanti?" pinta Joanne pada akhirnya.

Oleh permintaan wanita tersebut, seketika ia terhenyak. Dalam jeda yang tak terlalu panjang, ia menimbang sesaat sebelum kemudian mengangguk menyanggupi, "Baiklah."

Serta merta rona bahagia menghiasi seluruh sudut wajah Joanne. Sekalipun tubuhnya telah beringsut menjauh dari depan pintu, wanita itu masih bersikeras memunculkan wajah pada sela pintu.

"Benar bisa, ya? Kalau begitu kita bertemu di depan gerbang sekolah taman kanak-kanak St.Mary, jam 2 sore. Aku sayang kamu, Will."

Setelahnya, Joanne kembali berlalu.

***

Kesegaran yang membalut tubuhnya setelah mandi seakan mampu membuat benaknya lebih jernih. Diusap-usapkannya handuk pada rambut lembabny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Kamu Meragukanku?

    Sekalipun tak berminat, suara yang terus menerus menggelitik pendengaran mau tak mau membuatnya ikut menyimak."Baik. Sampai besok, Ed." Sekonyong-konyong mendengar nama yang familiar di telinganya, ia tersentak. Kali ini dipasangnya telinga dengan seksama demi memastikan jika-jika pendengarannya keliru. Hening. Perbincangan yang dinanti-nantikan itu kini malah tidak terdengar lagi. Ia mencoba kian menajamkan pendengaran. Tetap saja tidak ada suara yang terdengar. Tampaknya pembicaraan wanita tersebut benar-benar telah berakhir. Ia menghela gusar. Diusap-usapnya wajah kantuknya dengan gerak gelisah. Sepertinya aku salah dengar. Mana mungkin dunia sesempit itu, kan? Sekalipun benar, bisa saja kebetulan. Lagipula nama yang mirip bukan hanya dimiliki satu dua orang saja. Ayolah, Will! Bukankah ini sungguh melelahkan? Menaruh curiga pada setiap orang yang baru kamu temui.***Ia melambai pada Joanne begitu wanita tersebut muncul dari pintu sekolah. Joanne yang tadinya melangkah bers

    Last Updated : 2023-05-25
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Fasih dengan Kebohongan

    Ia menghela nafas singkat. Bahkan mungkin aku tak mengenal Wilbert sebaik wanita ini melakukannya. Diliriknya kembali wanita yang duduk berhadap-hadapan dengannya tersebut. Namun kini, ia menatap dengan pandangan getir. "Itu semua karena di matamu kini aku tampak sangat berbeda dengan Wilbert yang kamu kenal, kan?" bisiknya berdesir. Sekalipun mengucapkannya dengan sangat perlahan, tampaknya Joanne mampu menangkap ucapannya barusan. Kali ini dengan bibir yang mengatup, wanita itu kembali menundukkan pandangan. "Itu karena aku memang adalah orang yang berbeda, Anne. Aku bukan Wilbert!" cetusnya kemudian tanpa tercegah. Bulir-bulir air mata yang berderai jatuh ke atas meja seketika membuat lanjutan ucapannya tertahan di ujung bibir, menyurutkan tekadnya untuk menguak kebohongan diri. "Aku tahu, Will. Aku tahu kamu banyak berubah karena semua yang telah kamu lalui. Kamu telah banyak berkorban untuk mempertahankan hubungan ini. Bahkan kini dapat dikatakan dirimu telah mengorbankan

    Last Updated : 2023-05-26
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Jangan Pernah Meninggalkanku Lagi

    Sebuah rangkulan hangat yang membalut tubuh membangunkannya serta merta. Belum sempat matanya membuka penuh, sebuah ciuman mesra telah mendarat di bibirnya. Bersama senyum puas yang merekah, disambutnya bibir yang memagutnya itu dengan intens. Dalam waktu singkat, ciumannya telah berpindah ke leher mulus wanita bertubuh mungil tersebut. Terus bergerak perlahan hingga ke tulang selangka Ann. Desahan wanita itu membuat letikan hasratnya kian tak terhentikan. Didekapnya Ann dengan gelora yang bergemuruh. Seolah meminta izin, ditautkannya tatapan menggoda ke arah wanita tersebut. Dengan gemulai, Ann mengelus-elus dada bidangnya sebelum kemudian mendaratkan kecupan bersama sekulum senyum ke atasnya. "Ya, Will." Terdengar suara merdu wanita itu membisikkan kata kunci sebagai sinyal izin di telinganya. Bagai kendaraan pacu yang telah mendapatkan aba-aba untuk memulai, ia segera meluncur lancar di atas tubuh Ann. Dan, Ann pun turut menyambut dengan sentuhan-sentuhan nan 'mengundang' yang ta

    Last Updated : 2023-05-27
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   PERGI DARI SINI!

