"Kandungan kamu kan masih kecil juga. Tadinya aku baru akan memberitahu kepada Rani ketika kandunganmu berusia 7 bulan. Aku akan mengadakan selamatan untuk anak kita sekaligus juga aku akan memberitahu Rani. Kalau kandunganmu sudah besar Rani mungkin akan maklum," kata Adit."Masa iya harus menunggu kandungan gue besar dulu baru kamu mau memberitahu istrimu? Aku ini juga istri kamu, Mas!" Hardik Ghea dengan kesal."Sudahlah Ghea! Kamu jangan terlalu banyak menuntut sama aku. Malam itu adalah kesalahan, masih untung aku mau bertanggung jawab. Tapi tolong, kamu jangan memaksaku seperti ini. Sekarang kita masih dalam bulan madu jadi kita nikmati saja dulu lah," kata Adit. Lelaki itu tidak mau memikirkan hal-hal lain dulu. Saat ini ia juga sedang berpikir bagaimana cara memberitahu pernikahan keduanya kepada Rani. Sementara Ghea sendiri sedang berpikir, saat ini kandungannya sudah 2 bulan. Adit memberitahu 7 bulan lagi, maka orang-orang akan curiga dan tahu jika anak ini bukanlah anak A
Setelah bermain dengan Tasya, Adit memutuskan untuk tidur. Ia sengaja mengunci ponselnya. Ia takut jika nanti Rani tidak sengaja membaca chatnya dengan Ghea.Sementara Rani sama sekali tidak curiga kepada Adit hingga ia membuka tas milik suaminya itu. Rani terkejut karena melihat ada baju tidur wanita di dalam tas itu.Adit yang belum terlalu lelap sempat melihat Rani membuka tasnya. Tapi saat Rani mengeluarkan baju tidur wanita dari dalam tas Adit langsung terkejut. "Kamu cari apa?" Tanya Adit gugup."Ini pakaian tidur siapa Mas?" Tanya Rani.Matilah ia! Adit ingat jika pakaian itu dibeli oleh Ghea. Memang baju itu belum dipakai, bahkan mereknya pun masih terpasang. Tetapi, jika ia memberikan kepada Rani, Ghea pasti akan marah. Bagaimana bisa mereka begitu ceroboh begini."Itu pakaian untukmu," jawab Adit dengan cepat. "Kalau yang ini aku percaya, untukku karena masih ada labelnya. Tapi, yang ini punya siapa?" Tanya Rani. Ternyata ada dua baju tidur dalam tas Adit. "I-itu baju ba
"Kamu dan Adit bertengkar, Ran?" Tanya Bu Ana saat Rani ke dapur untuk membuat makanan Tasya."Enggak kok, Bu. Kenapa Ibu bisa berpikiran kalau aku dan Mas Adit bertengkar?" Tanya Rani. "Tentu saja Ibu mendengar dan sekarang kalian tadi. Tadinya Ibu mau mengajakmu dan Tasya pergi sebentar. Baru saja mau mengetuk pintu terdengar Adit memarahimu, ada apa?" Rani menghela nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Wanita itu pun menceritakan tentang pertengkarannya tadi dengan Adit."Saya ingin berpikir positif, Bu. Tapi ini memang di luar kebiasaan Mas Adit. Tiba-tiba saja membelikan saya pakaian yang sebelumnya tidak pernah saya sukai," kata Rani."Apakah mungkin jika Adit ...." "Jika Mas Adit kenapa, Bu? Apakah ibu memikirkan apa yang sedang saya pikirkan?" Tanya Rani."Adit selingkuh maksudmu?" Tanya Bu Ana. Rani langsung menundukkan kepala dia merasa tidak enak kepada Ibu mertuanya itu. Tetapi, saat ini memang hal itu sudah terlintas dalam benak Rani. Saja dia belum mempu
