Home / Romansa / Perangkap Sang Penguasa / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Perangkap Sang Penguasa: Chapter 21 - Chapter 30

126 Chapters

Bab 21. Temanku Cukup Kaya

Qiana terperangah begitu mendengar permintaan Ned. Tubuhnya menjadi kaku seketika. "Cium aku, kau dengar? Anggap saja sebagai ucapan terima kasih pada seorang pacar." Ned kelihatan tidak sabar saat melihat Qiana yang tampak linglung."I… ini…. Aku…." Qiana menjadi gugup. Dia merasa serba salah. Kalau dia menolak, itu berarti dia telah menjadi seorang kekasih yang tidak patuh."Kau tidak mau?" Ned mendekatkan wajahnya yang menawan. "Kau berjanji akan menjadi gadisku yang penurut.""Bukan begitu…." Qiana menggigit bibir bawahnya. Dia tahu bahwa dia tidak bisa menolaknya.Tingkah Qiana dan ekspresinya yang kebingungan seperti itu malah membuat Ned gemas.Tiba-tiba saja wajah Ned sudah ditarik dan sebuah ciuman cepat mendarat di bibir lelaki itu. Setelahnya Ned yang terpana melihat Qiana yang melompat turun dari pangkuannya dengan tersipu. Gadis itu memanfaatkan kelengahan Ned untuk melepaskan diri.Ned mematung di tempatnya. Itu sama sekali bukan ciuma
Read more

Bab 22. Temanmu Laki-laki atau Perempuan?

"Apa?! Se… seratus ribu?!" Ibu Qiana nyaris histeris. Jumlah itu sangat besar bagi mereka saat ini. "Untuk apa kau pinjam uang sebesar itu?"Jantung ibu Qiana berdebar lebih cepat. Napasnya tiba-tiba terasa sesak. Dia memegangi dadanya dan mencoba menenangkan diri. "Seratus ribu? Qiana… tahukah kau berapa banyak jumlah itu?""Ibu, tenanglah sedikit." Qiana mengambilkan air minum untuk ibunya dan membantu wanita itu minum.Setelah meneguk sedikit air yang diberikan putrinya, nyonya Diana Allard menjadi sedikit lebih tenang. Namun keluhannya masih terdengar. "Qiana, bagaimana kau bisa berpikir meminjam sebanyak itu? Bagaimana kita bisa mengembalikannya?""Ibu, dengar dulu." Qiana bermaksud mengatakan kebenarannya. Setelah menarik napas panjang gadis itu melanjutkan kata-katanya. "Sebenarnya tadi pagi dokter memberitahuku bahwa ibu… ibu harus menjalani operasi…."Ada keheningan sejenak di dalam ruangan itu. Sementara pasien dan keluarganya masing-masing telah t
Read more

Bab 23. Kecelakaan di Pagi Hari

Hotel Phoenix, sesaat setelah kepergian Qiana. Ned Zavier mengangkat wajahnya saat Nick sang asisten memasuki ruang kerjanya. Wajah Nick terlihat tegang. Dia membawa sebuah berita yang menurutnya akan membuat tuannya cukup terganggu. "Tuan Jackson kembali. Orang kita yang di tempatkan di bandara melaporkan kedatangannya kemarin." Nick memberanikan menatap tuannya mencoba melihat reaksinya.Namun Ned terlihat tenang. Dia hanya bersandar sambil melihat pada Nick dengan dingin. " Kemarin?""Benar, Tuan….""Kau bilang kemarin?" Ned tertawa pelan. "Sejak kapan kau menjadi lambat? Aku sudah mendapat laporan dari orang kita yang mengawasi Adam di luar negeri kalau teman tersayangku itu telah menaiki penerbangan ke kota ini tiga hari yang lalu."Nick seperti dihantam dengan keras pada wajahnya. Tiga hari yang lalu? Bagaimana pihak mereka di bandara baru mengatakan bahwa tuan Jackson datang kemaren?"Dia pergi ke Blackstone di
Read more