    "Boleh aku bergabung?" Teguran tersebut serta merta menyita perhatiannya juga Joanne. "Ah. Tentu saja, Stel." Joanne tampak tersenyum ramah dari balik meja makan berkapasitas dua orang itu, menyanggupi permintaan temannya . Oleh tanggapan Joanne barusan, Stella dengan tanpa sungkan yang membersit sedikitpun segera duduk bergabung ke antara mereka. Rasa was-was kian memenuhi ruang batinnya. Ia beringsut resah dengan tanpa memperlihatkannya. Apakah mereka memang terbiasa menghabiskan waktu makan pagi bersama? Sepertinya baru hari ini aku melihatnya. Seolah-olah mengetahui dirinya tengah menjadi topik perbincangan, wanita itu muncul begitu saja dan menjejalkan diri ke tengah kami. "Tidak biasanya kamu bangun seawal ini?" terdengar Joanne mencoba mencairkan suasana yang tanpa tersadari telah menjadi kelu oleh keheningan.Sembari menyeduh teh bagi diri sendiri, Stella sesekali menguap. Kemudian menanggapi Joanne. "Karena akan memasuki bulan liburan, tempat kerjaku mulai mengadakan ba

    Last Updated : 2023-05-29
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Kawalan Liar

    Seketika ia membelalak tanpa mampu membendung keterkejutannya. Buru-buru di angkatnya wajah dan mengedarkan pandangan. Alih-alih menemukan sang pemberi selebaran tadi, matanya menemukan dua sosok pria berseragam rapi tengah melangkah ke arahnya. Dengan sigap, ia dapat mengenali sosok-sosok itu dari setelan berwarna navy yang mereka kenakan. Mereka adalah para penjaga dari mansion Anderson! Berusaha menguasai diri untuk tetap bersikap setenang mungkin, ia mengangkat tubuh dari atas bangku tempatnya beristirahat tersebut. Kemudian bergegas bersama langkah yang dikayuhnya kian tergesa-gesa. Kala dilihatnya kedua sosok di belakangnya itu mulai berlari mengejarnya, ia pun serta merta melakukan hal serupa. Tanpa mengubris pekik gusar setiap pejalan kaki yang terseruduk olehnya, ia melesat sekencang mungkin. Sekalipun dadanya terasa menderu riuh seakan hendak meledak dikarenakan paru-paru yang tengah terpacu maksimal, tak sedikitpun ia berkeinginan mengurangi laju langkah."Tuan, Tuan... se

    Last Updated : 2023-05-30
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Pekerjaan Remeh

    Ia mengingsut resah sejenak sebelum kemudian menjawab. "Sebelumnya saya bekerja di perusahaan multinasional yang bergerak di bidang jasa keuangan, sebagai akuntan. Dan, telah bekerja sekitar 5 tahun disana." "Hmm... Lalu, mengapa kini Anda malah tertarik dengan pekerjaan kasir di tempat kami? Bukankah ini adalah pekerjaan yang jauh dari ekspektasi Anda?" lanjut Tuan Gustav tanpa membiarkan jeda pembicaraan terjadi. Ia terhenyak. Merasa kehilangan kata-kata menimpali, ia pun terdiam. Apa yang dikatakan Tuan Gustav adalah benar. Di mata pria itu, ia pasti tampak seolah tengah bergurau dengan melamar lowongan pekerjaan yang jauh lebih 'remeh' ini. Terdengar dehaman Tuan Gustav yang menyiratkan ketidaksabaran pria tersebut menanti jawaban darinya. Alih-alih menyahut, ia hanya memberi sebuah tatapan lekat pada pria berbalut setelan formal itu. "Bisa saya tahu mengapa Anda meninggalkan pekerjaan sebelumnya dan tertarik bekerja sebagai kasir kami?"Bagai mendapat pukulan telak lanjutan,

    Last Updated : 2023-05-31
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Kenalan dari Nashville

