Home / Rumah Tangga / Yang Mandul Itu Kamu, Mas! / Chapter 131 - Chapter 140

All Chapters of Yang Mandul Itu Kamu, Mas!: Chapter 131 - Chapter 140

185 Chapters

Bab 131. Menerima Status Janda

Saat tiba di rumah, aku mendapati dua orang asing yang usianya tidak muda lagi sedang duduk di sofa ruang tamu. Aku tersenyum pada mereka. Mungkin mereka tamu ibu dan ayah. Tampak wajah kedua orang tuaku sangat kaget ketika melihatku. Aku ingin memeluk mereka. Hanya saja merasa malu jika di lihat oleh tamu.Aku langsung melangkah menuju kamar.Baru saja menaruh tas, ibu pun masuk. "Arumi, kok tidak menghubungi ayah dan ibu kalau kamu datang?" tanya ibu dengan suara pelan. "Iya, Bu. Hehe, mau ngasih kejutan," ujarku sambil membuka jilbab."Jangan lepas jilbabmu. Sini keluar dengan ibu. Kamu harus berkenalan dengan orang yang ada di depan." Ibu berkata dengan raut wajah yang serius. Tumben, tidak ada basa basi terlebih dahulu."Memangnya mereka siapa, Bu. Tadi 'kan aku sudah senyum. Memangnya itu kurang ya? Aku masih ingin istirahat." Aku kini sudah duduk di atas ranjang tidur. Ibu menghampiriku. Kini ibu telah duduk di sampingku."Mereka orang tua Nak Yuda. Mereka datang ke sini dua
last updateLast Updated : 2023-06-18
Read more

Bab 132. Lamaran Kedua

"Kami sudah capek menyuruh Yuda untuk menikah. Umurnya tidak muda lagi, sudah pantas untuk membina rumah tangga. Tetapi dia tetap menolak. Bahkan ayahnya sudah lelah memaksa, Yuda masih saja beralasan ingin fokus bekerja. Saat dia mengatakan ingin melamar seorang perempuan, kami sangat senang. Tidak perlu takut kami akan memperlakukan Arumi tidak baik, Yuda bahkan sudah menceritakan semua kejadian saat di pengadilan," ujar ibunya Yuda. Aku langsung mengangkat wajah. Berarti Yuda telah mengatakan kepada kedua orang tuanya jika aku mandul. Ya Allah, itu sungguh tidak benar. Saat itu aku di fitnah. Aku juga belum meluruskan ucapan itu. Berkata jujur pada Yuda jika InsyaAllah aku bisa memberinya keturunan."Maksudnya bagaimana ya, Bu? … Di pengadilan?" Ibu yang sejak tadi terdiam, kini bersuara. Aku menoleh, wajah ibu nampang bingung. Aku juga menoleh pada ayah. Ternyata ayah juga menampakan wajah yang sama seperti ibu. Berarti mereka belum tahu jika Yuda adalah sekarang hakim. Mungkin
last updateLast Updated : 2023-06-18
Read more

Bab 133. Hari Istimewa

***"Ini masih lama nggak? Satu jam lagi mempelai laki-laki dan keluarganya akan datang," ujar Tante Veya dari belakang. Aku bisa melihat pantulan dirinya dari cermin. Dia adik ibu yang paling bungsu. Jika untuk urusan mengatur acara, dia lah orangnya. Kata ibu, jiwa mengatur Tante Veya sudah ada sejak kecil. Telah mendarah daging dan tidak bisa hilang. Apapun akan diurus oleh dia."Jangan disuruh cepat-cepat, Tante. Nanti hasilnya jelek." Aku berkata dengan suara manja. Bukan hanya sekali Tante Veya menegur MUA. Kalau tidak salah menghitung, sudah empat kali dia masuk ke sini.Aku kurang suka. Walau bagaimanapun, aku ingin cantik hari ini. Jika MUA di suruh percepat, hasilnya pasti akan jelek. Tadi MUA sudah datang tepat waktu. Sesuai dengan yang aku katakan saat membuat janji. Hanya saja, ternyata ruangan yang harus dipakai sebagai tempat MUA menghias diriku, digunakan untuk menaruh segala macam jenis kue. MUA akhirnya menunggu lama. Dan terjadilah sekarang, MUA di perintah untuk
last updateLast Updated : 2023-06-19
Read more