Bab 24. Seseorang Yang Diandalkan

"Kalau aku harus mengganti kerusakan mobilmu, lalu siapa yang akan mengganti kerusakan mobilku?" Adam tampak sangat tenang saat mengatakan itu.Lelaki itu semakin marah begitu mendengar kata-kata yang dilontarkan Adam. Baginya itu terdengar seperti sebuah lelucon yang tidak lucu. "Kau menabrakku, jadi kau harus bertanggung jawab!"Semua orang yang kebetulan berada di tempat kejadian dapat melihatnya, mobil Adam memang menabrak mobil si lelaki yang tampak gusar. Namun semua juga tahu, kalau Adam tidak membenturkan mobilnya, mobil si lelaki itu akan menabrak Qiana yang tengah menyeberang jalan. Beruntung gadis itu hanya sedikit terserempet dan jatuh. Seandainya dia benar-benar tertabrak, tidak mustahil dia akan terluka sangat parah atau malah mungkin tewas seketika."Kau hampir menabraknya." Suara Adam masih terdengar datar tanpa emosi "Omong kosong!" Lelaki itu membantah tanpa mempedulikan tatapan mencela orang-orang di sekelilingnya. "Kalau tidak
Read more

Bab 25. Siapa Kau Sebenarnya?

"Tuan…." Qiana maju selangkah ke depan. Sikapnya seperti seorang yang tengah berusaha melerai. Sementara di mata Adam, gadis itu tampak seperti berusaha melindunginya. Hal itu membuatnya terlihat senang. Dia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang lalu berbicara sebentar di sana."Yang benar tidak selalu seperti kelihatannya. Tuan itu hampir menabrak saya, kalau Tuan ini tidak menabrakkan mobilnya mungkin saat ini saya sudah berada di rumah sakit." Qiana mencoba menjelaskan sebuah kemungkinan buruk lain. "Semua orang di sini melihatnya."Aparat penegak hukum itu mendengarkan penjelasan Qiana dengan sabar sebelum menanggapi. "Kalau begitu Nona juga bisa ikut bersama kami sebagai saksi. Kalau ada yang mau dijelaskan bisa dilakukan di kantor polisi."Qiana mengernyitkan alisnya dengan tidak senang. Sekarang malah dia terbawa-bawa urusan ini. Walau memang sejak awal hal ini sudah melibatkan dia, tapi seandainya bisa, dia ingin pergi sesegera mungk
Read more

Bab 26. Lelaki Sinting Lainnya

"Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit lecet. Percayalah. Dia terlalu berlebihan." Qiana mencoba menghalangi pemeriksaan."Periksa saja. Dia bilang kakinya sakit." Adam bersandar pada jendela dan mengeluarkan rokoknya lantas menyalakannya dengan acuh.Michael memandang tidak senang pada Adam. Ini rumah sakit. Terlebih lagi, ini ruangan dokter. Tak ada yang merokok di ruangan ini. Tapi Michael tahu, ditegur pun akan sia-sia. Adam selalu bersikap seenaknya di mana pun."Aku hanya akan memeriksa kakimu." Michael memberitahu dengan setengah membujuk. Gadis ini bertingkah seperti seseorang akan melecehkannya. Dia terus menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Kau tidak perlu berbaring. Duduk saja."Akhirnya Qiana menurut. Dia duduk di tepi ranjang dengan seprai putih dan memperhatikan sang dokter muda tampan itu memeriksa kakinya. Ternyata ada sedikit lecet dan memar. Jadi Michael membalutnya dengan perban dan meresepkan pereda nyeri untuk sakitnya.
Read more

