"Mas kamu udah pulang? Kok nggak kasih tahu kalau udah di jalan, aku kan bisa siapin kamu makanan," kata Rani menyambut kedatangan Adit siang itu. Sebenarnya Adit sudah sejak pukul 09.30 tadi sampai di Jakarta. Tapi Gea memaksanya untuk pergi ke apartemen Gea terlebih dahulu. Rupanya Gea memiliki apartemen sendiri selain rumah orang tuanya. "Iya. Aku sengaja mau kasih kejutan jadi aku pulang nggak bilang-bilang," kata Adit.Mendengar suara Adit di halaman depan Pak Tommy pun langsung menghampiri anak bungsunya itu. "Udah pulang Dit? Jadi ceritanya Ayah nggak mungkin bisa beli tanah di sana, karena lokasinya nggak strategis, ya?" "Ayah anaknya baru pulang jangan langsung ditanyain yang macam-macam dong. Kan bisa disuruh istirahat dulu, ini udah jam makan siang kita bisa makan siang sambil ngobrol-ngobrol," kata Bu Ana.Pak Tomi hanya mengangkat bahunya lalu berkata. "Dia kan naik pesawat juga, bukan jalan kaki dari Surabaya. Selama di sana baik-baik aja kan?""B-baik kok, ga ada ap
"Kamu kenapa sih, Mas ... semenjak pulang dari Surabaya kamu jadi aneh," kata Rani kepada Adit.Rani menyadari perubahan sikap suaminya itu sejak Adit pulang dari Surabaya beberapa hari yang lalu. Seminggu ini Rani sering melihat suaminya itu diam dan melamun sendiri. Bahkan Adit juga sering terlihat tidak fokus dalam pekerjaannya. Ia menjadi sedikit lebih pendiam dari biasanya. Hal itu tentu saja membuat Rani kebingungan. "Aku nggak apa-apa kok. Cuman di toko lagi banyak kerjaan aja. Ada beberapa pesanan barang yang belum bisa aku antarkan kepada konsumen karena telat dari pabriknya."Rani mengerutkan dahi. Tidak seperti biasanya suaminya bersikap seperti itu. Rani sangat mengenali Adit, untuk urusan pekerjaan Adit tidak pernah lalai. "Apa kamu sudah menghubungi suppliernya, Mas?" Tanya Rani."Sudah. Memang terlambat dari sananya. Tidak masalah kok kamu tenang saja, semua pasti beres," jawab Adit.Lagi itu pun menghindar dengan cara keluar dari kamar. Sementara Rani yang sedang be
Adit hanya terdiam, Ia memang harus menyampaikan masalah ini kepada sang Ayah. Bener apa yang dikatakan Ghea, saat ini hanya Pak Tomi yang bisa mendukungnya. Jika ia mengadu pada ibunya, itu sama saja ia bunuh diri. Bu Ana dan Rani sangat dekat meskipun pada awalnya Bu Ana juga tidak menyetujui hubungan mereka. Tetapi ternyata Rani sudah berhasil mengambil hati Ibu kandungnya itu. Rani memang gadis yang baik. "Baik aku akan mengatakan semua ini kepada Ayahku. Aku bawa hasil USG dan surat keterangan dokter ini. Aku akan bicara pada ayah malam ini juga," kata Adit."Kamu nggak takut kalau kamu bawa hasil USG dan surat keterangan dokter itu ke rumah lalu Rani memeriksa tasmu dan ketahuan semuanya? Yang paling betul adalah ajak ayahmu bertemu di luar biar kita mengatakan semua ini sama-sama!" Ghea memang tidak percaya jika Adit akan mengatakan semua itu kepada Pak Tomi. Ia memiliki rencana yang lain juga. Belum saatnya Rani mengetahui hubungannya dengan Adit. Tetapi ia akan membuat Ran
