"Kamu dan Adit bertengkar, Ran?" Tanya Bu Ana saat Rani ke dapur untuk membuat makanan Tasya."Enggak kok, Bu. Kenapa Ibu bisa berpikiran kalau aku dan Mas Adit bertengkar?" Tanya Rani. "Tentu saja Ibu mendengar dan sekarang kalian tadi. Tadinya Ibu mau mengajakmu dan Tasya pergi sebentar. Baru saja mau mengetuk pintu terdengar Adit memarahimu, ada apa?" Rani menghela nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Wanita itu pun menceritakan tentang pertengkarannya tadi dengan Adit."Saya ingin berpikir positif, Bu. Tapi ini memang di luar kebiasaan Mas Adit. Tiba-tiba saja membelikan saya pakaian yang sebelumnya tidak pernah saya sukai," kata Rani."Apakah mungkin jika Adit ...." "Jika Mas Adit kenapa, Bu? Apakah ibu memikirkan apa yang sedang saya pikirkan?" Tanya Rani."Adit selingkuh maksudmu?" Tanya Bu Ana. Rani langsung menundukkan kepala dia merasa tidak enak kepada Ibu mertuanya itu. Tetapi, saat ini memang hal itu sudah terlintas dalam benak Rani. Saja dia belum mempu
"Kamu bukannya ke toko? Kenapa malah di sini dan bersama Ghea?" Tanya Bu Ana.Wanita itu benar-benar terkejut saat melihat Adit dan Ghea sedang bersama. Begitu juga dengan Rani, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan suaminya di mall ini."Aku tadi kebetulan mau belanja Bu. Terus ketemu Ghea, jadi kami jalan bersama," jawab Adit dengan cepat."Kamu Jangan berpikiran jelek dulu Mbak, ngeliatin akunya nggak usah sinis gitu," kata Ghea kepada Rani.Rani langsung mengerutkan dahi sambil menatap dia dari atas sampai bawah. Perasaan dia tidak melirik Ghea sama sekali, lalu kenapa wanita itu mengatakan jika dia melirik sinis kepadanya?"Saya nggak ada sinis sama kamu. Kamu aja yang terlalu baper kali. Padahal aku nggak berpikiran yang aneh-aneh kok. Tapi karena kalian seperti maling yang tertangkap, aku jadinya berpikiran aneh-aneh," jawab Rani."Kamu nggak usah berpikiran aneh-aneh Ran, aku sama dia nggak ada apa-apa kok. Aku tadi mau belanja buat kamu dan Tasya. Tadinya memang mau ka
"Apa yang kamu lakukan di sini? Kalau suamiku sampai tau bagaimana?!" pekik Ghea sambil menarik tangan David masuk. "Kamu sudah gila!" seru Ghea saat mereka sudah berada di dalam apartemen."Aku berhak menanyakan hal ini, selama ini hubungan kita sudah jauh. Dan aku tahu alasanmu menikah dengan lelaki itu karena menutupi kehamilanmu kan? Tidak mungkin kamu hamil secepat itu dengan suamimu. Bayi yang ada dalam kandunganmu itu adalah anakku kan?" Cecar David.Dia memicingkan mata kemudian mendorong bahu David."Berhenti mengatakan hal yang tidak-tidak. Bayi dalam kandunganku ini adalah anak dari suamiku."David mendecih, "Kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu pikirkan dan rencanakan?""Apa yang aku pikirkan dan yang aku rencanakan bukan urusanmu! Aku hanya mau anak ini memiliki masa depan yang cerah. Kamu pikir gajimu itu berapa banyak? Tidak cukup untuk memenuhi segala kebutuhanku. Sementara Adit, dia itu memiliki orang tua yang kaya raya. Tokonya ada di mana-mana, kehidupanku akan
Ghea terdiam mendengar pertanyaan David. Tentu saja ia tidak ingin meninggalkan Adit. Apalagi Adit memiliki harta yang cukup dibandingkan dengan David.“Tentu saja aku akan meninggalkan dia,” jawab Ghea. David menghela napas panjang penuh kelegaan. Dia pun membelai rambut Ghea perlahan.“Kamu udah cek ke dokter kandungan? Apa anak kita sehat?” tanya David. “Bulan lalu sudah, tapi bulan ini belum. Aku belum berani cek up bersama dengan Adit karena dia tahu usia kandunganku kan baru dua minggu,” kata Ghea. “Kalau gitu, besok pagi kita ke dokter,” kata David. “Kamu mau nginep di sini? Nanti kalau mas Adit tiba-tiba ke sini bagaimana?” tanya Ghea.“Kan kamu sendiri yang bilang dia sedang di rumahnya,” jawab David.Ghea menghela napas panjang dan mengembuskannya. Ia pun langsung berinisiatif menghubungi Adit. Ghea: Mas, kamu tidur sini mala