Bab 27. Hadiah dari tuan Zavier

Karena tidak jadi ke kampus pagi itu, Qiana pamit pada ibunya untuk pergi ke apartemen mereka untuk mengambil beberapa barang. Dia juga bermaksud menemui pemilik apartemen untuk membayar uang sewa.Di depan pintu masuk, Qiana dihadang penjaga yang mengulurkan sebuah kotak berukuran sedang yang diikat dengan pita. “Seseorang menitipkannya untuk Nona,” ujar si penjaga bernama Curt itu.“Dia tidak mengatakan dari siapa?” Kening Qiana mengernyit menatap pada kotak di tangannya. Curt hanya menjawab dengan gelengan.Qiana mengangkat pandangannya pada Curt dan mengucapkan terima kasih lantas pergi ke kamarnya.Di bawah penerangan suram ruang tamu, Qiana menarik pita pengikat dengan rasa penasaran. Begitu penutup dibuka tampak sebuah kotak kemasan ponsel merk ternama tipe terbaru. Itu sebuah benda yang benar-benar mahal. Qiana tidak percaya jika ada seseorang yang begitu murah hati mengiriminya hadiah barang semahal itu.Namun
Read more

Bab 28. Jangan Memberiku Lagi

Ketiganya kemudian berlalu dari sana tanpa menunggu jawaban Qiana.Semua itu sempat disaksikan oleh beberapa mahasiswa. Mereka lalu saling berbisik sambil sesekali melihat pada Qiana.Beatrice menunduk ke lantai pada undangan yang jatuh di dekat kakinya kemudian memungutnya. Saat itu Qiana telah melangkah meninggalkannya. Dia tidak mempedulikan undangan itu.“Qiana, tunggu!” Beatrice bergegas mengejar. Baginya ini sangat luar biasa. Si ratu kampus Audie mengundang Qiana yang bukan siapa-siapa datang ke pestanya. Temannya sungguh beruntung. Tuan Zavier memang membawa pengaruh yang besar bagi orang-orang di sekelilingnya.Napasnya masih tidak beraturan setelah berlari mengejar ketika Beatrice tiba di dekat Qiana.“Apa kau akan datang dengan tuan Zavier?” Beatrice sangat antusias.“Kenapa aku harus datang? Dia bukan temanku!” Qiana menyahut dengan jengkel.“Tapi, kalau kau tidak datang mereka akan mentertawakanmu dan mengan
Read more

Hallo, Readers! Salam kenaaal....

Hai, semuanyaaa....! Ini novel pertama author di sini. Makasih banyak ya, sudah baca hingga bab ini. Dan semoga tetap setia baca hingga bab terakhir. Aku harap kalian semua suka dan terhibur. Mohon dukungan dengan rate, vote, komen dan follow author. Biar author tambah semangat lagi nulisnya. Ayo ayo... kasih komen dooong! Author pengen tau pendapat kalian tentang cerita ini. Adakah karakter yang kalian suka atau benci? Atau mungkin ada bab yang bikin kalian baper atau malah ketawa sendiri. Siapa tau....Semoga Readers semua diberi kesehatan, keselamatan dan rejeki yang melimpah. Semoga pula kebaikan dan kebahagian menyertai kita semua. Tetap semangat yaaa....Salaaam 🥰🥰🥰
Read more

Bab 29. Tinggallah Denganku!

“Tinggallah denganku di sini,” ulang Ned.Mata indah itu melebar mendengar ucapan Ned. “Kakak, aku... Ini tidak benar.” Qiana kebingungan memikirkan cara untuk menolaknya.“Kenapa? Kau takut?” Ned memajukan badannya, menatap penuh minat pada raut yang kebingungan itu.“Aku... aku... Aku harus menjaga ibuku. Ibuku sedang di rumah sakit dan tak ada yang menjaganya.” Qiana merasa lega menemukan alasan bagus untuk menolak. Tinggal dengan lelaki ini? Dia bahkan merasa gelisah meski hanya bersamanya beberapa menit.Ned menyeringai mendengar alasan Qiana. Dia mengetukkan jarinya di permukaan meja dan berujar, “Begitu?”Qiana mengangguk cepat mengiyakan.“Bagaimana kalau aku menemukan seseorang yang bisa menjaga dan merawatnya lebih baik darimu? Apa kau mau tinggal denganku?”“Ibu akan bertanya-tanya....” Kini Qiana ketakutan. Ned tampak serius dengan perkataannya. Dan Qiana telah berjanji untuk mematuhinya.“
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status