Semua Bab Ketika Rumah Tanggaku Masih Di Setir Oleh Mertua : Bab 21 - Bab 30

68 Bab

21. Kencan

Adit tentu saja langsung menyetujui rencana kencan itu dengan sangat antusias. Dia membatalkan semua janji sore-nya. Tidak ada yang lebih penting dari pada segera pulang ke rumah di jam makan siang untuk bisa bersantap bersama kedua sahabat yang sudah lama tidak bertemu.Tapi itu bisa menunggu, siapa sih yang tidak mau berkencan dengan istrinya sendiri? Adit heran kenapa hal semacam ini tidak terpikirkan olehnya. Kapan terakhir kali dia mengajak Rani dinner romantis berdua? Adit tidak bisa ingat, atau memang mereka belum pernah melakukannya? Ya ampun, mengerikan sekali! Padahal dulu saat ia berpacaran dengan Ghea ia selalu menghabiskan banyak waktu. Tetapi dengan Rani? Apa karena Adit menganggap Rani hanya gadis biasa saja? "Bim, makasih banyak lho hadiahnya," ujar Adit saat mereka sudah kenyang menyantap makan siang. Ucapan terima kasih itu tulus Adit ucapkan, seolah sahabatnya itu tahu bahwa Adit dan Rani memang memerlukan jeda manis semacam ini di antara masalah bertubi-tubi yang
Baca selengkapnya

22. Rencana Ghea

Ghea yang sedang emosi dan cemburu melihat keharmonisan Adit dan Rani, langsung memotret mereka berdua lalu mengirim fotonya ke Pak Tomi. Tidak lama kemudian ponsel milik Ghea pun berdering, ada panggilan masuk dari Pak Tomi, ia pun langsung menjawab panggilan telepon tersebut."Hallo Ayah." Ucap Ghea."Apa sekarang Adit, lagi bersama istrinya yang miskin itu?" Tanya Pak Tomi kepada Ghea."Iya, bahkan kelihatannya Adit malah jadi tambah deket sama dia." Jawab Ghea dengan nada datar, tidak lama kemudian ia pun langsung menanyakan bantuan Pak Tomi. "Katanya Ayah mau bantu hubungan aku sama Adit?" "Kamu tenang saja Nak, Ayah janji akan membuat wanita kampung itu pergi dari rumah Ayah. Karena sampai sekarang Ayah nggak sudi mempunyai menantu kampungan seperti dia, cuma kamu yang cocok buat jadi menantuku dan pendamping Adit!" Jawab Pak Tomi mencoba meyakinkan Ghea.Ghea menyunggingkan senyum liciknya, tidak berhenti di situ saja. Ia juga meminta Pak Tomi untuk menyuruh Adit pulang, agar
Baca selengkapnya

23. Hinaan Mertua.

Ghea tersenyum senang, melihat Adit yang pergi lebih dulu begitu saja tanpa mengantarkan Rani istrinya, dan melihat Rani yang akhirnya pulang dengan naik ojek."Aku puas banget, ternyata Om Tomi bener-bener bisa di andalkan. Syukurin kamu, akhirnya kamu pulang naik ojek. Macem-macem sih jadi orang, mestinya sadar diri kalau Adit itu enggak bakalan bisa hidup sama kamu." Ucap Ghea sambil meminum kopi yang ia pesan."Ternyata semudah ini, membuat kalian berdua agar jangan terus-menerus sering bersama. Selama Om Tomi masih ada di pihakku, aku harus secepat mungkin membuat kalian berdua hidup terpisah!" Gumam Ghea, yang mencoba untuk memikirkan cara selanjutnya yang akan ia pakai untuk memisahkan Rani dari Adit.***Sekarang Rani sudah sampai di rumah mertuanya, namun saat ia turun dari ojek, ada Ibu Ana yang sedang menggendong Tasya di halaman depan, melihat menantunya datang naik ojek ia pun langsung menanyakan keberadaan putranya."Lho Ran, kok kamu naik ojek? Emang Adit pergi ke mana?
Baca selengkapnya