    "Sudah terbiasa?" tegur sebuah suara memecah lamunannya. Kent, pemuda yang berprofesi serupa tersebut tampak mengambil tempat tak jauh darinya di anak tangga. Ia hanya tergelak kecil menanggapi tanpa kata-kata. "Kamu cepat belajar juga, ya ...." sahut pemuda itu lagi. Kent menyeringai sembari mulai menyalakan rokok. Dalam sekejap, kepulan asap telah memenuhi ruang pandang mereka. Masih enggan membuka mulut untuk berbincang, lagi-lagi ia memberi tanggapan berupa isyarat tubuh. Dengan mengangguk-angguk kecil dan mengedarkan pandangan. "Thanks," ucapnya singkat bersama sesungging senyum. Seolah masih gigih tak ingin membiarkan jeda mengisi ruang di antara mereka, Kent kembali mecoba menjalin pembicaraan. "Asalmu dari sini?" "Aku dari Nashville." Ia menjawab sekenanya. Tak paham mengapa orang-orang di sekitarnya selalu demikian bersikeras mengajaknya berbincang. Bahkan di saat dirinya telah mengirimkan sinyal 'tak ingin diusik' sekalipun. Apakah dikarenakan rasa tertantang dengan k

    Last Updated : 2023-06-02
  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Bukti dari Masa Lalu

    Untuk kesekian kalinya ia terhenyak dan bergeming hening. Apa sebaiknya aku menggali lebih lanjut untuk memastikannya? Ia baru saja hendak membuka mulut ketika terdengar pemuda di sampingnya tersebut tertawa geli. "Maaf, maaf. Sepertinya gurauanku berlebihan," kilah Kent mengangkat sebelah tangan menyiratkan rasa sungkan. Kesekian kalinya pula, ia turut melakukan hal yang serupa demi menanggapi. Ia kembali meneguk botol yang telah kosong seakan hendak memastikan kopinya telah benar-benar kandas. Kemudian masih dengan wajah yang dipaksa menampilkan seringai tawa, ia melontarkan pertanyaan. "Boleh kutahu nama tempat kerjamu itu?""Buon Eiffel," sahut Kent segera tanpa tunda. Seketika ia terkesiap. Jawaban yang sangat ringkas itu mampu memberikan kepastian mutlak baginya. Kini, ia yakin bahwa tokoh-tokoh yang dikisahkan pemuda tersebut tak lain tak bukan adalah dirinya dan Ann. Kini, ia juga yakin bahwa pelayan yang mencegat langkahnya kala itu adalah Kent. Nasib mempertemukan mereka

    Last Updated : 2023-06-03

Latest chapter

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Aku adalah Wilbert?

    "Hah?" Ia mendelik semakin tak paham dengan ucapan Dave. "Apa maksudmu?" Alih-alih segera menyahut, sosok yang duduk di depan kemudi itu tampak berkonsentrasi penuh ke depan. Entah dikarenakan tidak memiliki cukup kesabaran atau alasan lainnya, Dave bersikeras mencari jalan alternatif untuk menghindari kemacetan yang tengah menghadang. Sementara menanti penjelasan dari Dave, kian banyak praduga yang bermunculan di benaknya. Turut dilayangkannya lirikan pada kaca tengah lalu spion untuk memeriksa keadaan sekitar. Setidaknya itu yang dapat dilakukannya saat ini demi mengatasi rasa gusar. Sejauh telisiknya, ia tidak menemukan tanda-tanda adanya penguntit. Apakah kini diriku boleh merasa tenang? Apakah kehadiran Dave mampu menjanjikanku keamanan? "Bahkan anak kembar sekalipun tidak memiliki sidik jari yang sama. Tidakkah kamu bertanya apa sebabnya kamu dapat dengan mudah melewati setiap sistem pengaman bersidik jari milik Wilbert? Tidakkah kamu memikirkan jawabannya?"Oleh tuturan Da

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Pengungkapan

    Seolah menangkap maksud tatapannya dengan tepat, pria itu segera bersuara. "Sebaiknya kita melanjutkan pembicaraan di tempat lain sebelum mengundang perhatian orang sekitar dengan interaksi penuh keakraban ini," usul Dave sembari menepis debu yang menempel pada bagian bawah celana jinsnya. Kemudian pria tersebut melangkah di depan seolah yakin akan diikuti. Setelah terjeda dalam pertimbangan beberapa saat, ia memutuskan untuk menyusul. Diraihnya ransel yang sempat terhempas tadi. Menepuk-nepuk benda berwarna hitam itu lalu menata kembali talinya ke atas pundak. Kendati tidak menoleh, Dave terlihat menurunkan laju derap. Pria itu membiarkannya menyetarakan langkah tanpa perlu tergesa-gesa. "Pertemuan dengan Ross di depan Guggenheim tadi malam bukan rencanaku sama sekali. Itu benar-benar di luar dugaanku. Tetapi, kamu dengan cepat menyimpulkan tanpa mendengarkan," terdengar Dave memberi penjelasan sedikit lebih panjang lebar dari biasanya."Tentu saja aku lebih mempercayai mataku da

