All Chapters of Di Balik Status WhatsApp Suamiku: Chapter 11 - Chapter 20

93 Chapters

Gimana?

Semalam suntuk aku tak bisa tidur, memikirkan Lintang dan kehidupan kami setelah ini. Hingga terdengar suara adzan subuh berkumandang, saat itulah aku bergegas membersihkan diri. Pagi ini aku akan menjemput anakku, membawanya keluar dari rumah Mas Heru. Sudah cukup menuruti ego, sekarang saatnya menata hidup baru, dengan semangat yang juga baru, demi putriku.“Kelana, masih pagi banget lho ini, lo mau ke mana?” Pertanyaan Daffa menghentikan langkahku. Aku berbalik, menatapnya yang tampak baru selesai melaksanakan salat, terlihat dari setelan yang ia gunakan, baju koko dan sarung.“Ada urusan,” jawabku singkat.“Urusan apa? Maksud gue, ini masih terlalu pagi, bahaya keluar sendiri.”“Gapapa Daff, gue udah biasa.”Aku tetap bersikeras keluar rumah, meskipun dia melarang. Sebelum benar-benar meninggalkan rumah tersebut. Lagi-lagi, Daffa menghentikan langkahku.“Lo boleh pergi. Tapi izinin gu
Read more

(POV Daffa) Membantu Kelana

Namaku Daffa Mahendra, pemilik perusahaan penerbitan bergengsi yang kerap diincar para penulis untuk menerbitan karyanya. Selain kredibilitas, seleksi yang ketat menjadi tantangan sendiri bagi mereka yang memang bersungguh-sungguh. Hari-hariku disibukkan dengan mengelola perusahaan, memastikan semuanya baik-baik saja, dan berjalan sesuai rencana. Aku seorang yatim piatu, memiliki satu adik perempuan, dan belum menikah. Ibuku meninggal saat melahirkan adikku, sementara ayah, beliau sudah tiada sejak aku kecil. Malam ini, aku baru kembali dari kantor saat hari sudah gelap. Pekerjaan yang menumpuk, membuatku pulang larut. Suara guntur bersahut-sahutan, disusul rintik hujan yang mulai terlihat membasahi kaca mobilku. Aku bergegas memacu mobil, ingin segera sampai rumah dan merebahkan diri, lelah sekali rasanya. Jalanan tampak sepi, hanya ada beberapa pengendara yang terlihat. Wajar saja, mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 22.00 WIB, terlebih hujan turun dengan derasanya. Dari balik
Read more

Bercerai Itu Apa?

Kulihat Lintang memeluk boneka beruangnya dengan erat. Seolah tak mengizinkan Mas Heru atau siapa pun mengambilnya. Mas Heru tampak tersenyum, aku yakin dia berpikir Lintang mau ikut bersamanya. Seraya menggigit bibir bawah, aku menunggu jawaban Lintang dengan harap-harap cemas. Sebagai Ibu, tentu aku ingin Lintang ikut denganku. Namun, aku tak mau mengintervensi. Aku ingin dia memilih berdasarkan hati nurani.Lintang menatapku dan Mas Heru bergantian, mungkin dia bingung, apa yang terjadi pada orang tuanya? Mengapa harus memilih salah satunya?“Lintang mau sama Ayah Bunda.”Jawaban Lintang membuat mataku berair. “Maaf, Nak, karena keputusan Bunda, Lintang jadi harus memilih satu,” batinku.Aku menyejajarkan tinggiku dengannya. Kutatap mata bulatnya dalam, seraya mengelus pipi chubynya lembut. “Sayang, Ayah sama Bunda udah gak bisa sama-sama lagi,” ucapku.“Kenapa, Bunda?” tanyanya.Pe
Read more

(POV Author) Bahagia atau Tidak?

