All Chapters of Di Balik Status WhatsApp Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40

93 Chapters

Peluk Lintang

“Lana…”Seseorang memanggil nama dan menyentuh pundakku. Aku terlonjak saking terkejutnya. Di belakangku berdiri Mas Heru, ia menatapku bingung.“Lana sendiri? Ngapain di sini?”“Cari angin.” Aku sengaja berbohong padanya. Namun, jelas sekali Mas Heru tak percaya. Dia melihat sekeliling. Saat itulah netranya melihat ke dalam kafe dan mendapati Rachel tengah bicara dengan seseorang.“Pasti lelaki brengsek itu penyebabnya, iya, kan? Udah berapa kali Mas bilang, Lana jangan deket-deket sama dia, dia gak baik buat Lana.”Ingin rasanya aku merobek mulut Mas Heru. Atas dasar apa dia bicara begitu? Apa dia merasa lebih baik dari Daffa? Oh tidak! Mereka berdua sama. Sama-sama player dan terlalu pandai menjanjikan hal-hal indah yang berakhir menjadi bualan semata.  Aku berlalu begitu saja tanpa memedulikan Mas Heru yang masih berusaha memengaruhiku.“Lana, tunggu! Lana mau ke
Read more

(PoV Heru) Karma?

Setelah Kelana pergi, aku menemui Rachel yang tengah duduk sendiri sambil memainkan ponselnya. Emosi yang semula berusaha kutahan, meledak lagi saat tak sengaja mendapati Rachel tengah mengirim pesan pada lelaki brengsek bernama Daffa.Brak! Aku menggebrak meja cukup keras. “Rachel! Keterlaluan kamu ya. Aku udah ninggalin Kelana demi kamu, sekarang apa? Kamu malah kembali sama laki-laki itu!”Rachel sama sekali tidak terkejut. Dia menatapku dingin. “Heru, Heru, kamu itu gak ada apa-apanya dibanding Daffa. Aku nyesel pernah ninggalin dia demi laki-laki seperti kamu!”Dadaku naik turun karena amarah dan emosi yang semakin memuncak. Sungguh, aku tak terima diperlakukan seperti ini.  Lagipula, apa, sih, yang mereka lihat dari Daffa? Aku merasa jauh lebih tampan dan mapan, juga punya segalanya dibanding dia.“Gak tahu diri!”“Siapa? Aku? Atau kamu?”“Pulang sekarang, kita bicara di rumah!
Read more

Haruskah?

“Om Daffa sama Bunda kenapa gak nikah aja?” tanya Lintang yang berada di antara aku dan Daffa. “Kata Kak Icha, kalau Om Daffa sama Bunda nikah, Lintang dan Kak Icha bisa jadi saudara. Lintang mau punya kakak, Bun,” sambungnya sembari menatapku. Aku melongo mendengar permintaan Lintang yang semakin ke sini semakin ada-ada saja. Kemarin ayah, sekarang kakak. Aku tidak akan menikah, apalagi dengan laki-laki yang belum selesai dengan masa lalunya. Sungguh, aku sudah muak dengan drama-drama begitu. Hidupku sudah sulit, berurusan dengan Daffa dan Rachel hanya akan semakin mempersulit segalanya. “Lintang ngomong apa, sih, gak usah ngaco,” sahutku. “Lintang sabar dulu, ya, Om Daffa lagi berjuang,” bisik Daffa di telinga Lintang seraya melirikku sekilas. Aku dapat mendengar jelas apa yang Daffa ucapkan, terlebih dia mengatakan itu sambil menatapku. Sengaja kualihkan pandangan agar tak bersitatap dengannya. “Kita pulang, yuk.” Aku mengalihkan pembicaraan agar pembahasan tentang hal ini tak
Read more