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Keakraban dengan Dave

    Baru saja selangkah menapaki tangga bus, sebuah tangan mencengkeram kuat lengannya serta menariknya turun. Sontak ia terkesiap dan menoleh. Sembari memekik gusar, dikibaskannya tangan yang masih tercengkeram itu berulang kali. "Hey! Apa yang ...." "Kalau aku jadi kamu, aku takkan melakukannya ...." ujar sosok dari balik kerudung jaket hitam tersebut padanya. Suara berdesir kasar yang segera mengingatkannya pada seseorang. Dave. Belum sempat ia membuka mulut untuk menyergah ucapan pria itu, sosok tersebut telah melanjutkan ucapan, "Nashville adalah tempat pertama yang akan mereka datangi untuk mencarimu." Diputuskannya untuk membendung kehendaknya untuk melawan. Batinnya mengatakan agar ia tidak gegabah dan memberi kesempatan mendengarkan. Dibiarkannya diri digiring menjauh dari samping bus.Begitu giringan pria tersebut berhenti, ia mendelik tajam ke arah Dave. Dengan sebelah tangan yang bebas, ia balas mencengkeram kerah jaket pria tersebut. "Jebakan apa lagi yang kini tengah ka

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Atas Dasar Apa Mempercayainya?

    Kedua bola matanya bergerak liar seiring benak dan batinnya saling menimbang. Hatinya mengerucut kecut.Tetapi, bagaimana jika ternyata Dave merencanakan jebakan? Atas dasar apa aku dapat mempercayainya? Bisa saja dia salah satu dari orang Abe yang ditugaskan melacak dan memastikan keberadaanku. Sekonyong-konyong kian tercekam oleh pikiran sendiri, ia bergeming. Disandarkannya pucuk dahi pada pintu loker, melanjutkan menimbang. Jika memang demikian, bukannya Dave memiliki banyak kesempatan mencidukku saat dalam perjalanan ke New York? Setelah beberapa saat mengulum bibirnya, diputuskannya untuk menyudahi keterpakuannya pada rasa ragu. Diraihnya sepatu kets tua yang selalu disimpannya di dalam loker dan mengenakannya. Bersama rentetan pertanyaan yang dipersiapkannya, dibulatkannya tekad menghadapi resiko demi memperjelas keingintahuannya akan diri. Ia juga baru dapat memutuskan apakah Dave orang yang layak dipercaya atau tidak setelah menemui pria tersebut hari ini.Udara malam di pe

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Apa Sebenarnya Maumu?

    "Halo!" Sapaan yang datang dari balik punggungnya tersebut sontak mengejutkannya. Ia tak dapat mencegah dirinya untuk tidak terlonjak. Ia menoleh dengan kedua mata yang membulat sempurna. Mendapati sosok sang penyapa kian membuatnya tersentak. Bahkan hingga nyaris tak mampu mengatasi rasa terkejutnya. Dengan berusaha tak terdengar gelagapan, ia kemudian hanya bergumam menanggapi sekenanya. "Oh, hai ...." ucapnya pelan sembari melintas hening ke arah pintu belakang dapur restoran. Dikulumnya bibir menahan resah. Ini gawat! Bagaimana Dave bisa menemukanku? Aku yakin ini bukan sekedar kebetulan! Batinnya memekik segusar-gusarnya."Tidakkah kamu dapat menyapa teman lamamu dengan lebih baik, Tuan William Anderson?"Serta merta langkahnya terhenti. Sekali lagi ia mendapatkan serangan mengejutkan. Kendati hendak berkelit dan kabur, sekujur tubuhnya kelu begitu saja oleh teguran Dave barusan. Dengan tidak memutar tubuh sepenuhnya, ia menanggapi. "Sepertinya kamu salah mengenali orang. Nama

