Semua Bab Rahasia sang Pewaris Kembar: Bab 61 - Bab 70

122 Bab

Semangat bagi Sahabat

Ia mendengus resah. Ia bahkan tak memiliki tempat untuk mempertanyakan keingintahuannya itu. Tatapannya masih melekat pada satu-satunya pemandangan yang tersedia di ruangan tersebut –deretan rak yang dipenuhi jejeran map dokumen.Apakah aku bisa menemukan jejak keberadaan Wilbert dari dokumen-dokumen di sini? Barangkali ada informasi yang bisa kutemukan di antaranya. Ia bangkit berdiri, memasang pandangan menelisik pada jejeran map dokumen yang ada. Kemudian diraihnya beberapa map yang tampak baru dan tidak kusam. Mulai dari rak yang terjangkau hingga yang membutuhkan sedikit bantuan tangga kecil. Sesigap mungkin ia membolak-balik kesemuanya. Geraknya melambat saat membalik sebuah map yang diambilnya dari rak teratas. Ia menemukan dokumen yang bertanda tangan Wilbert tertanggal sekitar sebulan lalu. Dan ia yakin bukan dirinya yang membubuhkan tanda tangan tersebut. Bola matanya bergerak ke satu arah kala ia memutar otak mengingat. Hmm... Jika aku tidak salah menerka, itu berkisar
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-10
Baca selengkapnya

Nyaris Gegabah

Ia sedikit menambah laju langkahnya begitu meninggalkan ruang perawatan Fransisca. Mungkin ia sangat ingin menghindari pembicaraan lanjut dengan siapapun yang membahas identitasnya. Orang-orang hanya mengetahui Wilbert sebagai satu-satunya pewaris Anderson. William hanyalah sosok tersisih yang tak pernah diketahui publik. Selama 12 belas tahun ia meniadakan diri dari keluarga Anderson atas pilihannya sendiri. Ia bahkan telah membuang nama itu. Kini, bagaimana mungkin ia tampil dan mengaku diri sebagai bagian dari Anderson? Ia terhenyak bersama langkahnya yang terjeda. Sosok gadis berambut hitam panjang lurus yang muncul beberapa langkah di depan tersebut menarik perhatiannya. Sosok yang mengingatkannya pada Kathy Monger itu tampak melangkah memasuki lift. Tanpa berpikir lagi ia pun ikut menghamburkan diri ke arah lift. Namun, langkahnya kalah cepat dengan pintu lift yang menutup. Ia melihat penunjuk lantai kotak besi itu melesat turun ke bawah. Mendadak ia teringat akan lantai tem
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-11
Baca selengkapnya

Benang-benang Kusut

Dibawanya secangkir kopi dan sepiring sajian makan malamnya itu ke meja tengah. Dipungutnya jas kerjanya dari atas lantai dan kembali menghempaskannya ke atas sofa dengan sebelah tangan.Tak ayal, tindakannya barusan membuat buku agenda milik Wilbert yang disimpannya dalam saku jas turut terhempas keluar, membentur lantai hingga membuat sampul kulit buku tersebut terlepas. Ia terhenyak kala menyaksikan kertas-kertas yang selama ini terselip pada sampul itu serta merta menghambur keluar. Segera setelah berhasil memungut dan mengumpulkan kesemuanya, dibawanya kertas-kertas tersebut ke atas sofa. Digerakkan oleh hasrat mencari tahu, ia pun mulai memeriksa helaian demi helaian itu. Sebuah bon pemesanan menarik perhatiannya. Dan tak kalah terperanjat kala mengetahui bon tersebut merupakan bukti pemesanan sepasang cincin yang berukirkan nama Wilbert dan Joanne. Seketika dirinya tercenung resah. Joanne. Ah, aku sungguh melupakan wanita itu. Juga kesalahpahaman yang terjadi di antara kami .
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-12
Baca selengkapnya

