Audie baru saja kembali dari kamar mandi dengan dipapah ibunya, nyonya Cadmael ketika pintu ruang perawatan VIP itu terbuka. Tuan Cadmael masuk dengan wajah merah karena marah. Di belakangnya, Aaron Cadmael mengiringkan langkah ayahnya. Wajahnya terlihat muram.
Begitu melihat Audie, lelaki tua itu langsung melayangkan sebuah tamparan ke wajah Audie. Gadis itu terlempar ke atas tempat tidur. Dia tidak percaya kalau ayahnya bisa melakukan hal seperti itu padanya.“Louis, apa yang kau lakukan? Putri kita baru saja mengalami kecelakaan, tapi kau menamparnya? Kau.. kau bahkan tidak pernah memukulnya sebelumnya!” Nyonya Cadmael histeris. Dia mencoba menghalangi niat suaminya yang sudah hendak melayangkan sebuah pukulan lagi.“Biarkan aku menghajar gadis liar ini!” Tuan Cadmael menepiskan tangan istrinya yang memegangi tangannya. Dia memburu ke depan ke arah Audie yang sudah menangis menahan kesakitan.Untunglah Aaron berhasil menahan serangan ayahnya paQiana kini mengerti permasalahannya. Dia percaya dengan kata-kata Beatrice tadi pagi di kelas. Persoalannya memang tak seremeh yang dia bayangkan. Jadi memang Ned pelakunya. Kalau tidak, mana mungkin kedua orang ini merendahkan diri berlutut memohon pada Nick untuk bertemu Ned.“Nona, tolong kami. Perusahaan kami akan benar-benar bangkrut dalam beberapa jam lagi. Tolong sampaikan permohonan maaf kami pada tuan Zavier.” Tuan Caldmael kini bahkan meneteskan airmatanya.Bukan main! Seorang presdir sekelas Louis Caldmael yang kerap dihormati orang-orang, kini berlutut di kaki Qiana, berharap gadis itu mau menyampaikan permohonan maaf mereka.Bagaimana mungkin hati Qiana tidak luluh melihatnya?“Ba... baik. Aku akan coba sampaikan. Tapi aku tidak bisa berjanji apa-apa,” ujar Qiana iba. “Kalian pulang saja. Dan berdoalah semuanya akan kembali normal.Qiana tidak tahu harus mengatakan apa pada keduanya. Semua ini terlalu mengejutkan baginya. Dipikirkan bagaima
“Kakak, aku bisa memasak untukmu!” ujar Qiana bersemangat, mematahkan ekspektasi Ned yang liar.Untuk beberapa saat Ned mengamati wajah yang kelihatan senang itu. Mata Qiana berkedip-kedip lucu seperti tak menghiraukan kekecewaannya.“Apa itu penawaran terbaikmu?”Qiana mengangguk sekuatnya. “Kau lelaki pertama yang akan mencicipi masakanku. Aku belum pernah memasak untuk lelaki mana pun sebelumnya.” Sejujurnya Qiana belum pernah memasak apa pun selain air dan mie instan. Tapi dia membuatnya terdengar menarik bagi Ned.“Hm, ciuman pertama. Masakan pertama. Cukup menarik juga.” Ned bergumam sendiri.Muka Qiana langsung memerah. Ned seperti hendak mengingatkannya pada kejadian di klub saat lelaki itu menciumnya. Bagaimana dia bisa yakin itu ciuman pertama Qiana?“Jadi, apa Kakak setuju?” Qiana mengabaikan ucapan Ned barusan. Fokuslah Qiana! Jangan terpancing!Ned tampak berpikir keras, mendatangkan kekhawatiran b
“Ehem. Kakak, maaf ada sedikit masalah. Karenanya agak lama. Tapi kurasa kau tidak akan kecewa.” Qiana membuka tudung saji dan meletakkan piring berisi potongan steak dan sayuran ke atas meja lalu menatanya di depan Ned.Dia juga menuang segelas air putih untuk lelaki itu.“Silakan. Steak Sirloin panggang ala Qiana.” Qiana mengulas senyum terbaik yang bisa diberikannya.Ned menghela napas. Steak itu terlihat lumayan. Ada juga tambahan potongan kentang, wortel dan buncis. Baunya juga mirip steak sungguhan. Ned menyebutnya sungguhan, karena tidak yakin pada rasanya.“Kau tidak ikut makan?” tanya Ned seraya meraih pisau dan garpu. “Tidak. Aku sudah kenyang.” Qiana sedikit meringis saat mengatakan itu. Sebenarnyalah dia lebih dari kenyang. Entah berapa potong steak hangus yang dia habiskan. Itu cukup lumayan. Jauh lebih enak dari sepotong roti isi telur yang sering disantapnya. Sekarang perutnya terasa hendak meledak.Ned mulai mengiris. Dagingnya sed
