Adit lalu mengingatkan kembali Rani, jika sikap Ayahnya itu paling anti dan tidak bisa menerima penolakan."Mau bagaimana lagi, kamu tau sendiri kelakuan Ayah kalau enggak di turuti seperti apa?" "Aku dan Ibu juga sudah berbicara, agar tanah itu enggak usah di beli karena terlalu jauh dari sini, tapi Ayah bersikeras menyuruhku untuk tetap menyurvei tanah tersebut." Lanjut Adit menjelaskan hasil rundingan tadi. "Kamu sama Ayah berangkatnya jam berapa? Kalian pergi ke sana naik pesawat atau kereta?" Tanya Rani dengan sangat detail."Aku berangkat sendirian saja Ran soalnya Ayah lagi sakit pinggang, aku berangkat ke sananya naik pesawat. Jadi berangkat dari rumah kira-kira pas subuh dari sini sekitar jam 5 pagi soalnya pesawatnya terbang jam 07.15 WIB, jadi biar enggak telat." Jawab Adit memberitahu jadwal pemberangkatannya."Kamu berangkat sendirian? Aku kira kamu berangkatnya bareng sama Ayah, kamu enggak papa berangkat sendiri?" Tanya Rani yang tiba-tiba saja merasa tidak nyaman men
Rani sudah ada di dapur lebih awal, dari jam 3 pagi ia menyiapkan sarapan dan persiapan untuk Adit, padahal sejak semalam ia tidak bisa tidur sama sekali. "Rani!" Panggil Ibu Ana."Iya Bu." Jawab Rani sambil menoleh ke arah belakang.Bu Ana melihat ada beberapa makanan yang sudah tersaji di atas meja, tak bisa di pungkiri menantunya yang satu ini memang sangat rajin."Jam segini sudah selesai bikin sarapan, kamu bangun jam berapa?" Tanya Bu Ana. "Aku nyiapin dan mengecek kembali perlengkapan Adit takut ada yang tertinggal, setelah selesai langsung ke sini buat bikin sarapan Bu." Jawab Rani menjelaskan yang sudah ia kerjakan."Kamu bergadang semalaman ya Ran?" Tanya Bu Ana sambil menatap wajah menantunya."Iya Bu, semalam Tasya malah kebangun, pas dia udah tidur ternyata udah pagi." Jawab Rani dengan jujur."Lain kali kamu istirahat saja, meski pun Adit mau ada acara keluar, biar Mbok Nurmi yang menyiapkan makanannya.Tuh liat mata kamu sampe item kayak gitu!" Tegur Bu Ana."Enggak pa
"Ghea." Kata Adit yang terlihat kaget saat mengetahui orang tersebut adalah Ghea."Kamu, pagi-pagi begini mau kemana?" Lanjut Adit bertanya tujuan Ghea."Aku mau ke kota Surabaya Dit, ada undangan pernikahan dari temen, kamu sendiri mau kemana?" Jawab Ghea memberikan alasan, dan seolah-olah mereka berdua bertemu karena takdir."Aku juga mau ke Surabaya di suruh Ayah sih, buat survei lokasi tanah yang di tawarkan oleh temannya." Jawab Adit. Ghea tersenyum senang mendengarnya, ia terus bertanya kegiatan yang akan di lakukan oleh Adit selama ada di Surabaya."Wah kebetulan banget kita ketemu di sini Dit, jadi aku enggak bosan selama di perjalanannya. Oh ya tadi kamu bilang mau survei tanah, memangnya Ayah kamu mau beli tanah di sana?" "Katanya sih pengen buka usaha atau cabang di sana, aku enggak tahulah pemikiran Ayah gimana, padahal jaraknya jauh banget kenapa enggak cari yang dekat-dekat aja." Jawab Adit yang langsung memberitahu semuanya kepada Ghea.Jika sudah bertemu dengan Ghea,
"Paling lusa aku pulang dari sini, besok aku survei tanah lokasi yang Ayah ingin, setelah itu kalau cocok bisa langsung nego soal harganya." Jawab Adit, setelah itu ia berusaha untuk mengerjai Rani."Baru di tinggal sebentar, kamu udah kangen ya sama aku." Lanjut Adit sambil tertawa."Apa sih, bukan gitu, aku takut kamu di sananya lama, sedangkan pakaian yang aku siapkan cuma sedikit." Ucap Rani yang mengkhawatirkan kebutuhan Adit.Adit tersenyum senang mendengarnya, ia tahu kalau Rani akan selalu memperhatikan dirinya dengan sangat detail."Kamu tenang saja, di Hotel ada jasa londri kok, jadi aku bisa langsung kasih pakaian yang kotor ke mereka. Aduh kamu ini bener-bener ya sayang, masalah itu aja sampai khawatir seperti itu." "Hari ini Tasya gimana, enggak rewel kan di tinggal pergi Papa nya?" Lanjut Adit menanyakan kabar putrinya."Enggak rewel kok, dia makan dengan baik seperti biasanya." Jawab Rani menjelaskan keadaan putrinya."Syukurlah kalau begitu, aku juga berharap agar Mam