"Mama dan Papa akan datang ke pernikahanmu dan Adit jika memang kalian akan menikah. Tapi setelah itu mama dan papa tidak mau bertanggung jawab lagi atas hidup kamu. Jujur saja Papa sudah malu dengan semua kelakuan kamu di luar sana, Ghea. Ini yang Papa takutkan. Tapi semuanya sudah menjadi bubur, silakan jika kalian mau menikah. Kami tidak akan menghalangi, kami juga tidak akan menuntut mahar yang lebih karena kami tahu jika Adit sudah memiliki istri. Dan dia juga menikah tanpa seizin istri tuanya Adit," kata Pak Rustandi.Pak Rustandi dan Bu Silvi memang orang tua yang bijaksana. Selain juga kaya, mereka bukan orang yang sombong. Selama ini mereka selalu mengajarkan yang baik-baik kepada putra-putrinya. Hanya saja dia memang sedikit berbeda dari anak-anak mereka yang lain. Ghea sedikit susah diatur dan juga kadang bersikap seenaknya. "Tapi tetap saja saya sebagai orang tua Adit tidak bisa membiarkan begitu saja Pak, Bu. Kasihan juga Ghea jika menikah tidak diadakan pesta. Apalagi G
"Bagaimana para saksi, sah?" "Sah!""Sah!" Adit menghela napas panjang, akhirnya saat ini ia sudah menjadi seorang suami dengan dua orang istri. Sementara Ghea dan pak Tomi tampak sangat puas. Sementara itu Kayla kakak kandung Ghea hanya bisa menggelengkan kepala melihat pernikahan itu.Kayla sangat mengenal siapa adiknya itu. Kedua orang tuanya tidak pernah percaya jika mereka diberitahu bagaimana kelakuan gaya di luar sana. Tetapi akhir-akhir ini Ibu mereka sudah mulai percaya dengan perkataan Kayla. Mereka tidak heran jika akhirnya dia menikah dengan suami orang bahkan hamil diluar nikah. "Jaga adik saya baik-baik. Semoga saja menikah denganmu bisa merubah akhlaknya menjadi lebih baik lagi," kata Kayla kepada Adit.Adit mengerutkan dahi saat mendengar perkataan Kayla. Bagaimana mungkin seorang kakak bisa berkata demikian kepada adiknya? Tetapi Adit tidak mau ambil pusing. Setelah acara akad dilakukan, saatnya acara makan bersama. Meskipun tidak diadakan resepsi tetapi keluarga
Kamu nggak mau ajak aku bulan madu, Mas?” tanya Ghea dengan manja malam hari itu. Adit baru saja selesai menelepon Rani dan mengatakan jika ia sedang mengurus pekerjaan. Lelaki itu menoleh ke arah Ghea. “Aku belum bisa pergi dalam waktu lama. Nanti akan aku atur supaya kita bisa berbulan madu,” kata Radit.Ghea mengembuskan napas sedikit kecewa. Tapi, inilah resikonya menjadi istri kedua. Tidak masalah, yang paling penting saat ini anak dalam kandungannya memiliki Ayah.“Mas ....” Perlahan Ghea mendekati Adit, lalu mulai memeluk tubuh Adit sambil membelai dada lelaki yang sudah menjadi suaminya itu perlahan. Adit adalah lelaki normal, seperti kucing jika disodori ikan ya jelas tidak akan menolak. Dan kemudian apa yang semestinya terjadi mereka lakukan kembali. Kali ini Ghea tidak perlu memberikan obat perangsang. Ia mengeluarkan semua kepintarannya di atas ranjang, sehingga membuat Adit benar-benar merasakan apa yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan dari Rani. Dan pagi itu, Adi
Adit hanya bisa pasrah saat Pak Tomi mengantarnya dan Gea ke bandara. Yang saat ini ia pikirkan adalah reaksi sang istri. Tentu nanti dia tidak akan bisa menjawab telepon Rani karena Ghea akan marah dan Adit sudah berjanji untuk bersikap adil kepada kedua orang istrinya itu. "Kalian bersenang-senang ya, Ayah membelikan kalian tiket pulang pergi. Satu minggu di sana, jangan pikirkan apa-apa. Kalau perlu matikan handphonemu supaya Rani tidak bisa menghubungi. Nanti ayah yang akan membuat alasan kepadanya. ayah akan menjemput kalian ketika kalian pulang," kata Pak Tomi. "Pasti kami akan bersenang-senang, Yah. Ayah jangan khawatir, mas Adit akan menjagaku dengan baik," kata Ghea. Sepasang pengantin baru itu pun melangkah masuk untuk check in. Sementara Pak Tommy langsung pulang ke rumahnya. Saat melihat suaminya pulang sendiri Bu Ana tentu saja mengerutkan dahi. Firasatnya mengatakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh suami dan anaknya itu. "Kok pulang sendiri sih? Mana Adit? Dari