Setelah Kelana dan Lintang pergi, Heru masuk kamar guna membereskan barang-barangnya. Ya, ia akan tinggal bersama Rachel dan Delia di rumah baru mereka. Mbok Iyem yang baru saja kembali, terkejut saat mendapati Heru berada di hadapannya. Untung saja, koper Kelana sudah diamankan lebih dulu. “Darimana, Mbok?” tanya Heru penuh selidik. “Anu, Pak. Mbok dari depan, beli sayur,” bohong Mbok Iyem. “Mana sayurnya?” Heru semakin curiga karena Mbok Iyem tak membawa apapun. “E… sayurnya gak ada, Pak,” jawab Mbok Iyem gugup. Heru memicingkan mata, ia curiga pada gelagat pembantunya yang seperti menyembunyikan sesuatu. “Kalau sampe saya tahu Mbok bantu Kelana, saya gak akan segan-segan pulangin Mbok ke kampung,” ancamnya. Mbok Iyem mengangguk patuh. Kepalanya tertunduk lesu, tak berani menatap pria yang sudah lima belas tahun menjadi bosnya. Perasaan takut dan khawatir membayangi Mbok Iyem. Bagaimana jika Heru benar-benar memulangkannya, sementara nasib keluarga di kampung bergantung pada pe
Read more

Selingkuh Itu Apa?

Pertanyaan Lintang membuatku terdiam. Aku bingung harus menjawab apa, dia masih terlalu kecil untuk tahu permasalahan kedua orang tuanya. Dan lagi, aku tak mau membuatnya sedih. Aku merasa perlu menutupi semuanya lebih dulu, setidaknya sampai Lintang bisa memahami, bahwa urusan orang dewasa tak sesederhana bertengkar dengan teman sebaya, kemudian minta maaf dan kembali bermain bersama.“Bun…,” Suara Lintang membuyarkan lamunanku.“Iya, sayang. Lintang mau nambah?” Aku mengalihkan pembicaraan dengan menyodorkan nasi dan lauk pauk yang belum kusentuh.Lintang menggeleng pelan. “Bercerai itu artinya gak tinggal bareng, ya, Bun?”Rupanya, Lintang masih penasaran tentang apa itu perceraian. Tapi tunggu, siapa yang memberitahu anakku jawaban seperti itu? Mengapa dia bisa berpikir demikian? Karena penasaran, aku menanyakannya langsung pada Lintang.“Siapa yang kasih tahu, hmm?”“Temen,” jawab Lintang. Kulihat dia seperti sedang mengingat sesuatu. “Temen Lintang orang tuanya bercerai. Terus m
Read more

Tempat Kerja

Senin pagi aku memulai hari penuh semangat. Selain karena ini hari pertamaku bekerja setelah bertahun-tahun lamanya menjadi ibu rumah tangga, aku merasa sudah jauh lebih baik. Kurasa, luka hati yang kudapat dari Mas Heru berangsur pulih, ya bisa jadi.Selepas mengantar Lintang ke sekolah, aku bertolak menuju kantor penerbitan milik Daffa. Sesampai di sana, aku diantar oleh seorang pria menuju meja kubikel yang akan kutempati selama bekerja di tempat ini. Beberapa pasang mata menatap ke arahku, aku hanya membalasnya dengan senyum tipis. Aku tak mau ambil pusing dengan tatapan-tatapan mereka, toh hal begitu sudah biasa terjadi saat berstatus sebagai orang baru. Entah itu karyawan baru, murid baru, mahasiswa baru, dan yang lainnya.“Ini meja Mbak Kelana, silakan. Selamat bergabung, semoga betah, ya,” ucap lelaki yang kuketahui merupakan kepala divisi.“Terima kasih, Pak,” balasku.Sepeninggal Pak Rei, wanita berpenampilan modis mendek
Read more

(PoV Author) Foto

“Heru, kamu gimana, sih? Kenapa Delia bisa kepleset begini? Baru aja aku tinggal sebentar.” Rachel menenangkan dengan memeluk Delia yang menangis kesakitan. “Sayang, kita ke dokter, yuk,” ajaknya. “Gak mau,” tolak Delia sembari sesenggukan. Bukannya merasa bersalah, Heru berbalik, meninggalkan calon istri dan anak tirinya begitu saja. Hal itu tentu membuat Rachel kesal. Setelah membawa Delia ke kamar, ia menyusul Heru yang sedang duduk santai di taman belakang. “Heru!” teriak Rachel. Heru mendongak sebentar, kemudian kembali acuh, memusatkan perhatiannya pada layar ponsel yang sedari tadi dalam genggaman. Kerna merasa diabaikan, Rachel merebut ponsel tersebut. Heru mendelik, perlakuan Rachel benar-benar tidak sopan menurutnya. Kelana saja, istri yang sudah dinikahi selama bertahun-tahun tak pernah sekalipun melakukan hal demikan. “Balikin!” pinta Heru dingin. “Gak! Aku perlu ngomong sama kamu,” balas Rachel. Heru memalingkan wajah, ia sedang berusaha meredam amarah. Uang lima ra
Read more