Pak Tomi menoleh sebentar ke arah samping, di lihatnya Anjar anak sulungnya sedang berada di dekatnya."Eh kamu Nak, kamu kok sendirian aja, mana anak dan istri kamu?" Tanya Pak Tomi berbasa-basi."Mereka enggak ikut, soalnya Amel repot, Ayah tadi lagi telepon sama siapa? Kok ngomongnya kayak gitu? Kasian Rani kalau denger ucapan Ayah, belum lagi Ibu pasti merasa sedih Ayah gara-gara Ayah jadi jahat kayak gitu." Ucap Anjar yang kembali bertanya dan ingin memastikan perkataan dari Ayahnya."Udah kamu jangan ikut campur, dari awal Ayah benar-benar enggak suka sama dia, dan sampai nanti pun Ayah enggak akan mengakui dia." Jawab Pak Tomi yang langsung bicara blak-blakan begitu saja.Anjar menggelengkan kepalanya, tak percaya jika Ayahnya tega berbicara seperti itu, untungnya dia hanya datang sendiri, jadi anak dan istrinya tidak perlu tahu apa yang bara saja ia dengar."Apa Ayah tetap mau menggantikan Rani dengan Ghea?" Tanya Anjar, ia tahu cuma Ghea kandidat kuat yang dipilih oleh Ayahny
"Ghea, loe kenapa sih tiba-tiba ngejauhin gue kayak gini?" Tanya David, yang merasa bingung dengan sikap Ghea baru-baru ini."David inget ya, kita enggak ada hubungan sama sekali, jadi gue mohon jangan hubungi gue lagi!" Jawab Ghea mengingatkan David agar tidak menghubunginya lagi.David langsung geram mendengarnya, ia lalu meminta penjelasan dari Ghea."Salah gue sama loe apa? Bukankah sebelumnya hubungan kita baik-baik saja? Dan sekarang loe tiba-tiba saja ngehindar dan enggak mau kenal lagi sama gue maksudnya apa coba?" "Kita enggak ada hubungan apa-apa David, apalagi hubungan spesial seperti sepasang kekasih, harusnya loe tahu itu!" Elak Ghea."Loe gila ya, enggak ada hubungan gimana? Kita udah sering tinggal bersama bahkan tidur di kasur yang sama, loe bilang enggak ada hubungan spesial sama sekali?" Cecar David yang tetap tidak terima dengan keputusan dari Ghea."Udahlah David, kita kan udah dewasa, apa yang terjadi sebelumnya atas dasar sama-sama butuh tanpa di dasari rasa suk
“Kamu mau makan di mana, Ghe?” tanya Adit setelah merapikan barang-barangnya. Ghea pura-pura berpikir kemudian menatap Adit. “Kita makan di restoran yang ada di hotel ini saja, aku males dan cape kalau harus keluar lagi,” kata Ghea. Padahal saat ini Ghea sudah merencanakan sesuatu yang sangat jahat untuk Adit. Sayang, Adit terlalu naif untuk bisa melihat kejahatan Ghea. Akhirnya, ia dan Ghea pun makan malam di sebuah restoran yang ada di hotel berbintang di kota pahlawan itu. Ghea sengaja memesan makanan kesukaan Adit dan ia juga memesankan mojito strawberry untuk Adit dan untuknya sendiri lemon squash. Tanpa Adit tahu jika Ghea sudah bekerja sama dengan waiters untuk mencampurkan sesuatu ke dalam minuman Adit."Kita udah lama ga makan berdua kayak gini, ya? Aku seneng banget loh bisa kebetulan ketemu kayak begini, makan bareng kayak dulu.""Aku juga kadang ingat masa kita dulu, tapi sudahlah sekarang aku sudah memiliki Rani dan Tasya. Tapi, sekarang ya kita nikmati saja kebersama
Hari itu juga Adit memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Dia tidak ingin berlama-lama bersama Gea di kota itu."Kamu jadi pulang hari ini?" Tanya Ghea saat mereka berpapasan di lobby hotel.Adit menganggukkan kepalanya tetapi ia juga mengerutkan dahi saat melihat Gea membawa kopernya. "Kamu mau ke mana?" Tanya Adit."Kamu pikir setelah apa yang terjadi semalam saya tetap mau tinggal di sini? Saya juga mau pulang. Harusnya tadi malam saya menghadiri pernikahan teman saya tapi gara-gara kamu saya jadi nggak bisa ke pesta. Parahnya lagi semalam kamu sudah...." Dia sengaja tidak melanjutkan ucapannya. Iya memang sangat pintar mengintimidasi seseorang. Saat ini yang ia inginkan adalah rasa bersalah dan ketakutan Adit. Iya tidak mau rencananya gagal, walau bagaimanapun Adit sebentar lagi harus menikahinya. "Pesawat saya 2 jam lagi take off Jadi sekarang saya harus langsung ke bandara," kata Adit.Tanpa Adit ketahui ponselnya sudah disadap oleh Gea, sehingga gaya bisa mengetahui aktivitas