Semua Bab Perangkap Sang Penguasa: Bab 31 - Bab 40

126 Bab

Bab 30. Dasar Otak Mesum!

Qiana mengkerut dalam pelukan Ned. Lelaki itu seenaknya meletakkan lengan di bahu kecilnya dan menariknya agar lebih dekat. Qiana bisa merasakan aroma segar dari tubuh besar itu.“Kakak....” Qiana menggeliat melepaskan diri. “Aku ingin mandi. Rasanya gerah sekali.”Ned mengangkat alisnya. Dia menyukai ide itu. Rasanya dia tidak sabar melihat penampilan gadis itu setelah mandi.“Ikuti aku.” Ned bangkit dan beranjak kembali ke kamar yang tadi dia tinggalkan. Waktu tak merasakan pergerakan di belakangnya, dia berbalik.“Kenapa masih di situ? Kau bilang ingin mandi.”Qiana masih berdiri di dekat sofa, enggan mengikuti Ned yang berjalan ke kamar.“Aku... aku tidak membawa baju ganti.” Qiana di jemput di tempat kerjanya. Padahal dia sudah menyiapkan barang-barangnya di rumah sakit.“Aku sudah menyuruh orang menyiapkan baju untukmu. Jadi mandilah segera. Aku sudah memesankan makan malam untuk kita.” Ned menjadi tidak sabar.
Baca selengkapnya

Bab 31. Jangan Coba-coba Bermain Denganku!

Senyum Qiana menjadi masam. Dia turut berhenti melangkah. Tergagap bertanya pada lelaki di depannya. “A... ada apa? Apa kau lupa sesuatu?”Ned bergerak maju beberapa langkah. Hingga jarak mereka hanya tinggal beberapa senti saja. “Qiana Neilson. Sebelum kau sempat berpikir terlalu jauh, aku akan memperingatkan. Jangan coba-coba bermain denganku. Karena aku pasti akan menghukummu.”“Ehm,” Qiana berdehem mengurangi perasaan gugupnya mendengar peringatan dari Ned. “Tentu saja. Mana berani aku bermain-main dengan Kakak. Aku sangat serius.”Mereka saling tatap sejenak. Ned dengan pandangan mengancam. Qiana dengan mata polosnya. Ned yang lebih dulu memalingkan wajah. Dia melanjutkan langkahnya ke ruang makan. Seorang pelayan telah menata meja dan menyiapkan makan malam. Wanita itu melirik sekilas pada Qiana dan melanjutkan pekerjaannya. Sebuah gosip baru, pikirnya. Tuan Zavier memiliki peliharaan baru. Bukankah biasanya gadis-gadis
Baca selengkapnya

Bab 32. Kau Membuatku Takut

Qiana terbirit-birit masuk ke walk in closet. Memilih sebuah gaun tidur yang tidak transparan dengan tali kecil di bahu. Setelahnya dia dengan enggan keluar dari sana.Ned menunggu sambil duduk di tepi ranjang besar di tengah ruangan. Dia mengangkat wajahnya pada sosok ramping yang melangkah dari balik pintu. Lalu tersenyum puas pada pemandangan di depannya.Qiana memeluk dirinya seperti orang kedinginan. Tapi sebenarnya itu merupakan upaya untuk menutupi sebagian tubuhnya dari tatapan Ned meski sia-sia.“Kemarilah,” ujar Ned dengan rasa tertarik yang penuh. Dia memberi isyarat dengan tangannya agar Qiana mendekat.“Kakak, aku sangat mengantuk sekarang. Jadi dimana aku mesti tidur?” Qiana berusaha mengalihkan pembicaraan.Jangan katakan kau ingin kita tidur di sini, di kamar yang sama, ranjang yang sama! Qiana was-was dalam hatinya.“Menurutmu?” Ned kembali kesal.“Karena sepertinya kau tidak memiliki kamar yang lain, ja
Baca selengkapnya