(PoV Author) Masalah

“Ahhhhh! Brengsek!” Setelah Kelana dan Lintang hilang dari pandangan, Daffa lepas kendali. Pot bunga yang berada di teras menjadi sasaran empuk atas kemarahannya. “Harusnya gak begini! Kelana, kenapa kamu susah banget percaya sama saya?!” batinnya.Suara getaran ponsel mengalihkan perhatian Daffa. Ia menatap benda pipih itu sebentar, kemudian mengabaikannya. Daffa tahu betul siapa pemilik nomor yang baru saja menghubungi. Ya, siapa lagi kalau bukan Rachel.Daffa bertanya-tanya, mengapa kembalinya Rachel bertepatan dengan dia yang sudah menemukan tambatan hati? Usahanya mendekati Kelana hampir berhasil, namun kehadiran Rachel mengacaukan segalanya. Sekarang Kelana marah, menganggapnya pembohong, bukan tidak mungkin Kelana juga punya pikiran jika ia dan Heru sama. Itulah yang paling Daffa takuti, belum lagi Rachel yang terus menerus mengganggunya, menghubungi berkali-kali meski tidak direspons.“Mau apalagi, sih, dia?!” gerutu D
Read more

(PoV Heru) Pindah Sekolah

“Heru, nanti siang kamu datang ke sekolah Delia, ya.”Mood-ku yang semula baik karena sempat berbalas pesan dengan Kelana mendadak berantakan ketika Rachel datang dan menyuruhku ke sekolah Delia.“Kenapa gak lo aja?” tanyaku. Tak ada lagi aku-kamu, aku sudah muak dengan perempuan itu.“Siang ini aku mau ke kantor Daffa, ada urusan.”“Gak, gue sibuk. Lagian dia kan anak lo!” tolakku. Aku sudah rapi dengan setelan kerja, hendak bersiap pergi ke kantor. Di ambang pintu, aku melihat Delia yang juga tengah menatap ke arahku. Tak lama kemudian, Bocah itu mendekat dan menggoyang-goyang lenganku, menyebalkan sekali bukan? Ibu dan anak sama saja. Sama-sama hobi menguji kesabaran.“Papa mau, ya, ke sekolah Delia, please. Kalau Papa atau Mama gak dateng, Delia bisa dimarahin Pak Andre,” mohon Delia.Waktu menunjukkan pukul tujuh, aku sudah terlambat. Daripada mengurusi dua ma
Read more

Tiket Liburan

“Mas mau pindahin Lintang ke sekolah lain.” Ucapan Mas Heru benar-benar mengganggu fokusku. Saat ini aku sedang bersama Daffa, usai bertemu Pak Andre kami kembali ke kantor. Sebenarnya aku tidak mau satu mobil dengannya, namun dia memaksa dengan dalih satu arah dan semacamnya, hingga membuatku tak bisa menolak. “Kamu masih kepikiran soal Lintang?” Daffa membuka obrolan. Aku membisu, terlalu malas bicara dengan siapa pun. Fokusku hanya tertuju pada Lintang. Sebenarnya, jauh sebelum Mas Heru aku pun pernah punya pikiran yang sama, yakni memindahkan Lintang ke sekolah lain. Tapi, apa Lintang mau? Baiklah, aku akan bicara padanya nanti. “Lan…” panggil Daffa. Aku menoleh sebentar, kemudian kembali mengalihkan pandangan. “Kalau kamu mau, kamu bisa cerita sama saya.” Aku memang butuh teman bercerita, tapi bukan Daffa. Jujur, aku takut salah orang dan semakin terbawa perasaan. “Makasih, tapi gue baik-baik aja.” “Saya gak percaya kamu baik-baik aja.” “Bukan urusan gue kalau lo gak perc
Read more

