Home / Rumah Tangga / Yang Mandul Itu Kamu, Mas! / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Yang Mandul Itu Kamu, Mas!: Chapter 121 - Chapter 130

185 Chapters

Bab 121. Kenyataan Pahit Untuk Trisha 

***"Ada apa, Tris? Kok kamu dari tadi hanya melamun. Aku tawarkan makan, tidak mau. Kamu sakit?" Kini aku telah duduk berhadapan dengan Trisha. Dia datang sejak tadi di warung. Tetapi hanya duduk diam. Dua jam duduk di sini, bukan waktu yang cepat. Aku sudah mengajaknya bicara, tetapi dia masih saja terdiam. Tentu Wajar jika aku khawatir."Tris, kalau kamu ada masalah, ngomong padaku. Jangan dipendam sendiri. Biasanya kalau ada apa-apa, kamu selalu cerita. Kenapa sekarang memilih diam?" Aku kembali berkata. Saat ini warung sudah sepi. Aku memanfaatkan waktu senggang untuk bicara pada Trisha. Selama melayani pengunjung, aku terus memikirkan Trisha yang belum juga makan."Aku sudah mendapatkan jawaban dari Yuda, Ar!" Suara Trisha terdengar sangat pelan. Namun aku masih dapat mendengar. Aku mencoba menenangkan rasa. Apa Trisha sudah mengetahui semuanya? Apa Yuda telah mengatakan sejujurnya pada Trisha? Sehingga dari tadi Trisha mendiamkanku.Aku tak berkata apapun untuk merespon ucap
last updateLast Updated : 2023-06-14
Read more

Bab 122. Si Lelaki Masa Bodoh 

Aku menemani Trisha hingga akhirnya dia pulang. Aku tidak semangat untuk kerja, memilih berdiam diri di ruang kerja untuk istirahat. Saat ini sudah malam. Aku akan menunggu Yuda di sini sampai jam sepuluh malam. Sudah beberapa hari ini Yuda selalu datang. Aku yakin, malam ini dia juga pasti akan datang. Tepat di jam sepuluh lewat tiga puluh menit, aku keluar dari ruang kerja. Yang aku harapkan terjadi, Yuda datang ke warung. Dia sedang duduk menghadap jalan, membelakangi arah dapur. Aku langsung menghampirinya."Sekarang sudah hampir jam setengah sebelas. Kenapa warung belum di tutup? Kenapa kamu belum pulang? Aku tadi hanya ingin lewat, tetapi pintu warung masih terbuka. Makanya aku singgah. Aku juga duduk di sini sudah hampir sejam. Kamu ngapain saja di sini sendirian?" ujar Yuda saat melihatku. Aku kini berdiri di sampingnya. Ya Allah, perasaan apa ini? Sudah beberapa hari ini aku senang Yuda datang ke sini. Bahkan aku selalu menunggu kedatangannya. Apa aku telah jatuh cinta pada
last updateLast Updated : 2023-06-16
Read more

Bab 123. Aku dan Yuda Ternyata Sama

"Ya Allah! Kenapa ada orang seperti kamu di dunia ini? Kenapa kamu tidak peka? Trisha suka pada kamu. Dia sudah lama memendam perasaan. Kenapa kamu menganggap itu tidak penting?" Aku berkata dengan menggebu-gebu. Jujur, aku sangat jengkel pada lelaki yang duduk di depanku. Yuda tertawa terbahak. Entah apa yang membuatnya tertawa, aku tidak mengerti. Apa dia pikir aku sedang melawak? Mungkinkah wajahku kurang seram?"Ucapan itu seharusnya kamu tanyakan ke diri sendiri. Sudah sejauh mana kamu peka terhadap perasaanku. Hampir setiap malam aku ke sini, kamu anggap biasa saja. Bahkan kamu sering mengusirku. Aku suka pada kamu, sama seperti Trisha menyukaiku. Kamu menganggap perasaanku hanya lelucon. Hingga sekarang kamu belum membalas. Aku bahkan sudah menyuruh orang tua untuk datang melamar, kamu tetap menolak. Lalu apa bedanya aku dan kamu … Karena aku mencintai kamu, makanya tidak menggubris perasaan Trisha. Bagiku tidak penting untuk di tanggapi." Aku terdiam sambil menunduk. Ya, aku
last updateLast Updated : 2023-06-16
Read more