Menjadi Serupa dengan Pria itu

"Tuan muda Anderson! Lama tak melihat Anda ...."Kini, giliran dirinya yang tertegun. Ia tak menyangka wanita itu mengenalinya. Namun kebingungannya itu tak berlangsung lama, ia segera menyadari kalau yang dimaksud wanita petugas administrasi itu adalah Wilbert Anderson, bukan dirinya –William. Adalah benar bahwa dirinya dan Wilbert bagai pinang dibelah dua. Sejak kecil nyaris tiada orang yang mampu membedakan mereka berdua dalam sekilas pandang. Hanya orang-orang berinteraksi sehari-hari dengan mereka-lah yang dapat membedakan."Bukan dikarenakan telah beberapa lama tak mengunjungi makam Nyonya Anderson tak lantas membuat Anda lupa, kan?" tukas wanita tua itu membenahi letak kacamata. Dengan bergumam singkat menanggapi, ia hanya menyunggingkan senyuman tipis menepis tatapan menelisik wanita tersebut padanya. "Selera humor Anda memang tinggi, Tuan muda. Berhentilah menggoda Pak Wright ...." Terdengar gelak geli wanita tua itu sembari melirik ke arah bapak sang petugas yang menuntu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-13
Baca selengkapnya

Jangan Pergi!

Ditepuk-tepuknya kedua lututnya yang terasa berdenyut nyeri tersebut sembari melayangkan pandangan berkeliling. Dan terperanjat kala menemukan sebuah nisan lain yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Dari warna batunya yang masih putih bersih, nisan itu tampak terbilang baru. Makam siapa itu? Apakah ada kerabat Abe yang baru meninggal dan dimakamkan di sini? Keingintahuan menggerakkannya untuk mencondongkan diri ke arah nisan baru itu. Bagai tengah melakukan perbuatan terlarang, jantungnya berdentum kencang hingga-hingga telinganya dapat mendengarnya dengan jelas. Entah dikarenakan udara yang menusuk kulit, ujung-ujung jemari yang digunakannya untuk menyingkirkan tumpukan dedaunan basah dari atas nisan itu terasa kelu membeku sedingin es. Ia terkesiap membelalak. Bahkan tanpa sadar menahan nafas kala membaca tulisan yang terpatri pada batu putih tersebut. Dan menolak percaya dengan apa yang ditemukannya. Sekonyong-konyong kehilangan kemampuan nalarnya, berkali-kali ia mengula
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-14
Baca selengkapnya

Bertemu Ann?

"Ini tidak seperti kelihatannya, Ann. Aku hanya salah mengira Joanne adalah dirimu. Sungguh!" jelasnya sembari menjangkaukan tangan meraih wanita itu. Tubuhnya tertahan. Geraknya praktis terhenti sesaat. Ia menoleh dan menemukan Joanne yang tengah menggenggam erat tangannya dengan tatapan serupa. Melihat sosok Ann yang bergerak meninggalkan tempat itu sontak membuat resah menderanya. Dengan cepat ia berkelit dari cegatan Joanne dan segera menghambur menyusul langkah Ann. Kali ini ia tidak ingin bergerak dengan hati-hati, disambarnya tangan mungil wanita itu serta menggenggamnya erat seakan tak ingin melepaskannya."Ann, kumohon ...." ujarnya memelas.Wanita yang sedari tadi hanya membungkam diri itu pada akhirnya membuka suara. “Pergilah, Will! Hidupilah masa depanmu!" suara wanita itu terdengar lirih berpacu dengan suara deru hujan. Sekalipun lagi-lagi menerima penolakan pahit dari Ann, tak sedikitpun ia berkeinginan merenggangkan pegangannya pada tangan wanita tersebut. Rasa takut
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-15
Baca selengkapnya

Kehilangan dan Delusi

"Ketika rasa kehilangan yang demikian besar menyatu dengan sesal yang tak kalah besarnya, akan membawa seseorang kepada alam delusi –dimana ia terbuai oleh imaji penghiburan yang terlahir dari hasrat terdalamnya." Dinyalakannya pemanas ruangan dan menaikkan suhunya. Ia merapatkan jaket yang dikenakannya, mengusap-usap tubuh yang terasa dingin sekaligus lantak tersebut, sebelum kemudian bersidekap. Diliriknya pantulan diri pada pintu kaca lemari buku di seberang sofa. Menatap hening pada perban yang melekat di sudut kiri atas wajahnya itu. Sepulangnya dari pemakaman, disempatkannya mampir ke klinik terdekat untuk menangani luka di pelipisnya itu. Ia tak ingin membuat keributan berkelanjutan lagi dengan membiarkan Bu Sullivan menemukan betapa kacaunya dirinya saat pulang, karena itu diputuskannya untuk menanganinya dengan baik sesegera mungkin. Dan mendapat tiga jahitan pada pelipis kirinya, juga memar di sepanjang sisi kiri tubuhnya. Mungkin nanti ia akan memasang dalih dirinya terj
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-16
Baca selengkapnya

Tersesat!