Bertemu Lagi

Sambil menunggu jam pulang yang kurang sepuluh menit, aku membolak-balik tiket liburan pemberian Daffa, sambil berpikir keras, haruskah aku menerima kebaikan Daffa lagi? Disatu sisi aku tak mau hutang budi, dan berakhir baper sendiri, tapi di sisi lain aku juga butuh waktu berdua dengan Lintang. Terlebih, dia memberikannya tidak cuma-cuma. Aku ingat betul pembicaraan dan negosiasi kami beberapa jam lalu.“Saya sudah siapkan tiket liburan untuk kamu dan Lintang. Terima, ya!”“Simpen aja tiket liburan itu, gue gak butuh!”“Jangan dipotong dulu, saya belum selesai ngomong. Tiket ini gak gratis, kamu bisa dapetinnya asal mau bantu saya.”“Bantu apa?”Brak! “Ngelamun mulu, ngelamunin apa sih? Hutang negara?! Yaelah, santai aja kali, negara juga gak minta lo buat bayar,” cerocos Mona. Ia datang sembari menggebrak meja, membuat ku nyaris jantungan karena tingkahnya.“Kenapa sih suka banget ngagetin?” omelku.Mona membalasnya dengan tawa. Di kantor ini memang hanya Mona yang mau berteman deng
Read more

Kembali

“Marsel…” Mulutku terbuka saking terkejutnya.“Iya, Kelana, ini aku.”Marsel, sosok laki-laki yang pernah menjadi cinta monyetku semasa SMP, kini berdiri di hadapanku dengan rambut basah dan bertelanjang dada, mengapa dia ada di sini?“Hai,” sapanya seraya tersenyum.Aku masih membisu, belum percaya sepenuhnya akan kehadiran sosok itu. Bagiku ini seperti mimpi. Bagaimana tidak, Marsel yang dulu berpamitan akan pindah ke luar negeri, tiba-tiba ada di hadapanku saat ini.“Kok bengong? Gak mau peluk?” godanya.Aku mengerjapkan mata beberapa kali, memastikan apa yang kulihat ini nyata. Ternyata benar, sosok tinggi menjulang dengan tubuh atletis tersebut benar-benar berdiri di hadapanku sambil tersenyum jenaka.“Papa, Siapa yang dateng? Daren kayak denger suara Tante Kelana.” Teriakan Daren mengembalikan fokusku. Tunggu? Apa katanya tadi? Papa? Jangan-jangan …
Read more

(PoV Author) Kapan?

Selang sehari setelah pertemuan dengan wali kelas Delia, Heru menemui Rachel yang sedang bersantai sembari menatap layar. Jelas sekali, wanita itu tengah menunggu pesan balasan dari seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah Daffa. “Bales dong, Daff,” gerutunya.            Rachel belum menyadari kehadiran Heru. Saat ponselnya ditarik paksa, barulah ia sadar Heru tengah menatapnya penuh amarah.            “Ada apa? Bukannya gue udah bilang untuk gak saling mengusik?! Balikin HP gue!” pintanya dengan nada ketus.            Heru sangat menyesal sudah meninggalkan Kelana. Memang benar kata orang, selingkuhan hampir selalu tidak lebih baik dari pasangan sah, dan sekarang ia bisa melihat kebenaran itu. Kelana dan Rachel jauh berbeda, Rachel terlalu fokus pada diri sendiri, hing
Read more

Saling Kenal?

Pukul sebelas malam, kami kembali ke kediaman masing-masing. Aku merebahkan diri di samping Lintang yang sudah siap dengan setelan tidurnya, seraya menimbang-nimbang, haruskah mengatakan perihal rencana pindah sekolah sekarang? Atau nanti saja? Namun, lebih cepat lebih baik bukan, aku perlu mendengar pendapat Lintang tentang rencana tersebut.             “Lintang sudah tidur, Nak?” tanyaku mengawali obrolan.             “Belum, Bun.”             “Bunda mau bicara.”             Lintang membalik badan, menatapku penuh tanya. Aku tersenyum simpul, sembari mencium keningnya singkat. “Belum lama ini Bunda dipanggil sama wali kelas Lintang.”             Lintang terlihat terkejut,
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status