“Kakak, apa kau baik-baik saja?” Qiana menanyakan itu tanpa berani melihat pada Ned. Dia duduk di pinggir ranjang yang berlawanan dengan Ned. Ned sendiri sudah berbaring dan memejamkan matanya. Dia seperti tidak mendengar pertanyaan gadis itu.“Apa kau marah padaku?” Qiana mulai melirik sedikit pada Ned. Lelaki itu terlihat lebih menakutkan bila sedang diam.“Aku minta maaf. Steaknya memang sedikit asin. Tapi percayalah, aku memasaknya dengan setulus hati dan sepenuh jiwaku. Aku tidak pernah memasak sebaik itu.” Qiana meringis teringat betapa bergaramnya steak yang dimakan Ned. Mungkin karena itulah Ned jadi murka. Mungkin karena tekanan darahnya sedang tinggi setelah mengkonsumsi makanan asin terlalu banyak.Tapi mungkin juga lelaki itu tidak sedang marah. Barangkali saja dia hanya sangat mengantuk. Qiana bergumam di dalam hati.“Kakak...”“Bisakah kau tidak menggangguku? Aku cukup beruntung tidak tewas setelah makan steak bera
“Kau gila!” Refleks Qiana memaki. Adam terbahak. Respon Qiana sangat lucu menurutnya. Tak ada gadis yang menolak jika Adam menginginkannya. Kecuali satu orang tentunya.“Oke, aku cuma bercanda. Tidak perlu semarah itu. Bagaimana kalau makan malam denganku?”“Aku sibuk. Tidak ada waktu.” Qiana melanjutkan langkahnya menuju sebuah lift.“Takut ketahuan pacarmu?”“Tuan Jackson, itu bukan urusanmu.” Qiana mengabaikan lelaki itu dan masuk ke sebuah lift. Dia menjadi benar-benar kesal. Adam ternyata lebih merepotkan dibanding Ned .Sepeninggal Qiana, tawa adam menjadi surut. Seperti ada awan gelap yang menutupi wajahnya. Dia berbalik dari arah lift dan berlalu dari tempat itu.Keluar dari lift, Qiana malah bertemu orang yang lebih membuatnya jengkel. Olivia Traven yang kini telah berganti nama belakang menjadi Olivia Neilson, kakak tiri Qiana. Di sebelahnya melangkah dengan anggun, Laura Neilson, istri baru ayahnya.“Qiana? Ini benar-benar sebuah keberuntungan bagi kami.” Olivia terlihat s
Itu adalah sebuah pertarungan yang seimbang setelah makan malam yang tenang.Mereka berdiri berhadapan dapam jarak beberapa langkah. Bertempat di atap restoran termewah di kota, sebuah lantai atas yang terbuka. Malam itu The River ditutup untuk umum. Masing-masing penjaga dari mereka hanya berdiri di depan pintu bawah bangunan. Tak ada satu pun yang diperbolehkan masuk sampai salah satu dari mereka keluar sebagai pemenang.Ini telah lebih dari tiga jam, Nick menghitung. Mungkin tuannya dan Adam Jackson telah memulai pertarungannya dua jam yang lalu.Nick telah lama bersama tuannya. Dia juga mengenal Adam Jackson yang keras kepala. Pertarungan terakhir keduanya adalah dua tahun yang lalu. Berlangsung hampir setengah hari. Keduanya sudah sangat berantakan dan babak belur. Tapi tuannyalah yang masih tegak berdiri hingga akhir.Sayangnya, saat Adam yang tak lagi bergerak dibawa pergi, tuannya pun ambruk dan harus menjalani perawatan selama seminggu lebih.Nick mengkhawatirkan tuannya. T