"Kamu bukannya ke toko? Kenapa malah di sini dan bersama Ghea?" Tanya Bu Ana.Wanita itu benar-benar terkejut saat melihat Adit dan Ghea sedang bersama. Begitu juga dengan Rani, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan suaminya di mall ini."Aku tadi kebetulan mau belanja Bu. Terus ketemu Ghea, jadi kami jalan bersama," jawab Adit dengan cepat."Kamu Jangan berpikiran jelek dulu Mbak, ngeliatin akunya nggak usah sinis gitu," kata Ghea kepada Rani.Rani langsung mengerutkan dahi sambil menatap dia dari atas sampai bawah. Perasaan dia tidak melirik Ghea sama sekali, lalu kenapa wanita itu mengatakan jika dia melirik sinis kepadanya?"Saya nggak ada sinis sama kamu. Kamu aja yang terlalu baper kali. Padahal aku nggak berpikiran yang aneh-aneh kok. Tapi karena kalian seperti maling yang tertangkap, aku jadinya berpikiran aneh-aneh," jawab Rani."Kamu nggak usah berpikiran aneh-aneh Ran, aku sama dia nggak ada apa-apa kok. Aku tadi mau belanja buat kamu dan Tasya. Tadinya memang mau ka
"Apa yang kamu lakukan di sini? Kalau suamiku sampai tau bagaimana?!" pekik Ghea sambil menarik tangan David masuk. "Kamu sudah gila!" seru Ghea saat mereka sudah berada di dalam apartemen."Aku berhak menanyakan hal ini, selama ini hubungan kita sudah jauh. Dan aku tahu alasanmu menikah dengan lelaki itu karena menutupi kehamilanmu kan? Tidak mungkin kamu hamil secepat itu dengan suamimu. Bayi yang ada dalam kandunganmu itu adalah anakku kan?" Cecar David.Dia memicingkan mata kemudian mendorong bahu David."Berhenti mengatakan hal yang tidak-tidak. Bayi dalam kandunganku ini adalah anak dari suamiku."David mendecih, "Kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan dan rencanakan?""Apa yang aku pikirkan dan yang aku rencanakan bukan urusanmu! Aku hanya mau anak ini memiliki masa depan yang cerah. Kamu pikir gajimu itu berapa banyak? Tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhanku. Sementara Adit, dia itu memiliki orang tua yang kaya raya. Tokonya ada di mana-mana, kehidupanku akan
Ghea terdiam mendengar pertanyaan David. Tentu saja ia tidak ingin meninggalkan Adit. Apalagi Adit memiliki harta yang cukup dibandingkan dengan David.“Tentu saja aku akan meninggalkan dia,” jawab Ghea. David menghela napas panjang penuh kelegaan. Dia pun membelai rambut Ghea perlahan.“Kamu udah cek ke dokter kandungan? Apa anak kita sehat?” tanya David. “Bulan lalu sudah, tapi bulan ini belum. Aku belum berani cek up bersama dengan Adit karena dia tahu usia kandunganku kan baru dua minggu,” kata Ghea. “Kalau gitu, besok pagi kita ke dokter,” kata David. “Kamu mau nginep di sini? Nanti kalau mas Adit tiba-tiba ke sini bagaimana?” tanya Ghea.“Kan kamu sendiri yang bilang dia sedang di rumahnya,” jawab David.Ghea menghela napas panjang dan mengembuskannya. Ia pun langsung berinisiatif menghubungi Adit. Ghea: Mas, kamu tidur sini mala
Merasa jika rumah tangga anaknya sedikit mengalami gangguan kecil, Bu Ana pun menyuruh menantunya untuk sedikit memperbaiki diri. “Kamu ga usah malu melayani Adit di ranjang. Kamu kan istrinya yang sah,” kata Bu Ana. “Tapi, bagaimana dengan Tasya, Bu? Saya-““Malam ini biar si Mbok dan Ibu yang urus Tasya. Kamu di kamar layani Adit dengan baik, dan nanti kita ke mall lagi beli beberapa baju dinas buat kamu,” kata Bu Ana. “Baju dinas?” Bu Ana pun membisikkan sesuatu di telinga Rani, sehingga membuat wanita itu tersipu malu.Sore itu sesuai Rani menuruti perkataan Bu Ana Ia pun mengikuti bujukan Bu Ana untuk ke Mall dan membeli beberapa ‘pakaian dinas.’“Aduh, yakin beli yang begini, Bu?” kata Rani dengan wajah yang memerah.“Kamu mau suamimu berlari ke pelukan wanita lain atau ke pelukanmu?” kata Bu AnaRani hanya menurut pasrah, walau bagaimana Bu Ana lebih berpengalaman dengan seputar urusan rumah tangga.Dan malam ini Adit dibuat terkejut dengan penampilan sang istri, yang menya