"Kandungan kamu kan masih kecil juga. Tadinya aku baru akan memberitahu kepada Rani ketika kandunganmu berusia 7 bulan. Aku akan mengadakan selamatan untuk anak kita sekaligus juga aku akan memberitahu Rani. Kalau kandunganmu sudah besar Rani mungkin akan maklum," kata Adit."Masa iya harus menunggu kandungan gue besar dulu baru kamu mau memberitahu istrimu? Aku ini juga istri kamu, Mas!" Hardik Ghea dengan kesal."Sudahlah Ghea! Kamu jangan terlalu banyak menuntut sama aku. Malam itu adalah kesalahan, masih untung aku mau bertanggung jawab. Tapi tolong, kamu jangan memaksaku seperti ini. Sekarang kita masih dalam bulan madu jadi kita nikmati saja dulu lah," kata Adit. Lelaki itu tidak mau memikirkan hal-hal lain dulu. Saat ini ia juga sedang berpikir bagaimana cara memberitahu pernikahan keduanya kepada Rani. Sementara Ghea sendiri sedang berpikir, saat ini kandungannya sudah 2 bulan. Adit memberitahu 7 bulan lagi, maka orang-orang akan curiga dan tahu jika anak ini bukanlah anak A
Rani yang sedang sibuk membuat kue bersama Mbok Suti sontak mengalihkan perhatiannya ketika mendengar ponselnya berdering. Terpaksa dia harus meninggalkan pekerjaannya lebih dulu untuk melihat notifikasi apa yang masuk ke ponselnya.Tak lama kemudian, bibir Rani menerbitkan sebuah senyuman setelah membaca beberapa pesan dari pelanggan barunya. Hari ini adalah hari pertama Rani membuka toko online-nya, dan sudah ada 3 orang pelanggan yang memesan kuenya. Sebisa mungkin Rani akan menyelesaikan kuenya hari ini juga, dan mengantarkannya tepat di hari pelanggan itu memesan pesanan kuenya.Rani menaruh ponselnya ke tempat semula, lantas melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Mbok Suti yang sedang mengaduk adonan baru ikut tersenyum ketika melihat raut wajah bahagia Rani yang sudah lama tidak dia lihat. Ternyata, Rani tidak selemah yang dia pikirkan. "Mbok, yang ini kue ulang tahun, ya?" tanya Rani memastikan."Iya, Non. Itu belum dikasih note, soalnya takut acak-acakkan kalau Mbok yang
Rani dengan wajah seriusnya duduk di depan laptop untuk mengedit bagian-bagian penting yang akan dia perlukan untuk kebutuhan toko online-nya. Usulan Mbok Suti tadi pagi berhasil membuka pikiran Rani mengenai bisnis kue yang akan dia jalankan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Bakat masak yang Rani dan Mbok Suti miliki bisa menjadi ladang penghasilan untuk mereka selama beberapa bulan ke depan. Walaupun masih ada cukup uang yang ada dalam tabungan Rani, tapi dia tidak bisa langsung menggantungkan hidupnya dari sana. Rani harus punya pekerjaan sampingan agar hidupnya tidak terlalu memprihatinkan.Meski pun Bu Ana berjanji selalu mendukung keputusannya dan juga akan memberikan biaya untuknya dan Tasya tetapi, Rani tidak mau terlalu bergantung pada Ibu mertuanya itu.Lain dengan Rani, saat ini Mbok Suti tengah belanja ke swalayan untuk membeli bahan-bahan kue yang akan dia dan Rani buat nanti malam. Rani akan membutuhkan beberapa kue untuk dia foto dan akan dia pasang di banner iklan