Ned dan Adam menoleh bersamaan, lalu bangkit perlahan. Adam menyeringai seraya menyusut sudut bibirnya yang berdarah. Dia terkekeh demi melihat Qiana. Tak mengira jika pertarungan mereka bisa dilihat gadis itu.Ned juga terkejut dengan kedatangan gadis itu. Padahal ada banyak orang yang berjaga di bawah sana. Tapi dia tidak heran jika Qiana bisa sampai di sini. Dia sudah menyaksikan banyak kenekatan gadis itu.“Apa yang kau lakukan di sini? Siapa yang menyuruhmu datang?”“Bukankah harusnya aku yang bertanya, apa yang Tuan-tuan lakukan di sini? Kalian seperti anak kecil yang bertengkar. Benar-benar memalukan!” Qiana memarahi kedua lelaki itu.Adam kini terbahak. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa. Padahal penampilannya saat itu sangat mengenaskan.Mereka adalah dua orang paling berpengaruh di kota. Dan gadis muda ini memarahi mereka seperti dua anak kecil yang nakal.Adam berjalan mendekat. “Ini urusan laki-laki. Anak gadis tidak boleh ikut campur,” ujarnya setengah mengol
“Hm, benarkah?” Ned menunduk, menjadi sangat tertarik dengan pernyataan Qiana.Gadis itu memaki dirinya sendiri dalam hati. Mulutnya akhir-akhir ini menjadi sangat kurang ajar dan membuatnya malu.Qiana mengangguk dengan putus asa. Apalagi yang bisa dikatakannya? Dia tidak punya alasan lain untuk berkelit.Ned meraih dagu gadis itu yang menjadi makin merah wajahnya. bermaksud mencium.“Kakak, aku baru ingat.” Qiana menjauhkan lengan besar itu. Dia tahu sesuatu akan menjadi kacau karena pernyataannya barusan. Karenanya dengan gugup dia terus berpikir. Untunglah dia jadi teringat.“Ibu pernah mengatakan ingin bertemu kau. Jadi, sebelum operasi, maukah kau menjenguknya?” “... tapi jangan katakan apa pun. Dia hanya tahu kalau seorang teman meminjamiku uang.” Qiana agak khawatir. Tak masalah jika Ned tidak mau. Dia lebih cemas jika lelaki ini datang. Adakah dia mau bekerjasama untuk tidak mengatakan hal-hal konyol yang sedang terjadi di antara mereka?Yang lebih penting lagi, Qiana henda
Tanpa menoleh, Charles berkata, “Kapan kau mengetahuinya?”“Saat itu kau sedang sibuk dengan perusahaan. Jadi aku tidak memberitahu.” Laura mengira akan mendapatkan respon yang mengejutkan dari Charles. Tak disangka suaminya hanya menanggapi dengan dingin. Tidakkah dia seharusnya senang bahwa Qiana yang ternyata benar putri kandungnya menikah dengan orang paling berpengaruh di kota Yardley? Barangkali saja gadis itu mau menolong mereka untuk bisa kembali bangkit.Karena tak mendapati tanggapan yang diharapkan, Laura melanjutkan. “Kupikir ini adalah keberuntunganmu. Cobalah kau temui Qiana....”“Jadi, Diana tidak bersalah. Dia tidak pernah berselingkuh. Bukti-bukti itu palsu dan merupakan hasil rekayasa seseorang.” Charles memotong perkataan Laura dan berbicara seperti orang melamun.“Soal itu aku tidak tahu. Kau yang mendapatkan buktinya dari seseorang.” Charles mendapatkan kiriman amplop berisi foto-foto bukti perselingkuhan Diana dengan seorang lelaki asing. Meski Diana telah memb
Sebuah pesta pernikahan megah tengah ditayangkan di sebuah saluran televisi. Bukan cuma di satu stasiun, tapi semua stasiun televisi menyiarkannya.Benarkah hari ini pernikahan Ned Zavier? Bukankah undangan yang dikirimkan Qiana juga menuliskan tanggal yang sama yaitu hari ini?Allison tidak pernah lagi menonton berita atau membacanya di internet. Begitu juga dengan orang-orang di rumah. Mereka sekeluarga trauma dengan pemberitaan di luar sejak Allard Corp dinyatakan bangkrut. Jadi dia benar-benar tidak tahu berita-berita terkini.Layar menampilkan gambar yang diperbesar. Pasangan yang serasi. Yang lelaki tampan menawan. Wanitanya cantik menarik.Sebentar! Sepertinya dia mengenal pengantin wanitanya.Allison bahkan mendekatkan mukanya ke etalase, memastikan bahwa seseorang di layar itu memang dikenalnya.Qiana?! Benarkah itu adalah si gadis pembual? Bagaimana bisa?Kedua tangan Allison gemetar menekan kaca etalase. Meski dalam riasan pengantinnya yang memukau, Allison samar-samar bis
