"Wajar, kan nge-ASI-innya? ASI kamu lancar?" kata Ulfa menanggapi sebelum kemudian mendekatkan dirinya ke ranjang Rani. "Aku nggak tepat banget ya, dateng jelang sore gini? Harusnya kamu kan banyak istirahat apa lagi kamu lahirannya cesar."“Ya, aku tidur sebentar aja ya, kalo gitu.” kata Rani. Ulfa mengangguk dan membiarkan sahabatnya itu tidur. Ya, Rani memang sulit tidur. Tadi, beberapa belas menit yang lalu, Adit memaksanya untuk tidur. Rani butuh istirahat juga kan, supaya kondisinya lekas pulih.Sementara itu, Tatia sudah meronta ingin diturunkan dari gendongan papanya, "Daddy, aku mau liat dedek bayinya!" pintanya agak sedikit keras. Ulfa melihat ke arah anaknya itu kemudian membuat gestur 'jangan berisik' dengan satu jarinya yang ia taruh di depan bibir. "Jangan teriak-teriak, Tatia. Nanti Tante Rani sama dedek bayinya bangun!" peringat Ulfa pada Tatia. Bocah itu mengangguk, mengerti, hingga akhirnya diturunkan Bima. Bersama Ulfa, Tatia melihat dengan takjub bayi mungil y
Read more