Bab 134. Ijab kabul

Aku lalu diantar ke kamarku oleh beberapa orang keluarga ayah. Sudah dua malam aku tidak tidur di kamar ini, karena sudah dihias menjadi kamar pengantin. Aku kembali mengingat saat pesta pernikahanku bersama Mas Amar, dulu kamar pengantin di rumahnya tak diberi hiasan seperti ketika menikah dengan Lilis. Tak mengapa, semuanya sudah berlalu. Aku telah ikhlas atas perlakuan Mas Amar."Saudara Pangeran Yuda Oktavio Bin Hery, aku nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak kandungku, Raden Maisya Arumi." Suara ayah menggelegar memenuhi ruangan. Namun terdengar menahan sesak. Beberapa detik, ayah pun menangis. Aku merasa sesak mendengar tangisan ayah. Rasanya ingin memeluknya. Tetapi tak mungkin. Aku belum diizinkan untuk keluar. "Mbak, air matanya di tahan ya," ujar Mbak Lani yang ada di sampingku. Dia masih menjaga. Mungkin hingga aku menuju ke depan, tempat akad nikah.Ayah lalu melanjutkan ucapan dengan suara sesegukan. Aku tak kuat mendengar. Rasanya ingin menangis.Aku mengerti peras
last updateLast Updated : 2023-06-19
Read more

Bab 135. Kehidupan Yang Baru

***"Arumi, hari ini ada agenda apa, Nak?" ujar ibu yang telah menjadi mertuaku. Aku sudah seminggu lebih tinggal di rumah orang tua Yuda. Diluar dugaan, mereka memperlakukan aku dengan sangat istimewa. Aku tidak dibiarkan memasak atau melakukan pekerjaan rumah lainnya, karena ada asisten rumah tangga. Ibu mertua hanya meminta tolong padaku untuk memperhatikan dan mengurus kebutuhan Yuda. Sungguh sangat baik."Rencananya aku dan Mas Yuda mau ke ruko, Bu. Ingin melihat-lihat, apa saja yang diperlukan untuk keperluan cabang warung yang baru. Ngomong-ngomong, terimakasih ya, Bu. Karena ibu sudah mengizinkan aku untuk membuka cabang warung makan di ruko " Sejak aku telah sah menjadi istri, Yuda menginginkan untuk dipanggil dengan sebutan "Mas" atau "Sayang". Aku menyetujui. Meskipun masih terasa kaku, aku akan terus belajar. Hingga kini aku belum terbiasa dengan karakter Yuda yang selalu butuh di manja. Mungkin yang semua orang tahu, dia adalah lelaki jutek. Padahal karakter asli sanga
last updateLast Updated : 2023-06-20
Read more

Bab 136. Masih Ada Ketakutan

"Kamu lihat apa, Sayang? Mari kita masuk." Suara Yuda menghentikan lamunanku."Nggak lihat apa-apa kok. Aku hanya memikirkan kalau lokasi ruko ternyata sangat strategis. Tepat di depan rumah sakit. Aku optimis. Kalau kita buka warung di sini, InsyaAllah akan laris. InsyaAllah banyak orang yang akan berkunjung," ujarku sambil melihat-lihat halaman ruko. Aku tidak boleh ketahuan jika baru saja berbohong. Hampir saja ketahuan. Bisa bahaya jika orang itu benar Mas Amar. Yuda sudah pernah bertemu Mas Amar. Jangan sampai dia masih mengingat wajah mantan suamiku. Walau bagaimana pun, aku tidak menginginkan terjadi masalah dalam rumah tanggaku karena masa lalu."Aku pikir kamu kenapa-napa. Yuk kita masuk." Yuda lalu menarik lembut tanganku untuk melangkah ke dalam ruko."Dulu ibu mau buka usaha di sini. Tetapi aku melarang dan meminta agar ruko ini untuk aku saja. Aku sudah memikirkan jika nanti kita menikah, kamu bisa membuka cabang di sini. Pemikiran kita sama, Sayang. Aku juga optimis jik
last updateLast Updated : 2023-06-20
Read more

Bab 137. Melihat Mas Amar 

"Terimakasih juga, telah mau menerimaku menjadi suami." Ternyata akan semanis ini buah dari kesabaran. Aku pernah berpikir jika Allah sangat membenciku, sehingga memberikan cobaan yang sangat berat. Saat memutuskan untuk menikah, tak satupun orang ingin pernikahannya berakhir.Aku juga pernah berpikir jika tak mungkin ada lelaki yang mau menerima kekuranganku. Status janda di lingkungan sosial sangat buruk. Apa lagi aku bercerai hidup. Orang-orang pasti mengira jika aku bercerai karena memiliki karakter yang buruk. Namun semua pikiran buruk itu terbantahkan. Di dunia ini ternyata masih ada lelaki baik yang mau menerimaku. Ternyata Allah bukan membenciku. Justru karena kasih sayangNya, sehingga aku dipisahkan dari lelaki seperti Mas Amar. "Maafkan aku yang dulu, ya. Selalu berpikir buruk tentang kamu. Soalnya aku merasa sangat tidak mungkin jika kamu menyukaiku. Kamu itu lelaki yang memiliki banyak idola di sekolah. Sedangkan aku? Hanya si buruk yang kurang bergaul. Kamu juga siswa
last updateLast Updated : 2023-06-20
Read more