24. Nasihat Yang Baik

"Tok tok tok." "Ran, ini Ibu! Boleh Ibu masuk?" Ucap Bu Ana yang tetap bersikap sopan, dan meminta izin untuk masuk ke dalam kamar Putranya."Boleh Bu." Jawab Rani dari dalam kamar, kemudian Rani langsung menyeka air matanya dan langsung membukakan pintu kamar. "Silahkan masuk Bu, padahal Ibu tinggal masuk aja, enggak usah pake izin lagi." Lanjut Rani dengan nada sendu.Bu Ana pun langsung masuk ke dalam kamar Adit, lalu menutup pintu kamarnya kembali, ia sudah menduga jika Rani pasti sedang tidak baik, karena perkataan dari suaminya memang sangat tajam."Kamu habis nangis ya Ran? Maafkan perkataan dari Ayah ya, tolong jangan di masukkan ke dalam hati, jujur saja Ibu merasa malu sama kamu." Ucap Bu Ana sambil menatap wajah menantunya."Ibu juga merasa sakit, saat mendengarkan perkataan dari Ayah, tapi mau bagaimana lagi, sudah wataknya keras seperti itu." Lanjut Bu Ana yang tetap merasa bersalah."Iya Bu tidak papa, Rani tidak memasukkan ke dalam hati, hanya saja untuk sekarang Rani
Baca selengkapnya

25. Permintaan Ghea

Adit menoleh ke arah belakang, ia pun langsung bertanya maksud kedatangannya itu."Ghea, kok kamu ada di sini?" Tanya Adit. "Aku tadi ada jalur jalan ke sini, jadi ya udahlah sekalian aja mampir sambil bawa ini!" Jawab Ghea sambil menunjukkan makanan yang ia bawa, ia pun lalu mencoba untuk mencari perhatian dari Pak Tomi, dengan alasan mengajaknya untuk makan bersama."Ayah juga ikut makan ya, kita makan bareng-bareng!" Lanjut Ghea."Terima kasih banyak Ghea, tapi Ayah sudah makan tadi di rumah sama Ibu. Kamu makan aja berdua sama Adit, kebetulan kamu juga belum makan kan Dit?" Ujar Pak Tomi yang langsung menyetujui permintaan Ghea."Kamu makan duluan aja, aku lagi sibuk banyak kerjaan!" Jawab Adit yang langsung menolak tawaran Ghea dan Ayahnya.Mendengar Adit yang langsung menolak dengan tegas, Pak Tomi langsung mengambil alih kerjaan yang sedang di pegang oleh Adit."Udah sana kamu makan dulu, biarin Ayah aja yang gantiin kerjanya!" Titah Pak Tomi sambil mengambil nota pembayaran,
Baca selengkapnya

26. Rencana Pak Tomi.

"Sepertinya aku harus membuat rencana, agar Adit bisa kembali dekat dengan Ghea." Gumam Pak Tomi saat dirinya di tinggal begitu saja oleh Adit, ia lalu masuk ke dalam ruangan Adit untuk melihat keberadaan Ghea."Ceklek!" Ketika pintu terbuka, Ghea menoleh dengan sumringah karena ia pikir Adit datang kembali untuk menemaninya, tapi ternyata yang datang adalah Pak Tomi."Ayah!" "Aku kira Adit datang lagi, untuk nemenin aku makan di sini." Lanjut Ghea dengan mimik wajah yang terlihat kecewa."Ayah juga tadi udah nyuruh Adit agar di sini saja, tapi ternyata sekarang susah juga untuk bisa membujuk Adit." Jawab Pak Tomi."Ayah apa aku bisa kembali lagi bersama Adit? Melihat kebersamaan dan kedekatan Adit dengan istrinya, jujur saja itu semua membuatku sakit hati. Dan aku juga jadi menyesal karena sudah pergi kuliah ke Hongkong, meninggalkan hubunganku dengan Adit." Ucap Ghea yang sengaja berbicara seperti itu, untuk memancing Pak Tomi agar bisa membantunya."Lho kamu jangan menyerah dan p
Baca selengkapnya

27. Mulai Perhatian.

"Bu tumben masaknya enggak di temenin sama Rani? Rani ke mana?" Tanya Adit sambil celingak-celinguk mencari keberadaan istrinya."Rani ada di kamar, Ibu yang nyuruh dia agar istirahat." Jawab Bu Ana sambil memetik daun bayam."Memangnya Rani kenapa Bu? Apa dia sakit? Perasaan tadi siang baik-baik saja." Ucap Adit yang langsung memberikan beberapa pertanyaan kepada Ibunya.Bu Ana menaruh baskom yang berisi rendaman bayam, ada perasaan lega di dalam hati Bu Ana, melihat anaknya yang terlihat peduli dan sangat memperhatikan istrinya itu."Orang yang istirahat itu bukan berarti untuk orang sakit saja Nak, Ibu memang sengaja menyuruh Rani agar tidur dan istirahat bersama Tasya." Ucap Bu Ana sambil menatap wajah putra bungsunya."Ibu enggak mau menantu Ibu sakit karena kelelahan, kamu harus tahu kalau mengurus anak kecil itu cape, belum lagi tengah malam harus ikut bergadang jika anak kita melek." Lanjut Bu Ana."Iya Bu, Adit kaget, Adit kira Rani sakit." Jawab Adit yang terlihat khawatir.
Baca selengkapnya