“Ibu.” Darla memeluk ibunya berusaha membujuk. “Tuan Harrison benar, ini hanya salah paham. Lagipula tidak ada yang terjadi dengan menantumu.”Queena Zavier punya sifat keras kepala. Bahkan suaminya sendiri kewalahan menghadapi jika istrinya mulai mengamuk. Darla sedikit khawatir karenanya. Diam-diam memberi isyarat pada Loco agar pergi menjauh.“Tapi dia hampir mencelakai menantuku. Sekarang malah berani menggandeng putriku. Kau pikir semudah itu mendapatkan gadis dari keluarga Zavier?” Queena menarik Darla ke belakangnya, menjauhkannya dari sisi Loco Harrison.“Nyonya, aku minta maaf kalau membuat Nyonya kesal. Lain kali aku akan lebih hati-hati. Soal Darla, kami saling mencintai. Aku harap, Nyonya bisa merestui hubungan kami.” Loco bahkan sedikit membungkukkan badannya menyatakan kesungguhan dan penghormatannya. Hal yang jarang dia lakukan.“Ibu, berbaik hatilah.” Darla merengek pada ibunya. Dulu dia sering melakukannya untuk meluluhkan hati wanita itu. “Selama ini tuan Harrisonlah
Waktu dua bulan terlewati tanpa terjadi sesuatu yang berarti menurut Qiana. Dia berusaha menghindari masalah yang kadang masih mencoba menyentuhnya karena kesalahpahaman. Selain untuk menjaga agar tidak membuat ibu mertuanya khawatir dan bertindak di luar nalar, dia juga tidak ingin mengacaukan rencana pernikahan yang akan berlangsung sebentar lagi.Queena Zavier sempat mendengar cerita penjebakan diri Qiana dan berkata akan membawa pasukan dari pulau untuk menghabisi pelaku dan seluruh keluarganya. Menurut Queena, kesalahan juga harus menjadi tanggung jawab keluarga pelaku karena telah memberi pendidikan yang salah. Untunglah akhirnya dengan memelas Qiana berhasil membuat ibu mertuanya membatalkan rencananya. Qiana tidak bisa membayangkan seandainya itu benar terjadi, akan ada banyak korban berjatuhan.Dan Ned, kenapa lelaki itu diam saja mendengar ibunya memiliki rencana itu?“Kau sudah jadi menantu kesayangannya. Lagipula memang sejak dulu tidak pernah ada yang bisa menghentikan ke
“Ibu!” seru Qiana nyaris histeris. Untunglah mereka tidak sedang dalam posisi yang memalukan. Kalau tidak, dia tidak tahu harus ke mana mesti menyembunyikan muka. Ned sendiri tidak menampakkan keterkejutan pada wajahnya. Dia sudah terbiasa dengan kejutan-kejutan dari ibunya. Apalagi meski tidak memastikan waktunya, tapi ibunya pernah mengatakan akan datang secepatnya.Queena Zavier masuk dan langsung menghampiri Qiana sementara sang menantu tampak masih belum pulih dari rasa terkejutnya.“Qiana, apa Ned memperlakukanmu dengan baik?” Queena memeluk Qiana dengan penuh sayang.Qiana hanya bisa mengangguk seperti ayam mematuk umpan. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Bagaimana bisa ibu mertuanya ini masuk ke kamar mereka tanpa mengetuk. Dia harus benar-benar mengingatnya nanti agar selalu mengunci pintu bila sedang bersama Ned.“Baguslah. Kalau tidak, aku akan menyuruhnya kembali ke pulau. Kalian lebih baik tinggal di sana agar aku bisa mengawasinya setiap hari.”Mendengar akan disuruh