Merasa jika rumah tangga anaknya sedikit mengalami gangguan kecil, Bu Ana pun menyuruh menantunya untuk sedikit memperbaiki diri. “Kamu ga usah malu melayani Adit di ranjang. Kamu kan istrinya yang sah,” kata Bu Ana. “Tapi, bagaimana dengan Tasya, Bu? Saya-““Malam ini biar si Mbok dan Ibu yang urus Tasya. Kamu di kamar layani Adit dengan baik, dan nanti kita ke mall lagi beli beberapa baju dinas buat kamu,” kata Bu Ana. “Baju dinas?” Bu Ana pun membisikkan sesuatu di telinga Rani, sehingga membuat wanita itu tersipu malu.Sore itu sesuai Rani menuruti perkataan Bu Ana Ia pun mengikuti bujukan Bu Ana untuk ke Mall dan membeli beberapa ‘pakaian dinas.’“Aduh, yakin beli yang begini, Bu?” kata Rani dengan wajah yang memerah.“Kamu mau suamimu berlari ke pelukan wanita lain atau ke pelukanmu?” kata Bu AnaRani hanya menurut pasrah, walau bagaimana Bu Ana lebih berpengalaman dengan seputar urusan rumah tangga.Dan malam ini Adit dibuat terkejut dengan penampilan sang istri, yang menya
Adit tersenyum senang, ia tidak menyangka jika Rani bisa bersikap liar dan binal seperti tadi.“Aku senang kamu liar seperti tadi, sering-sering ya Sayang. Semua lelahku jadi hilang jika pulang ke rumah diberikan servis seperti tadi. Jangan marah-marah dan cemburuan,” kata Adit.“Kalau aku masih cemburu tandanya aku masih cinta kepada kamu, Mas. Aku tidak mau kehilangan kamu karena orang ketiga yang muncul dalam rumah tangga kita,” kata Rani.“Kamu percaya saja kepadaku. Aku sangat mencintai kamu dan juga Tasya, Sayang.”Rani tersenyum, kemudian ia bangkit dari ranjang dalam keadaan telanjang.Adit suka dengan gayanya yang percaya diri, di usianya yang masih muda tubuh Rani memang sedang ranum-ranumnya. Tentu saja tidak ada lemak yang perlu disembunyikan di sana. Lekuk-lekuk tubuhnya sangat menggiurkan, sepertinya i
“Bagaimana semalam, Ran? Apa kalian menikmati waktu bersama? “ tanya Bu Ana pagi itu. “Iya, Bu. Terima kasih banyak, ya.” “Malam ini, Ibu dan Ayah mau menginap di rumah Anjar. Tasya Ibu bawa, ya? Kamu dan Adit harus sering menikmati waktu berdua, ingat jangan sampai ada celah.” Rani menganggukkan kepalanya. Tiba-tiba saja ia teringat percakapannya dengan Adit semalam. Dan mengatakannya kepada Bu Ana."Jadi, dia tidak mau mengaku jika kemarin memang sengaja bersama Ghea di mall?" tanya Bu Ana kepada Rani."Ya, Bu. Dia mengaku jika memang bertemu Ghea dan mereka memutuskan untuk jalan bersama. Tapi, Mas Adit bilang tidak ada hubungan apa-apa. Aku harus bagaimana, Bu?" tanya Rani "Kamu bisa menyadap aplikasi chat suamimu, Ran. Nanti Ibu beritahu caranya dan kalau perlu, kamu bisa memasang GPS di mobil suamimu itu supaya kamu tau ke mana saja dia pergi," kata Bu Ana."Ibu bisa membantuku?" tanya Rani."Serahkan saja kepada Ibu. Jangan khawatir, Ibu pasti akan membantumu. Sementara wak
“Masih jauh?” tanya Rani manja.“Kamu masih kuat jalan kaki?” tanya Adit, “mau kugendong?”Wajah Rani langsung memerah, untunglah mereka sudah hampir sampai.“Itu di depan,” kilah Rani sambil menunjuk. “Tanggung. Sudah mau sampai.”“Jadi, kalau masih jauh kamu mau aku gendong?” goda Adit lagi.Ah, kenapa lelaki pandai sekali menutupi kebusukan. Apakah benar jika cinta Adit hanya untuk dirinya?Mereka memasuki sebuah restoran yang kebetulan memang belum lama buka,dan Adit juga pernah membaca review di Instagram resto itu masakannya cukup enak.Rani dan Adit mengambil tempat di sudut ruangan.“Kamu mau makan apa, Mas?” tanya Rani menatap wajah Adit.“Kamu ‘kan tahu, aku tidak rewel soal makanan,” sahut Adit. “Makanan apa saja bisa masuk.”“Aku punya ide,” sahut Rani mengedipkan mata. “Kamu pasti doyan.”“Mulai sekarang, aku agak ngeri kalau kamu bilang begitu,” kata Adit pura-pura ketakutan. “Takut diberi jebakan yang enak-enak.”“Aku tidak pernah menjebakmu, kok,” timpal Rani menci