28. Bu Ana Tak Setuju.

"Maksud Ayah apaan sih? Coba yang jelas kalau mau ngomong serius tuh!" Ucap Bu Ana sambil berjalan pelan menghampiri suaminya."Kalau ngomong sama Ibu tuh harus jelas terus, jadi gini ada temen Ayah nawarin tanahnya yang mau di jual. Jadi Ayah pengen Adit pergi melihatnya ke sana, karena kata temen Ayah, lokasinya sangat strategis Bu." Jawab Pak Tomi menjelaskan bagian intinya saja.Untuk sejenak, Bu Ana diam saja mendengarkan perkataan dari suaminya, sebelum ia mendengar semua ceritanya Bu Ana tidak akan berkata-kata sepatah kata pun."Gimana menurut pendapat Ibu? Sepertinya kalau kita beli dan kita jadikan tempat usaha, itu hasilnya akan sangat menguntungkan sekali Bu!" Ucap Pak Tomi yang langsung membeberkan tentang hasilnya saja.Setelah berpikir untuk sejenak, Bu Ana lalu mengeluarkan pendapatnya."Bagaimana ya Yah? Kalau menurut Ibu sih jangan dulu melihat tentang hasil dan untungnya dulu, kita kan belum tau kondisi pemasaran di daerah sana itu seperti apa? "Apalagi posisinya s
Baca selengkapnya

29. Keputusan Pak Tomi.

"Maksud Ayah apa?" Ucap Bu Ana dan Adit secara bersamaan."Maksud Ayah, biarkan Adit berangkat sendirian saja dulu, di survei aja terlebih dulu. Setelah mengetahui lokasinya bagus atau tidak baru kamu pulang, kita bicarakan lagi di rumah!" Jawab Pak Tomi menjelaskan semuanya secara detail."Beneran cuma gitu doang? Ayah belum membeli tanah dan bangunannya kan?" Tanya Bu Ana dengan penuh rasa curiga."Belum Bu, perjanjiannya itu Ayah lihat-lihat dulu soal tempatnya strategis atau tidak, sama lihat kondisi tanah dan bangunannya cocok atau tidak. Nah makanya Ayah pengen Adit yang pergi ke sana besok, buat survei lokasinya saja dulu!" Ucap Pak Tomi yang masih tetap berusaha meyakinkan.Adit yang dari tadi hanya diam saja, akhirnya membuka suaranya, dan memberikan pertanyaan kepada Ayahnya."Kenapa enggak Ayah saja yang pergi memantaunya? Nantinya kan Ayah lebih mengerti dan tau tanah tersebut cocok tidak?" Kata Adit."Kamu ini sebelas dua belas sama kayak Ibumu, kalau Ayah lagi enggak sak
Baca selengkapnya

30. Firasat Seorang Istri

Adit lalu mengingatkan kembali Rani, jika sikap Ayahnya itu paling anti dan tidak bisa menerima penolakan."Mau bagaimana lagi, kamu tau sendiri kelakuan Ayah kalau enggak di turuti seperti apa?" "Aku dan Ibu juga sudah berbicara, agar tanah itu enggak usah di beli karena terlalu jauh dari sini, tapi Ayah bersikeras menyuruhku untuk tetap menyurvei tanah tersebut." Lanjut Adit menjelaskan hasil rundingan tadi. "Kamu sama Ayah berangkatnya jam berapa? Kalian pergi ke sana naik pesawat atau kereta?" Tanya Rani dengan sangat detail."Aku berangkat sendirian saja Ran soalnya Ayah lagi sakit pinggang, aku berangkat ke sananya naik pesawat. Jadi berangkat dari rumah kira-kira pas subuh dari sini sekitar jam 5 pagi soalnya pesawatnya terbang jam 07.15 WIB, jadi biar enggak telat." Jawab Adit memberitahu jadwal pemberangkatannya."Kamu berangkat sendirian? Aku kira kamu berangkatnya bareng sama Ayah, kamu enggak papa berangkat sendiri?" Tanya Rani yang tiba-tiba saja merasa tidak nyaman men
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status