Adit tersenyum senang, ia tidak menyangka jika Rani bisa bersikap liar dan binal seperti tadi.“Aku senang kamu liar seperti tadi, sering-sering ya Sayang. Semua lelahku jadi hilang jika pulang ke rumah diberikan servis seperti tadi. Jangan marah-marah dan cemburuan,” kata Adit.“Kalau aku masih cemburu tandanya aku masih cinta kepada kamu, Mas. Aku tidak mau kehilangan kamu karena orang ketiga yang muncul dalam rumah tangga kita,” kata Rani.“Kamu percaya saja kepadaku. Aku sangat mencintai kamu dan juga Tasya, Sayang.”Rani tersenyum, kemudian ia bangkit dari ranjang dalam keadaan telanjang.Adit suka dengan gayanya yang percaya diri, di usianya yang masih muda tubuh Rani memang sedang ranum-ranumnya. Tentu saja tidak ada lemak yang perlu disembunyikan di sana. Lekuk-lekuk tubuhnya sangat menggiurkan, sepertinya i
Rani yang sedang sibuk membuat kue bersama Mbok Suti sontak mengalihkan perhatiannya ketika mendengar ponselnya berdering. Terpaksa dia harus meninggalkan pekerjaannya lebih dulu untuk melihat notifikasi apa yang masuk ke ponselnya.Tak lama kemudian, bibir Rani menerbitkan sebuah senyuman setelah membaca beberapa pesan dari pelanggan barunya. Hari ini adalah hari pertama Rani membuka toko online-nya, dan sudah ada 3 orang pelanggan yang memesan kuenya. Sebisa mungkin Rani akan menyelesaikan kuenya hari ini juga, dan mengantarkannya tepat di hari pelanggan itu memesan pesanan kuenya.Rani menaruh ponselnya ke tempat semula, lantas melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Mbok Suti yang sedang mengaduk adonan baru ikut tersenyum ketika melihat raut wajah bahagia Rani yang sudah lama tidak dia lihat. Ternyata, Rani tidak selemah yang dia pikirkan. "Mbok, yang ini kue ulang tahun, ya?" tanya Rani memastikan."Iya, Non. Itu belum dikasih note, soalnya takut acak-acakkan kalau Mbok yang
Rani dengan wajah seriusnya duduk di depan laptop untuk mengedit bagian-bagian penting yang akan dia perlukan untuk kebutuhan toko online-nya. Usulan Mbok Suti tadi pagi berhasil membuka pikiran Rani mengenai bisnis kue yang akan dia jalankan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Bakat masak yang Rani dan Mbok Suti miliki bisa menjadi ladang penghasilan untuk mereka selama beberapa bulan ke depan. Walaupun masih ada cukup uang yang ada dalam tabungan Rani, tapi dia tidak bisa langsung menggantungkan hidupnya dari sana. Rani harus punya pekerjaan sampingan agar hidupnya tidak terlalu memprihatinkan.Meski pun Bu Ana berjanji selalu mendukung keputusannya dan juga akan memberikan biaya untuknya dan Tasya tetapi, Rani tidak mau terlalu bergantung pada Ibu mertuanya itu.Lain dengan Rani, saat ini Mbok Suti tengah belanja ke swalayan untuk membeli bahan-bahan kue yang akan dia dan Rani buat nanti malam. Rani akan membutuhkan beberapa kue untuk dia foto dan akan dia pasang di banner iklan