Bab 138. Pertemuan Tak Terduga

Apa itu benar Mas Amar? Atau mungkin orang yang hanya mirip dengan Mas Amar. Orang itu langsung melihat dan juga menatapku. Mungkin dia menyadari jika aku melihatnya. Kami saling bertatapan beberapa detik. Ya, dia adalah Mas Amar. Aku tidak mungkin salah orang. Aku masih mengingat jelas tatapan matanya. Aku langsung berbalik dan mendekati Yuda. Tak ingin bertatapan terlalu lama dengan Mas Amar. Sudah lama aku tak bertemu dengannya. Dan aku sungguh tidak ingin lagi melihatnya. Kami sudah tidak punya urusan. Aku dan dia telah lama selesai."Sayang, kita pergi saja dari sini. Sepertinya peralatan dapur yang ada di sini kurang bagus," ujarku dengan lembut. Menutupi raut ketakutan. Yuda tidak boleh tahu jika di sini ada Mas Amar. Aku melirik lelaki yang telah sah menjadi mantan suamiku. Dia masih saja menatapku. "Kok bisa? Padahal di sini tempat yang sering dikunjungi oleh ibu kalau mencari peralatan dapur. Kok bisa tidak lengkap, sayang." Yuda berkata masih sambil melihat-lihat barang
last updateLast Updated : 2023-06-20
Read more

Bab 139. Kembali Takut

Yuda langsung memasukan aku ke dalam mobil. Dari dalam mobil, aku bisa melihat Mas Amar yang masih saja berdiri di tempat tadi. Dia menatap tajam, namun tatapan itu nampak sendu. Aku tak mengerti maksud tatapan Mas Amar. Lelaki yang sudah menjadi mantan suamiku itu tampak berbeda. Rambut yang dulu selalu rapi, kini berantakan, panjang dan tak terurus. Kumis yang dulu selalu dicukur, kini telah lebat. Kulitnya juga nampak kusam. Tidak seperti Mas Amar yang pernah aku kenal dulu.Baju yang dipakai oleh Mas Amar juga sepertinya tidak disetrika, terlihat sangat kusut. Padahal dulu, Mas Amar selalu keluar dari rumah menggunakan baju yang telah disetrika. Aku selalu memastikan jika pakaian yang digunakan haru rapi. Apa yang sedang terjadi dengan Mas Amar? Di mana Lilis? Seingat aku, Lilis perempuan baik. Tidak mungkin jika dia tak mengurus Mas Amar. "Apakah sayang ini bicara terlebih dahulu dengan dia?" tanya Yuda yang kini telah duduk di kursi pengemudi. Dia berkata sambil menatap tajam
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more

Bab 140. Sembuhkan Lukaku

"Sayang, kenapa menangis?" tanya Yuda. Dia langsung memelankan laju mobil. Perlahan, mobil pun berhenti. Aku tak mampu menahan. Air mata terus saja berjatuhan. Bagaimana cara menghentikan pikiran ini? Aku sungguh tidak bisa. Tangan lalu memukul-mukul kepala. Membiarkan diri agar terfokus pada rasa sakit. Aku sangat ketakutan. Tadi aku masih bisa tenang. Namun kini, tidak! Aku tidak bisa berpikir tenang setelah pikiran buruk ini menggelimuni."Hei, ada apa, sayang? Kenapa jadi nangis seperti ini?" Yuda mengguncang pelan tubuhku. Dia berusaha melepas tanganku yang masih menutup kedua wajah. Suara tangis kini memenuhi ruang mobil. Yuda langsung memelukku. Aku kini menangis dalam pelukan. Yuda pun mengusap punggung. Seakan memberikan ketenangan."Menangis lah! Jangan di pendam. Maaf jika aku mengucap kalimat yang sayang tidak suka. Maafkan aku," ujar Yuda sambil mengusap punggung belakangku."Maafkan aku! Maafkan aku!" tuturku lirih sambil sesegukan."Sayang tidak salah. Aku yang salah
last updateLast Updated : 2023-06-21
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status