Lagi-lagi kelima lelaki tertawa bersamaan. Mereka pikir Qiana kaget dengan jumlah uang yang mereka sebutkan.“Jadi, apa kau sanggup memberi kami sepuluh kali lipatnya?”“Aku akan berikan. Tapi tidak sekarang. Aku tidak membawa uang kontan,” ujar Qiana mencoba menghentikan niat mereka. Uang bukan masalah lagi, kan?“Manis, tidak usah membual. Dari penampilanmu, kami bisa menilai kalau kau bahkan tidak memiliki uang sebanyak seribu dollar. Kau katakan akan membayar kami sepuluh kali lipat yang berarti seratus ribu dollar? Apa kau sedang bermimpi? Lebih baik menyerah saja.” Si lelaki bercambang ikut mendekat.Qiana menggengam erat tas yang melingkar di bahunya. Diam-diam meraih ponsel dari dalam tas, bermaksud menelpon Ned. Namun seseorang menarik tasnya dan melemparkannya ke suatu tempat di ruangan. Kemudian Qiana merasa seseorang menyeret dan menghempaskannya ke sofa.“Apa yang kau lakukan... aaakh!”Seseorang menindih Qiana, berusaha menciumi gadis itu. Qiana berontak sekuat tenaga,
“Menurutmu?” Qiana balik bertanya. Dia sebenarnya malas menghadapi Emilia.“Aku tahu kau tidak sepolos kelihatannya. Dari awal kau datang, tuan Asher telah tertipu oleh penampilanmu. Tapi tidak denganku. Aku sudah gatal ingin memberimu pelajaran. Sayang tuan Asher mencegahku.”“Kau yakin bisa memberiku pelajaran? Tuan Asher yang manajer saja tidak mampu menyentuhku, apalagi kau yang cuma asistennya.” Qiana bangkit dari duduknya. Meski tingginya sedikit lebih pendek dari Emilia, nada dinginnya sanggup membuat nyali Emilia menciut.Ya, jika tuan Asher tidak sanggup membereskan setan kecil ini, apalagi dia yang hanya asisten manajer. Siapa sebenarnya gadis ini? Kenapa dia bisa begitu berani meski baru bekerja tiga hari.Keduanya saling tatap dengan perasaan yang berbeda. Emilia dipenuhi kebencian, sedangkan Qiana justru merasa kasihan. Dia yakin gadis di depannya ini telah jadi alat pemuas nafsu Lew Asher dengan imbalan promosi jabatan. Sekarang Emilia kehilangan orang yang bisa diandalk
“Tuan Anderson, aku yang minta maaf karena tidak memberitahu anda. Aku sama sekali tidak bermaksud mengganggu pekerjaan anda. Hanya sedikit bosan. Biasanya dari siang sampai malam aku bekerja. Sekarang ini aku merasa terlalu menganggur. Jadi kupikir mungkin aku bisa bekerja di sini.” Qiana tertawa pelan. “Apa menurut Tuan seragam ini pantas untukku?” Qiana menunduk sesaat merapikan seragamnya.Henry tidak bisa menahan tawanya. Menurutnya nyonya muda ini sangat lucu. Dia tampak imut dalam seragamnya. Seandainya dia memakai seragam siswi SMU pun, mungkin akan sulit dibedakan dengan siswi lainnya.“Nyonya terlihat cocok memakai apa pun.” Henry memberi komentar sopan. “Oya, Nyonya, silakan duduk. Saya akan menyuruh Alma membuatkan minuman.”“Apa aku boleh duduk di kursi kerja Tuan?” Qiana meminta dengan antusias.“Tentu Nyonya. Cobalah. Suatu hari Nyonya juga akan duduk di sana.” Henry tersenyum melihat tingkah Qiana yang mulai berputar-putar di kursinya.“Aku tidak berminat. Pasti akan s
“Tuan, itu tidak membuktikan apa-apa,” ujar si petugas keamanan. “Lagipula, kalaupun benar, kita tidak bisa menemukan sidik jarinya di sana karena sudah tertimpa sidik jari Tuan.”Sialan! Lew benar-benar meledak sekarang.“Pergi kalian dari sini! Orang-orang tidak berguna. Aku akan mengajukan komplain ke atasan kalian bahwa kalian tidak bisa bekerja dengan benar.” Lew berkata lantang dan menunjuk ke arah pintu ke luar.Ketiga petugas tidak bisa berkata apa-apa lagi. Mereka segera pergi setelah saling pandang satu sama lain. Begitu tidak ada siapa pun di kantornya, Lew memandangi pisau yang tadi diletakkannya di atas meja. Ada perasaan dingin yang melintas di hatinya. Perutnya mual. Dia segera melempar pisau itu ke dalam laci dan terduduk lelah di kursinya.Gadis itu terlalu berani. Dia bahkan masih punya nyali untuk tetap tinggal di kantor ini.Lew mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja. Dia mencoba memikirkan sesuatu untuk tetap mendapatkan gadis itu dan memberinya pelajaran lalu m