Bab 124 Kejujuran Yuda Pada Trisha

***Waktu yang membuatku tak bisa tidur nyenyak akhirnya tiba. Di sana telah duduk berhadapan, Yuda dan Trisha. Aku memilih untuk tidak ada di sekitar mereka. Membiarkan mereka bicara berdua. Mungkin ada sesuatu yang penting tanpa perlu aku tahu.Tadi pagi aku mengirim pesan pada Trisha. Masih teringat jelas, kalimat pesan yang aku kirim pada Trisha.[Tris, tadi aku bertemu Yuda di minimarket samping warungku. Aku sedikit berbasa-basi dengannya. Lalu mengatakan, jika kamu ingin bertemu dengannya. Ada hal penting yang ingin kamu katakan. Yuda menyetujui. Malam ini dia akan datang ke warungku jam delapan.]Tanpa menunggu lama, pesanku dibalas oleh Trisha.[Serius kamu, Ar? Kok kamu bisa berani ngomong pada Yuda? Bukankah kalian tidak pernah akrab? Kamu juga orang yang lumayan pendiam. Serius, Yuda ngomong begitu pada kamu?]Saat membaca pesan Trisha yang ini, aku grogi. Apa yang harus aku katakan? Pesan yang dikirim oleh Trisha, benar. Aku dan Yuda tidak pernah akrab. Sempat bingung un
last updateLast Updated : 2023-06-16
Read more

Bab 125. Aku Sangat Membenci Yuda

"Trisha akan membenciku, Yuda! Trisha pasti akan memusuhiku. Kami sudah lama bersahabat, gara-gara kamu persahabatan kami bisa hancur. Aku tidak pernah meminta agar kamu mencintaiku. Kenapa aku yang harus kamu cintai? Aku benci pada kamu, Yuda! Aku benci!" Tak tahu bagaimana kalutnya aku saat ini. Ketakutanku akhirnya terjadi. Hanya karena masalah percintaan, aku kehilangan seorang sahabat. Kalau Trisha membenci, siapa yang akan menjadi sahabatku? Tidak ada! Aku bukan perempuan yang mudah bergaul. Dengan semua karyawan saja, aku tidak bisa menjadikan mereka sahabat. Bagiku mereka hanya rekan kerja. Aku tidak pernah menceritakan masalah pribadi pada mereka."Kamu tidak tahu, Yuda! Setelah bercerai dengan mantan suamiku, hidupku sangat terpuruk. Aku bahkan sudah menyibukan diri dengan membuka usaha. Tetapi tetap saja, aku masih sering diam-diam menangis. Setelah bertemu dengan Trisha dan rajin curhat padanya, perlahan-lahan hatiku membaik. Bahkan saat istri Mas Amar datang ke sini, ti
last updateLast Updated : 2023-06-16
Read more

Bab 126. Takut Kehilangan Sahabat

"Kamu terlalu percaya diri, Yuda! Siapa yang menyukaimu? Jika suka pada kamu, aku tidak mungkin selalu berkata kasar. Bukankah orang yang menyukai seseorang pasti akan berkata lembut untuk menarik perhatian? Kamu salah besar jika berpikir aku menyukaimu!" Aku berkata menggebu-gebu. Yuda harus menghilangkan pikiran anehnya tentangku.Namun ada yang tak bisa aku jelaskan di hati. Apa benar yang diucapkan Yuda? Aku telah mencintainya. Aku bimbang dengan perasaan sendiri. Yuda pernah tidak datang di warung selama tiga hati. Aku tidak tahu alasan yang membuatnya tidak datang. Namun beberapa hari itu, aku merasakan keanehan di hati. Seperti ada yang sepi saat Yuda tidak datang. Aku merasa rindu dengan keributannya. Aku merasa rindu dengan bantahannya. Dan aku rindu dia, lelaki yang selalu mengantarku pulang dari jarak beberapa meter.Apakah itu cinta? Apa aku telah mencintai lelaki ini? Ah, tidak boleh. Trisha juga mencintai Yuda. Jika dia tahu aku suka pada Yuda, dia pasti akan sangat ter
last updateLast Updated : 2023-06-16
Read more

Bab 127. Perempuan Berhati Malaikat

***Sudah lebih dari dua Minggu, aku tidak bertemu Trisha aku berulang kali menghubunginya, tetapi tidak diangkat. Sepertinya panggilan dari aku dibiarkan begitu saja. Sudah jelas! Trisha marah padaku. Dia pasti kecewa, karena aku tidak jujur padanya. Dia pasti murka dan menganggaku sahabat munafik. Aku terus berusaha agar bisa mengajak Trisha bicara. Aku ingin menjelaskan semua. Jika dia tidak mau mengangkat telepon, biar aku saja yang menemuinya. Saat ini aku sedang dijalan menuju kantor Trisha. Aku tidak tahu dimana tempat tinggal Trisha. Katanya sekarang dia tidak tinggal lagi di rumah yang lama. Dia sudah lima tahun pindah. "Pak, maaf. Ruangan Mbak Trisha di mana ya?" tanyaku sambil tersenyum pada satpam yang sedang bermain kartu."Di lantai lima, Mbak," ujar seorang satpam yang diperkirakan usianya sudah menginjak lima puluh tahun. "Mbak mau bertemu dengannya? Sudah janjian?"Aku terdiam sejenak. Bibir pun berkata, "iya, Pak. Sudah," sambil tersenyum ramah. Tidak mengapa berb
last updateLast Updated : 2023-06-16
Read more