Helaan napas tak berhenti keluar dari mulut Adit yang sedari tadi tengah mondar-mandir di depan kamarnya. Pintu kamar yang dibiarkan terbuka membuat Ghea bisa melihat tingkah suaminya dari dalam. Bukannya mencoba menenangkan, Ghea justru malah sibuk bersantai ria di atas kasur dengan secangkir coklat panas di atas nakas.Adit berdecak kasar, mengacak rambutnya frustrasi karena dia masih merasa dengan kepergian Rani. Rani pergi tanpa sepengetahuannya. Bahkan Mbok Suti pun dikabarkan ikut dengan Rani dan Tasya entah ke mana.Ghea memutar bola matanya malas, lantas beranjak dari tempat tidur dan menghampiri Adit yang sedang dilema. Meskipun Ghea tak suka melihat Adit yang masih terlihat mengkhawatirkan Rani, tapi dia tidak peduli.Setidaknya Adit dan Rani sudah berpisah meski belum resmi, dan kini hanya dialah satu-satunya istri yang Adit miliki."Mas, kamu nggak bosan dari tadi mondar-mandir terus?" tanya Ghea, lalu memeluk Adit dari belakang agar suaminya itu menghentikan kegiatan ta
“Silakan saja kalau Ayah tidak percaya jika Tasya cucu Ayah. Saya merasa sangat kecewa sekali. Saya tau jika hubungan saya dan mas Adit juga tidak mendapatkan restu ayah tadinya. Saya juga tahu jika kami sudah melakukan kesalahan. Tetapi, saya tidak pernah berhubungan dengan lelaki lain,” kata Rani. Selama ini wanita itu sudah cukup diam. Kali ini ia tidak akan diam saja mendengar hinaan dari Ayah mertuanya itu. Bu Ana sendiri merasa sangat kaget karena baru kali ini mendengar Rani bersuara seperti ini. Selama ini wanita itu lebih banyak diam dan mengalah. “Ibu percaya kepada kamu, Rani. Baiklah, kita akan menunggu dua bulan lagi. Jika memang anak dalam kandungan Ghea itu anak Adit, kita akan mencari jalan keluar. Ibu tidak mau Adit dan Rani berpisah. Tetapi, jika terbukti anak itu bukan anak Adit maka Ibu tidak akan membiarkan penipuan ini berlangsung lama,” kata Bu Ana dengan tegas.**Terik matahari membuat peluh keringat di dahi Rani semakin bertambah banyak. Kulit putih dan mu
Adit tersentak mendengar perkataan Rani.“Cerai? Tidak! Aku tidak mau. Kamu harus mendengarkan dulu penjelasanku. Aku dan Ghea itu ....” Adit pun menceritakan semua yang terjadi di malam itu. Tanpa ada yang ia kurangi sama sekali.“Demi Allah ... Aku nggak pernah sadar kalo aku meniduri Ghea.”“Awalnya ga sadar, tapi setelah itu kamu pasti sering melakukannya, bukan? Jawab dengan jujur!”Adit terdiam, apa yang dikatakan oleh Rani benar. Awalnya mungkin ia tidak sadar, tetapi bukankah setelah itu dia dan Ghea juga menikmati hubungan mereka?“Kamu ngga bisa jawab, kan? Itu karena memang kamu sudah bermain api, Mas!”“Aku ....” “Ceraikan aku!”BRAK!"Tidak, Ibu tidak mau kalian bercerai! Aduh!" Rani dan Adit tersentak. Keduanya menoleh, ternyata Bu Ana tanpa sengaja mendengarkan semua percakapan mereka. Dengan cepat, Adit menghampiri Ibunya yang sedang memegangi dadanya. Dengan cepat Adit segera memanggil perawat, sehingga Bu Ana dengan cepat ditangani oleh dokter. Untung serangan ja
“A-apa maksudnya ini. Mas, kenapa Ghea ....” Rani benar-benar tidak mengerti dengan kehadiran Ghea. Terakhir kali bertemu di Lombok beberapa bulan lalu, perut Ghea masih rata. Tapi sekarang ....“Tanyakan saja kepada suami kita. Dia yang sudah menghamili aku dan kami sudah menikah siri tujuh bulan yang lalu. Sekarang aku sedang hamil tujuh bulan,” kata Ghea dengan lantang. Bu Ana segera menghampiri Ghea dan langsung menampar perempuan itu dengan kesal. “Jangan kurang ajar kamu! Anakku tidak mungkin menikahi kamu,” kata Bu Ana. “Apa yang Ibuku katakan benar. Adikku nggak mungkin menikah dengan kamu, Ghea,” sahut Anjar membenarkan. “Ayah kalian sendiri yang menjadi saksi pernikahan kami.” JLEB!Seketika ingatan Bu Ana dan Rani melayang di saat Adit dan Pak Tomy pergi berdua saja. Bu Ana langsung memicingkan mata dan menatap PakTomy.“Keterlaluan kamu, Yah!” seru Bu Ana.“Ghea sudah hamil karena perbuatan Adit, mana bisa aku tinggal diam. Jadi, aku mengizinkan Adit menikah lagi. La