Seolah tengah melakukan aba-aba, ia mematut diri di depan pintu. Setelah menghabiskan beberapa jam di malam panjangnya, akhirnya ia berhasil menemukan alamat kontrakan Joanne. Tentu saja lagi-lagi dari buku agenda milik Wilbert yang super lengkap itu. Meskipun merasa sangat terbantu, hati kecilnya masih menyimpan pertanyaan besar tentang mengapa dan bagaimana buku yang tampak begitu penting bisa terpisah dari pemiliknya. Ia terbatuk. Diselesaikannya rentetan desakan ketidaknyamanan pada tenggorokannya tersebut dengan dehaman tegas sebelum memberanikan diri menekan bel yang ada di samping pintu. "Anne? Apakah kamu di dalam?" panggilnya dengan suara yang sedikit lantang.Hening. Bahkan ia tak mendengar suara bel berbunyi di dalam sana. Ia segera berkesimpulan bel yang berulang kali ditekannya itu tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Kini diketuknya pintu kayu bercat hijau itu. "Anne!", panggilnya dengan suara serak yang kian lantang. Ia kembali memasang telinga. Terdengarnya sah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-18
Baca selengkapnya

Bibir yang Tersenyum Sendu

"Anda sudah sadarkan diri, Pak?" tegur suara itu begitu pelupuk matanya kembali membuka dan kesadarannya teraih. Segera ditolehkannya pandangan ke kanan dan ke kiri. Ia telah dipindahkan ke ruang perawatan. Dan bersama Eddy, yang entah bagaimana telah berada di dekatnya."Dokter mengatakan Anda terserang flu. Anda diminta beristirahat sekitar 3 hari," ujar sekretarisnya yang tampak bergerak menghampiri ke sisi kiri pembaringan itu. Ia hanya mengeluarkan gumaman yang terdengar seperti suara erangan. Ditempelkannya telapak tangan pada belakang leher kemudian mengusap-usapinya hingga membuat tabung infus yang terhubung ke tangannya bergoyang riuh. "Jika merasa tidak sehat seharusnya memintaku mengantarkan Anda ke rumah sakit, mengapa Anda pergi sendiri?" Ucapan gusar Eddy terdengar mirip omelan di ruang dengarnya. Ia mendesah kemudian menyandarkan kepala ke belakang pembaringan. Diarahkannya pandangan sejenak ke arah pria di sampingnya tersebut sebelum kemudian melayangkannya ke ar
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-19
Baca selengkapnya

Si Nomordua

Ketika kesadaran penuh telah berkumpul seluruhnya ke dalam relung nyawa, ia tertegun mendapati dirinya baru saja meracau dengan mata terbuka. “Siapa kamu?” gumamnya mengerjap heran sementara benaknya mulai kembali bekerja.Wanita berseragam putih tersebut segera menyapanya ramah. “Selamat sore. Saya bertugas melakukan pemeriksaan rutin pada Anda. Bisa saya periksa suhu Anda sebentar?” Ia mengangguk gagap dan membiarkan perawat menyelipkan termometer pada pangkal lengannya. “Pukul berapa perawat Adams bertugas?” seketika dilontarkannya pertanyaan yang sempat berkelebat dalam ruang pikirnya itu. Sembari mengambil kembali termometer dari bawah lengannya, perawat itu meliriknya sebelum menjawab. “Apakah maksud Anda perawat Sally Adams?” tanya wanita berambut pirang yang terikat cepol rapi tersebut di sela kesibukan menorehkan tulisan pada papan catatan riwayat pasien. “Apakah ada Adams yang lain?” ia kembali menanyakan untuk memastikan setelah sempat terjeda.“Di bangsal ini memang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status