Helaan napas tak berhenti keluar dari mulut Adit yang sedari tadi tengah mondar-mandir di depan kamarnya. Pintu kamar yang dibiarkan terbuka membuat Ghea bisa melihat tingkah suaminya dari dalam. Bukannya mencoba menenangkan, Ghea justru malah sibuk bersantai ria di atas kasur dengan secangkir coklat panas di atas nakas.Adit berdecak kasar, mengacak rambutnya frustrasi karena dia masih merasa dengan kepergian Rani. Rani pergi tanpa sepengetahuannya. Bahkan Mbok Suti pun dikabarkan ikut dengan Rani dan Tasya entah ke mana.Ghea memutar bola matanya malas, lantas beranjak dari tempat tidur dan menghampiri Adit yang sedang dilema. Meskipun Ghea tak suka melihat Adit yang masih terlihat mengkhawatirkan Rani, tapi dia tidak peduli.Setidaknya Adit dan Rani sudah berpisah meski belum resmi, dan kini hanya dialah satu-satunya istri yang Adit miliki."Mas, kamu nggak bosan dari tadi mondar-mandir terus?" tanya Ghea, lalu memeluk Adit dari belakang agar suaminya itu menghentikan kegiatan ta
“Silakan saja kalau Ayah tidak percaya jika Tasya cucu Ayah. Saya merasa sangat kecewa sekali. Saya tau jika hubungan saya dan mas Adit juga tidak mendapatkan restu ayah tadinya. Saya juga tahu jika kami sudah melakukan kesalahan. Tetapi, saya tidak pernah berhubungan dengan lelaki lain,” kata Rani. Selama ini wanita itu sudah cukup diam. Kali ini ia tidak akan diam saja mendengar hinaan dari Ayah mertuanya itu. Bu Ana sendiri merasa sangat kaget karena baru kali ini mendengar Rani bersuara seperti ini. Selama ini wanita itu lebih banyak diam dan mengalah. “Ibu percaya kepada kamu, Rani. Baiklah, kita akan menunggu dua bulan lagi. Jika memang anak dalam kandungan Ghea itu anak Adit, kita akan mencari jalan keluar. Ibu tidak mau Adit dan Rani berpisah. Tetapi, jika terbukti anak itu bukan anak Adit maka Ibu tidak akan membiarkan penipuan ini berlangsung lama,” kata Bu Ana dengan tegas.**Terik matahari membuat peluh keringat di dahi Rani semakin bertambah banyak. Kulit putih dan mu
Adit tersentak mendengar perkataan Rani.“Cerai? Tidak! Aku tidak mau. Kamu harus mendengarkan dulu penjelasanku. Aku dan Ghea itu ....” Adit pun menceritakan semua yang terjadi di malam itu. Tanpa ada yang ia kurangi sama sekali.“Demi Allah ... Aku nggak pernah sadar kalo aku meniduri Ghea.”“Awalnya ga sadar, tapi setelah itu kamu pasti sering melakukannya, bukan? Jawab dengan jujur!”Adit terdiam, apa yang dikatakan oleh Rani benar. Awalnya mungkin ia tidak sadar, tetapi bukankah setelah itu dia dan Ghea juga menikmati hubungan mereka?“Kamu ngga bisa jawab, kan? Itu karena memang kamu sudah bermain api, Mas!”“Aku ....” “Ceraikan aku!”BRAK!"Tidak, Ibu tidak mau kalian bercerai! Aduh!" Rani dan Adit tersentak. Keduanya menoleh, ternyata Bu Ana tanpa sengaja mendengarkan semua percakapan mereka. Dengan cepat, Adit menghampiri Ibunya yang sedang memegangi dadanya. Dengan cepat Adit segera memanggil perawat, sehingga Bu Ana dengan cepat ditangani oleh dokter. Untung serangan ja
“A-apa maksudnya ini. Mas, kenapa Ghea ....” Rani benar-benar tidak mengerti dengan kehadiran Ghea. Terakhir kali bertemu di Lombok beberapa bulan lalu, perut Ghea masih rata. Tapi sekarang ....“Tanyakan saja kepada suami kita. Dia yang sudah menghamili aku dan kami sudah menikah siri tujuh bulan yang lalu. Sekarang aku sedang hamil tujuh bulan,” kata Ghea dengan lantang. Bu Ana segera menghampiri Ghea dan langsung menampar perempuan itu dengan kesal. “Jangan kurang ajar kamu! Anakku tidak mungkin menikahi kamu,” kata Bu Ana. “Apa yang Ibuku katakan benar. Adikku nggak mungkin menikah dengan kamu, Ghea,” sahut Anjar membenarkan. “Ayah kalian sendiri yang menjadi saksi pernikahan kami.” JLEB!Seketika ingatan Bu Ana dan Rani melayang di saat Adit dan Pak Tomy pergi berdua saja. Bu Ana langsung memicingkan mata dan menatap PakTomy.“Keterlaluan kamu, Yah!” seru Bu Ana.“Ghea sudah hamil karena perbuatan Adit, mana bisa aku tinggal diam. Jadi, aku mengizinkan Adit menikah lagi. La