“Apa rumah baru kamu sudah siap untuk ditempati, Dit?” tanya Bu Ana pagi itu. Adit menganggukkan kepalanya. Saat ini dia sangat bingung karena satu bulan lagi dia harus menepati janji kepada Ghea. Sebulan lagi, kandungan Ghea berusia 7 bulan. Adit sama sekali tidak tahu jika sebenarnya kandungan Ghea sudah berusia 8 bulan lebih, bahkan HPL Ghea hanya tinggal 2 minggu lagi. Sementara kandungan Rani baru 4 bulan. Dan lusa seharusnya Adit harus memberi kejutan untuk Rani. Dia akan membawa Rani ke rumah baru mereka dan semua itu sudah dipersiapkan.Dan pada hari itu, sesuai rencana Adit membawa Rani ke sebuah hotel berbintang. Mereka menitipkan Tasya kepada Bu Ana. Adit sudah menyewa suite room selama beberapa hari."Berapa lama kita di sini,Mas?""Kamu mau sebulan juga tidak masalah, Ran. Aku masih bisa membayar kamar hotel ini untukmu selama setahun," kata Adit membuat Rani mencebikkan bibirnya."Aku mempunyai kejutan lain untukmu sayang. Jadi, jangan banyak bertanya lagi. Kamu hanya
“Gimana hasilnya, Ran?” tanya Bu Ana. Rani keluar dari kamar mandi dan memperlihatkan hasil tespacknya kepada Bu Ana. “Tasya mau punya adik, Bu,” jawab Rani dengan gembira. Dan Bu Ana pun segera memeluk Rani dengan erat. Ia merasa sangat senang sekali jika memiliki cucu lagi.“Kita ke Dokter aja nanti sore waktu Adit pulang supaya kondisi bayimu bisa langsung diketahui oleh dokter,” kata Bu Ana. “Baik, Bu,” jawab Rani. Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya dengan lesu. Bu Ana yang melihat hal itu pun segera mengerutkan dahinya. “Kamu nggak seneng dengan kehamilan kamu ini, Rani?” tanya Bu Ana. “Bukan itu, Bu. Tapi, aku merasa sedikit khawatir dengan Tasya. Dia kan masih kecil, bagaimana jika nanti dia kekurangan kasih sayang, Bu?” Rani berkata lirih. Bukannya dia tidak bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah kepadanya, tapi, ia hanya takut tidak bisa menjadi orang tua yang baik buat anak-anak mereka.Bu Ana tersenyum mendengar perkataan menantunya itu. Dia sangat me
Ghea hanya menatap Rani dengan tajam. Tetapi, dia tidak peduli dan terus melanjutkan makannya di sana bersama dengan Rani dan Adit. Wanita itu tidak peduli sekali pun Rani terlihat tidak suka. “Kamu sampai kapan di sini?” tanya Rani. “Suka-suka aku dong. Mungkin aku nanti akan menunggu pacar aku datang menyusul ke sini atau mungkin juga akan pulang. Aku kan ke sini untuk berlibur. Aku yakin kamu baru kali ini kan liburan begini?” kata Ghea kurang ajar.“Ya, aku baru pertama kali liburan. Semua ini karena kebaikan ibu mertuaku,” jawab Rani percaya diri. Rani tau jika Ghea sengaja mengatakan itu karena ingin menghina dirinya. Tetapi, Rani tidak akan membiarkannya.Pada akhirnya karena Adit tidak mau perselingkuhannya terbongkar, ia memilih untuk segera pulang. “Padahal, jadwalnya kan masih dua hari lagi, Mas. Aku belum sempat ke ke Rinjani, loh,” kata Rani. “Kapan-kapan kita akan ke sini lagi, Sayang.” Dan, Adit pun pulang bersama Rani dua hari setelah kedatangan Ghea. Setelah ham