Bab 128. Si Gadis Sempurna

Perkataan Trisha membuatku sangat terkejut. Apa-apaan ini? Maksud dia apa berkata begitu?"Kenapa kamu terkejut begitu sih? Wajah kamu sangat lucu, Arumi. Santai saja. Aku hanya mengatakan apa yang ada dalam pikiranku." Trisha tertawa renyah setelah berkata."Kamu tidak boleh bicara begitu, Tris. Aku tidak mencintai Yuda. Dia hanya pantas untuk kamu. Kalian sepadan. Kamu cantik dan Yuda gagah. Kamu cerdas, begitupun dengan Yuda. Kalian pun sama-sama terlahir dari keluarga berada. Jika kalian menikah, tidak akan sulit untuk beradaptasi karena sekufu."Aku sungguh tidak senang mendengar kalimat yang terucap dari bibir Trisha. Pasti saat berkata, hatinya sedang menahan luka. Mustahil jika Trisha sudah melupakan Yuda. Dia terlalu lama memendam perasaan. Tidak mungkin bisa hilang dalam waktu yang singkat."Benar kah kamu tidak mencintainya, Arumi? Aku sahabatmu. Kita sudah lama saling kenal. Aku tahu bagaimana kamu. Beberapa hari ini, aku baru menyadari jika ada yang berbeda pada kamu seti
last updateLast Updated : 2023-06-16
Read more

Bab 129. Mencintai Yuda

***Aku baru saja mendapat telepon dari ibu. Katanya, dua hari yang orang tua Yuda datang lagi untuk bersilaturahmi. Ternyata ibu belum pernah mengatakan jika aku menolak. Ibu tidak enak untuk berkata, karena orang tua Yuda sangat baik. Setiap kali datang ke rumah, selalu membawa oleh-oleh untuk ayah dan ibu.Sekarang sudah menjelang sore. Jam di pergelangan tangan menunjuk pukul tiga sore. Tidak lama lagi memasuki waktu sholat ashar. Aku sedang istirahat di ruang kerja. Saat mata terpejam, terdengar bunyi notifikasi. Ada pesan masuk. Aku langsung membuka. Ternyata dari Trisha.[Datang ya] Sebuah pesan yang di bawahnya ada undangan lamaran. "Masya Allah, Trisha akan bertunangan," lirihku. Aku langsung menelpon. Tak bisa menghinakan rasa kaget bercampur bahagia. Trisha tidak pernah bercerita. Undangan pertunangan ini sangat tiba-tiba."Trisha! Kamu kenapa tidak pernah cerita kalau akan bertunangan? Siapa laki-laki ini? Kamu kenal dia dari mana? Sudah berapa lama kalian berkenalan?"
last updateLast Updated : 2023-06-18
Read more

Bab 130. Cinta Tanpa Tapi

Panggilan berakhir. Aku merasakan kelegaan. Jika Trisha sudah menemukan lelaki yang menurutnya terbaik untuk dijadikan pasangan, aku akan menerima lamaran Yuda.Aku pun mendekati Nurul, Siti, dan Wati yang sedang bersenda gurau."Aku hari ini tidak bisa menemani kalian sampai malam. Aku harus pulang ke kampung," ujarku saat sudah berada di dekat karyawan. Nurul, Siti, dan Wati saling melihat satu sama lain. Nurul lalu berucap. "Kok mendadak, Mbak?" Aku tersenyum. Bibir lalu berkata, "iya, Mbak. Barusan ada telepon dari ibuku dan mengharuskan aku untuk balik ke kampung sekarang. Hari ini tidak apa-apa warung di tutup jam enam. Mungkin besok aku tidak bisa menemani kalian. Nanti aku kabari, kapan akan balik ke sini.""Iya, Mbak. InsyaAllah kami akan mengurus warung dengan baik. Hehehe," tutur Siti dengan gaya khas nya. Aku pun mengambil laptop di ruang kerja dan berjalan kaki menuju kos. Aku belum ingin memberitahu siapapun akan kepulangan. Biarkan menjadi kejutan. Mungkin nanti mal
last updateLast Updated : 2023-06-18
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status