Bab 33. Diserang

Qiana terbangun dengan perasaan linglung. Dia menatap sekeliling dan baru tersadar sesaat kemudian bahwa dia sedang berada di kamar Ned. Entah kenapa dia tidak terjaga sekali pun. Dia tertidur nyenyak sepanjang malam saat sebelumnya dia berpikir takkan bisa tidur.Tapi dimana lelaki itu? Dimana Ned?Hari masih terlalu pagi. Apa mungkin Ned bangun cepat? Saat Qiana berniat turun dari ranjang, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Ned masuk masih dengan pakaian yang sama dengan tadi malam.“Kau sudah bangun?” tegur Ned sambil melangkah masuk. Lalu dengan seenaknya melepas baju di.depan Qiana kemudian melemparnya sembarang.“Kakak... kau... kenapa melepas bajumu.” Disuguhi pemandangan mendebarkan seperti itu, Qiana menjadi panik sendiri.Ned melihat sekilas pada Qiana sambil mengerutkan alis. “Apa aku tidak boleh melepas baju di kamarku sendiri?” “Tapi... tapi....” Qiana memalingkan wajahnya yang sudah memerah. Meskipun begitu b
Baca selengkapnya

Bab 34. Harusnya Aku yang Menang

Qiana pergi ke rumah sakit setelah membersihkan diri di toilet kampus. Meskipun begitu dia tidak bisa menghilangkan jejak penyerangan itu di tubuhnya. Masih ada aroma tidak sedap yang tersisa. Tanpa mempedulikan pandangan orang-orang yang dilewatinya, Qiana menuju ruang perawatan ibunya. Di dalam dia terkejut dengan kehadiran seseorang.“Tuan Jackson, apa yang anda lakukan di sini?” Qiana menatap keheranan pada Adam yang sedang duduk di sebuah kursi dekat ranjang.Ibu Qiana terlihat senang ketika bercakap-cakap dengan Adam. Senyum terlihat tidak henti-hentinya menghias wajah wanita itu.“Jangan terlalu formal. Aku sudah bilang, panggil saja aku Adam.” Adam mengendus bau yang tidak nyaman dari kehadiran Qiana. “Apa yang terjadi? Baumu seperti baru tercebur di selokan?” Adam mengernyitkan hidungnya. Merasa terganggu penciumannya. “Dan kenapa dengan dahimu?”Ada goresan luka bekas kuku di atas alis Qiana sebelah kiri. Audie sempat
Baca selengkapnya

Bab 35. Audie Kecelakaan

Qiana mengernyit waktu dokter yang dipanggil Ned ke kamarnya mengoleskan obat luka di keningnya yang tergores.Hanya luka kecil, kenapa orang ini begitu repot memanggil dokter? Tanpa diobati pun akan sembuh dengan sendirinya nanti. Qiana bergumam ribut di dalam hati. Bibirnya tertekuk menahan keinginan untuk protes.Di depan sana, Ned duduk di sofa sambil menumpang kaki. Di pangkuannya tergeletak beberapa dokumen. Dia sedang menandai bagian-bagian di dalamnya dengan sebuah pulpen. Mencoret-coret tidak jelas, menurut Qiana.Entah kenapa makin lama, Ned makin menyebalkan. Bagaimana dia bisa tahu tentang keributan tadi pagi tanpa beranjak dari hotel? Apa benar seperti yang pernah dikatakan Beatrice tempo hari, tuan Zavier memiliki banyak mata?“Bukan luka yang serius,” ujar sang dokter sambil menempel plester menutup luka Qiana.Ned mengangkat wajahnya dari dokumen di tangan. Saat itu matanya bertemu dengan pandangan Qiana yang diam-diam men
Baca selengkapnya

Bab 36. Potongan Puzzle yang Membingungkan

“Eh, bukankah itu Audie?” Qiana bergumam dalam keterkejutannya. Meski mereka adalah seteru, dia tidak berharap Audie sesial itu.“Apa mungkin....” Qiana pernah mendengar tentang gosip dunia gelap yang dikuasai Ned. Ada banyak kekejaman yang hanya menjadi dongeng tapi tidak pernah terbukti. Apa mungkin masalahnya bisa jadi seserius ini? Ned membalas perbuatan Audie yang sudah menindas kekasihnya.Tanpa berpikir panjang, Qiana pergi ke ruang kerja lelaki itu. Dia mengetuk sebentar dan masuk setelah sebuah suara mengijinkan.Ned tenggelam dalam pekerjaannya. Dia tidak mendongak untuk melihat siapa yang datang. Mungkin karena dia sudah bisa memastikan orang yang mengetuk pintu.“Ada apa? Apa kau memutuskan untuk bersenang-senang denganku?” Ned masih tidak melihat pada Qiana.Qiana mengabaikan ocehan ambigu Ned. “Apa kau sudah mendengar kalau Audie kecelakaan?”“Siapa Audie? Aku tidak kenal.” Ned malah balik bertanya.“Dia ga
Baca selengkapnya

Bab 37. Kau Menyinggung Orang yang Salah!