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Sapaan yang Tak Diharapkan

    Matanya menangkap sesosok yang melesat hilang ke balik pohon di dekat tempat pembuangan sampah. Ia terkesiap menahan nafas. Siapa itu? Mengapa tampak seperti baru saja memata-matai tempat ini? Apakah mereka berhasil mengetahui keberadaanku?Sekali lagi ia memberanikan diri memeriksa lewat jendela.Tiada siapapun di luar sana. Bahkan setelah berulang kali mengerjap dan menyisir berkeliling, ia hanya menemukan keheningan malam. Aku yakin tadi melihat seseorang. Atau aku hanya terlalu was-was hingga berhalusinasi? Berapa lama lagi aku bisa bersembunyi di sini hingga aku ditemukan oleh mereka? Dengan langkah letih, dilanjutkan langkah dari dapur menuju ke kamar mandi satu bilik khusus karyawan. Ia butuh berbilas untuk menggelontorkan resahnya. Dibiarkannya bulir-bulir air yang dingin dari pancuran mendera permukaan tubuhnya. Dihelanya nafas panjang. Masih terus berjuang mengatasi badai kalut dalam batin. Aku tidak tahan lagi. Selalu merasa terjepit di antara rasa was-was ini seakan mem

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Apakah Aku Terciduk?

    Sekonyong-konyong sebersit pikiran muncul ke permukaan, ia memutuskan berhenti hening. Hati-hati dibalasnya tatapan pria yang telah kembali duduk di balik meja kerja tersebut."Tuan Gustav. Mungkin ini sebuah permintaan yang terdengar lancang ...." Sembari mengulum bibir sendiri, ia terjeda untuk menata keberanian sesaat. "Kalau boleh... saya mohon diizinkan bermalam di sini. Saya bisa merangkap sebagai penjaga keamanan sekaligus berberes-beres. Bagaimana?" tawarnya kemudian.Baik dirinya maupun Tuan Gustav hanya saling mengadu pandang dalam diam beberapa saat.Hingga pria bertubuh gembur tersebut menepuk tangan dan berdeham dari balik meja. "Kamu tidak ada masalah dengan hukum, kan?" tanya Tuan Gustav padanya bersama tatapan menelisik.Dengan sigap ia mengatasi keterhenyakannya. Sekali lagi ia tergelak miris. "Tidak ada. Ini semua hanya dikarenakan masalahku dengan keluarga semata," ujarnya dengan nada yakin. "Apakah masalahmu itu tidak akan berdampak pada tempat kerjamu?" tanya ata

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Pergi dan Menghilang

    Kakinya yang mulai berteriak letih sekonyong-konyong menyadarkannya. Dirinya tidak mungkin terus berlari. Kemudian ia pun serta merta bertekad nekad berbelok ke lorong buntu di belakang deretan gedung pertokoan sebelah kirinya tersebut. Matanya dengan sigap mencari tempat persembunyian. Dihampirinya salah satu pintu dan mencoba membukanya. Namun, lempengan berbahan besi itu hanya bergeming menutup. Hatinya mulai menggeliat resah diterpa rasa panik. Bersama bibir yang tiada henti mengumpat, ia kembali mencoba pada pintu demi pintu di deretan lorong tersebut. Hingga menemukan pintu yang terbuka pada percobaan keempat. Tanpa menyia-yiakan waktu bahkan untuk menarik nafas, ia menghambur masuk. Lekas-lekas ditutupnya kembali pintu dengan nyaris tanpa debam. Segera setelah matanya telah terbiasa dengan temaram ruangan, ia mengedarkan pandangan mencari tempat menyamarkan diri. Derap para pengejarnya yang samar-samar kian mendekat mengingatkannya agar segera bergegas. Segera ditekuknya tubuh

  • Rahasia sang Pewaris Kembar   Aku Ketahuan!

    Langkahnya seketika terhenti. Sebuah ranjang dorong tampak menyembul pada salah satu pintu yang berada beberapa langkah di depannya. Setelah terjeda beberapa saat bersama rasa was-was, ia kembali lanjut mengendap-endap. Semakin langkahnya mendekati ranjang tersebut, semakin dirinya tercekik oleh ketercekaman. Hingga dirinya mampu mendengar degupan jantungnya dengan lantang di telinga. Namun semua itu tidak melebihi keingintahuannya. Dengan hati-hati ia menjulurkan mata ke arah sosok di atas ranjang dorong tersebut. Dan, sontak terkesiap. Fransisca!? Bagaimana bisa?Ranjang yang secara mendadak bergulir ke arahnya itu kembali membuatnya terkesiap. Ia serta merta melompat ke tepian demi menghindar. Sekonyong-konyong baru menyadari kehadiran sosok yang tengah mendorong pembaringan beroda tersebut. "Dokter Monger!? Aku ...."Belum usai ia menyapa, pria berjubah putih itu dengan mendelik lebar padanya serta membuka mulut dengan lantang. "Sudah kukatakan PERGI DARI SINI!" bentak sang dokter

DMCA.com Protection Status