Lintang

Jam kerja telah berakhir, aku bersyukur bisa melewati hari ini dengan baik, ya meskipun ada beberapa drama yang terjadi, dan itu di luar ekspektasi. Tapi biarlah, namanya juga hidup, aku hanya perlu tersenyum atau tertawa saja, supaya tidak pusing-pusing amat.Pukul setengah lima sore, langkah kakiku memasuki gang sempit. Kontrakan tempatku bernaung sudah terlihat, dari kejauhan aku bisa melihat sepasang sepatu Lintang berada di depan pintu. Kupercepat langkahku, agar bisa segera bertemu dengannya.Aku lega, karena dia tak pernah lagi bertanya soal perceraian atau pun perselingkuhan, sejak aku mengatakan akan memberitahunya jika sudah besar nanti. Perihal menjemput Lintang ke sekolah pun sudah kupercayakan pada Ibu Sari—Ibu yang mengurus kontrakan, sekaligus orang kepercayaan Daffa yang kebetulan cucunya bersekolah di tempat yang sama, dan sekelas dengan putriku.Dengan senyum mengembang seraya menenteng plastik belanjaan, kubuka knop pintu. “Assalam
Read more

Bertemu Mantan

Malam harinya, aku sulit tidur. Pikiranku benar-benar tak tenang. Tangisan Lintang yang kulihat sore tadi terekam sangat jelas di memori. Heningnya malam menjadi saksi akan kegelisahanku. Beberapa kali aku berganti posisi, menyamankan diri dan berusaha memejamkan mata. Namun nihil, aku tetap terjaga.Aku menatap ponsel dengan pandangan ragu. Niat untuk menghubungi Mas Heru sudah ada sedari tadi, namun urung kulakukan. Aku terlalu enggan mendengar suaranya.Ah! Mana bisa aku diam begini, mengedepankan ego dan gengsi, sementara kesehatan mental anakku dipertaruhkan.Setelah memantapkan hati dan memastikan Lintang lelap dalam tidurnya, aku berjalan ke luar, sembari menggenggam ponsel di tangan.Di teras kontrakan, aku duduk sendiri seraya mencari nomor pria yang dulu tersemat di room chat whatsappku. Setelah menemukannya, kudekatkan ponsel ke telinga, menunggu panggilan itu tersambung. Perasaanku campur aduk, ini kali pertama aku menghubunginya sete
Read more

Mau, Kan?

Aku terhenyak, melihat lelaki berbadan tegap berdiri di belakang Mas Heru dengan kedua tangan berada di saku celana. Daffa? Apa yang dia lakukan di tempat ini? Reflek, kudorong tubuh Mas Heru, layaknya kekasih yang tertangkap sedang berselingkuh.“Sayang…” panggil Daffa lagi.Mas Heru berbalik, memberikan tatapan tajam pada Daffa. Daffa hanya menanggapinya dengan santai, seraya menarikku agar berada di dekatnya. “Aku cariin ke rumah, gak tahunya di sini.“Daff!” bisikku seraya membelalakkan mata. Daffa merespon dengan anggukan dan senyum lembut, seolah memintaku percaya padanya.“Lana, dia siapa?” Suara Mas Heru mengalihkan fokusku.“Kenalin, saya Daffa Mahendra. Calon suami Kelana,” jawabnya mantap.Sebelum aku mengenalkan Daffa pada Mas Heru, dia memperkenalkan diri lebih dulu. Senyum penuh kemenangan tersungging di bibirnya, berbanding terbalik dengan Mas Heru yang menatapnya de
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status