“Apa rumah baru kamu sudah siap untuk ditempati, Dit?” tanya Bu Ana pagi itu. Adit menganggukkan kepalanya. Saat ini dia sangat bingung karena satu bulan lagi dia harus menepati janji kepada Ghea. Sebulan lagi, kandungan Ghea berusia 7 bulan. Adit sama sekali tidak tahu jika sebenarnya kandungan Ghea sudah berusia 8 bulan lebih, bahkan HPL Ghea hanya tinggal 2 minggu lagi. Sementara kandungan Rani baru 4 bulan. Dan lusa seharusnya Adit harus memberi kejutan untuk Rani. Dia akan membawa Rani ke rumah baru mereka dan semua itu sudah dipersiapkan.Dan pada hari itu, sesuai rencana Adit membawa Rani ke sebuah hotel berbintang. Mereka menitipkan Tasya kepada Bu Ana. Adit sudah menyewa suite room selama beberapa hari."Berapa lama kita di sini,Mas?""Kamu mau sebulan juga tidak masalah, Ran. Aku masih bisa membayar kamar hotel ini untukmu selama setahun," kata Adit membuat Rani mencebikkan bibirnya."Aku mempunyai kejutan lain untukmu sayang. Jadi, jangan banyak bertanya lagi. Kamu hanya
“Gimana hasilnya, Ran?” tanya Bu Ana. Rani keluar dari kamar mandi dan memperlihatkan hasil tespacknya kepada Bu Ana. “Tasya mau punya adik, Bu,” jawab Rani dengan gembira. Dan Bu Ana pun segera memeluk Rani dengan erat. Ia merasa sangat senang sekali jika memiliki cucu lagi.“Kita ke Dokter aja nanti sore waktu Adit pulang supaya kondisi bayimu bisa langsung diketahui oleh dokter,” kata Bu Ana. “Baik, Bu,” jawab Rani. Wanita itu hanya menganggukkan kepalanya dengan lesu. Bu Ana yang melihat hal itu pun segera mengerutkan dahinya. “Kamu nggak seneng dengan kehamilan kamu ini, Rani?” tanya Bu Ana. “Bukan itu, Bu. Tapi, aku merasa sedikit khawatir dengan Tasya. Dia kan masih kecil, bagaimana jika nanti dia kekurangan kasih sayang, Bu?” Rani berkata lirih. Bukannya dia tidak bersyukur dengan apa yang diberikan oleh Allah kepadanya, tapi, ia hanya takut tidak bisa menjadi orang tua yang baik buat anak-anak mereka.Bu Ana tersenyum mendengar perkataan menantunya itu. Dia sangat me
Ghea hanya menatap Rani dengan tajam. Tetapi, dia tidak peduli dan terus melanjutkan makannya di sana bersama dengan Rani dan Adit. Wanita itu tidak peduli sekali pun Rani terlihat tidak suka. “Kamu sampai kapan di sini?” tanya Rani. “Suka-suka aku dong. Mungkin aku nanti akan menunggu pacar aku datang menyusul ke sini atau mungkin juga akan pulang. Aku kan ke sini untuk berlibur. Aku yakin kamu baru kali ini kan liburan begini?” kata Ghea kurang ajar.“Ya, aku baru pertama kali liburan. Semua ini karena kebaikan ibu mertuaku,” jawab Rani percaya diri. Rani tau jika Ghea sengaja mengatakan itu karena ingin menghina dirinya. Tetapi, Rani tidak akan membiarkannya.Pada akhirnya karena Adit tidak mau perselingkuhannya terbongkar, ia memilih untuk segera pulang. “Padahal, jadwalnya kan masih dua hari lagi, Mas. Aku belum sempat ke ke Rinjani, loh,” kata Rani. “Kapan-kapan kita akan ke sini lagi, Sayang.” Dan, Adit pun pulang bersama Rani dua hari setelah kedatangan Ghea. Setelah ham