Audie baru saja kembali dari kamar mandi dengan dipapah ibunya, nyonya Cadmael ketika pintu ruang perawatan VIP itu terbuka. Tuan Cadmael masuk dengan wajah merah karena marah. Di belakangnya, Aaron Cadmael mengiringkan langkah ayahnya. Wajahnya terlihat muram.Begitu melihat Audie, lelaki tua itu langsung melayangkan sebuah tamparan ke wajah Audie. Gadis itu terlempar ke atas tempat tidur. Dia tidak percaya kalau ayahnya bisa melakukan hal seperti itu padanya.“Louis, apa yang kau lakukan? Putri kita baru saja mengalami kecelakaan, tapi kau menamparnya? Kau.. kau bahkan tidak pernah memukulnya sebelumnya!” Nyonya Cadmael histeris. Dia mencoba menghalangi niat suaminya yang sudah hendak melayangkan sebuah pukulan lagi.“Biarkan aku menghajar gadis liar ini!” Tuan Cadmael menepiskan tangan istrinya yang memegangi tangannya. Dia memburu ke depan ke arah Audie yang sudah menangis menahan kesakitan.Untunglah Aaron berhasil menahan serangan ayahnya pa
Baca selengkapnya

Bab 38. Merayu Tuan Zavier

Qiana kini mengerti permasalahannya. Dia percaya dengan kata-kata Beatrice tadi pagi di kelas. Persoalannya memang tak seremeh yang dia bayangkan. Jadi memang Ned pelakunya. Kalau tidak, mana mungkin kedua orang ini merendahkan diri berlutut memohon pada Nick untuk bertemu Ned.“Nona, tolong kami. Perusahaan kami akan benar-benar bangkrut dalam beberapa jam lagi. Tolong sampaikan permohonan maaf kami pada tuan Zavier.” Tuan Caldmael kini bahkan meneteskan airmatanya.Bukan main! Seorang presdir sekelas Louis Caldmael yang kerap dihormati orang-orang, kini berlutut di kaki Qiana, berharap gadis itu mau menyampaikan permohonan maaf mereka.Bagaimana mungkin hati Qiana tidak luluh melihatnya?“Ba... baik. Aku akan coba sampaikan. Tapi aku tidak bisa berjanji apa-apa,” ujar Qiana iba. “Kalian pulang saja. Dan berdoalah semuanya akan kembali normal.Qiana tidak tahu harus mengatakan apa pada keduanya. Semua ini terlalu mengejutkan baginya. Dipikirkan bagaima
Baca selengkapnya

Bab 39. Tawaran Terbaik

“Kakak, aku bisa memasak untukmu!” ujar Qiana bersemangat, mematahkan ekspektasi Ned yang liar.Untuk beberapa saat Ned mengamati wajah yang kelihatan senang itu. Mata Qiana berkedip-kedip lucu seperti tak menghiraukan kekecewaannya.“Apa itu penawaran terbaikmu?”Qiana mengangguk sekuatnya. “Kau lelaki pertama yang akan mencicipi masakanku. Aku belum pernah memasak untuk lelaki mana pun sebelumnya.” Sejujurnya Qiana belum pernah memasak apa pun selain air dan mie instan. Tapi dia membuatnya terdengar menarik bagi Ned.“Hm, ciuman pertama. Masakan pertama. Cukup menarik juga.” Ned bergumam sendiri.Muka Qiana langsung memerah. Ned seperti hendak mengingatkannya pada kejadian di klub saat lelaki itu menciumnya. Bagaimana dia bisa yakin itu ciuman pertama Qiana?“Jadi, apa Kakak setuju?” Qiana mengabaikan ucapan Ned barusan. Fokuslah Qiana! Jangan terpancing!Ned tampak berpikir keras, mendatangkan kekhawatiran b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status