Home / Rumah Tangga / Yang Mandul Itu Kamu, Mas! / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Yang Mandul Itu Kamu, Mas!: Chapter 101 - Chapter 110

185 Chapters

Bab 101. Lilis Istri Yang Cantik 

POV Amar"Iya, maaf, Mas! Uangnya masih ada kok. Tidak aku apa-apakan. Masih ada satu juta, dan tidak berkurang." Lilis berkata dengan tenang. Aku melihat raut bersalah di wajahnya. Tumben dia tidak mengeluarkan makian. Biasanya dia sudah berkata kasar saat aku menjawab ucapannya. Kami lalu makan dalam diam. Aku tidak berkata lagi. Lilis pun begitu."Mas Amar kenapa melamun?" tanya Lilis yang sudah berada di sampingku. Dia memukul lenganku dengan pelan. Aku tersadar dari lamunan. Bahkan tidak menyadari jika Lilis telah selesai mencuci piring. Sejak kapan dia berdiri di sini?"Nggak kenapa-napa," ujarku sambil melihat Lilis. Kepalaku menggeleng. Ada rasa malu. Sepertinya aku kedapatan oleh Lilis, jika sedang menatapnya.Lilis membentuk garis senyum di bibirnya. Aku melihat, tidak ada keterpaksaan di wajahnya."Aku boleh minta tolong nggak, mas pindah duduk di depan atau di ruang televisi. Aku mau menyapu dan membersihkan dapur." Lilis berkata sambil tersenyum. Di tangannya sudah ada
last updateLast Updated : 2023-06-09
Read more

Bab 102. Si Perempuan Boros!

POV AmarAku akhirnya turun dari motor. Bukan karena berniat membantu Lilis, hanya saja jika dia memegang banyak barang dan orang-orang melihatku duduk santai di parkiran, aku akan di pandangan sebagai suami yang buruk. Kalau tentang Lilis yang harus memegang banyak belanjaan, aku tidak peduli! Yang bertugas belanja kebutuhan 'kan dia, itu sudah tugas istri. Siapa suruh belanja banyak. Kalau besok ke pasar lagi 'kan bisa. Jadi tidak perlu memegang banyak barang belanjaan."Eh, Mas Amar temani istri ke pasar ya? Mas memang Suami idaman para ciwi-ciwi." Tegur teman Mbak Mira. Aku lupa namanya siapa. Yang aku ingat, dia seangkatan dengan Mbak Mira."Hehe, iya, Mbak. Kasihan istriku kalau belanja sendiri." Aku menoleh ke Lilis yang ada di samping. Dia juga ikut tersenyum pada perempuan yang menyapaku. "Kalau begitu kami ke sana dulu ya, Mbak," ujarku lembut sambil tersenyum.Lilis membawaku ke bagian pasar yang menjual sayuran. Aku tidak tahu, apa yang dia cari. Padahal hampir semua ora
last updateLast Updated : 2023-06-09
Read more

Bab 103. Bukan Perempuan Boros

POV Amar Setibanya di rumah, aku langsung menaruh semua belanjaan di atas meja dengan kasar. Saat baru saja ingin berucap, suara Lilis lebih dulu terdengar."Terimakasih ya, sudah mau mengantar dan bantu memegang belanjaan. Aku senang mas mengantarku," ujar Lilis sambil tersenyum."Heh! Pantas uang dari aku tidak pernah cukup! Pantas dulu kamu selalu mengeluh uang yang aku kasih, kurang! Kamu ternyata terlalu boros!" Aku berkata sambil melotot.Lilis tersenyum. Dia lalu berkata. "Ini untuk kebutuhan tiga hari, Mas. Belum lagi Mbak Mira dan Mbak Maya sering datang ke sini mengambil makanan. Aku bukannya boros. Tetapi harga-harga barang di pasar yang sudah naik. Sekarang membawa uang seratus ribu, hanya sedikit yang bisa di beli." Wajah Lilis nampak tenang. Aku bisa memastikan tidak ada amarah di wajahnya, ketika aku mengatakan jika dia boros."Kalau kedua Mbakmu ke sini. Mereka sering menilai masakanku. Makanya aku beli banyak bumbu. Agar kedua kakakmu bisa makan enak. Kalau mereka me
last updateLast Updated : 2023-06-09
Read more

Bab 104. Ucapan Maaf Dari Lilis

POV Amar"Mau ngomong apa? Mau mengeluh kalau uang bulanan yang aku kasi ke kamu, kurang? Atau kamu ingin mengeluh, tidak senang setiap hari memasak dan membersihkan rumah karena tidak ada ibu. Kamu mau mengeluh, capek melakukan pekerjaan hari-hari," ujarku setelah menelan makanan yang ada dalam mulut.Lilis menatapku. Tatapannya sangat tajam. Tetapi tidak ada raut kemarahan di wajahnya."Nanti kita bicarakan di kamar setelah mas selesai makan. Aku tidak ingin berbicara di sini."Lilis kini tak bersuara. Tetapi dia masih menemaniku makan. Ada satu lagi yang berubah dari Lilis. Dulu dia tidak pernah menemaniku makan, sekarang dia selalu menunggu hingga aku selesai makan, setelah itu dia berdiri. Aku teringat Arumi. Dulu Arumi selalu melakukan ini padaku. Dia akan menemani saat makan. Bahkan pernah aku pulang kerja sudah larut malam, dia masih saja menemaniku. Padahal matanya telah ngantuk. Meskipun hanya duduk diam, tetapi dia tidak ingin beranjak ke tempat tidur.Setelah nasi di piri
last updateLast Updated : 2023-06-10
Read more

Bab 105. Ungkapan Hati Lilis

POV Amar"Aku tidak tahu, harus memulai dari mana untuk memperbaiki semuanya. Tetapi kalau harus memulai dari seorang istri, aku akan berusaha menjadi istri yang baik untuk mas. Aku tidak akan melakukan perbuatan yang mas tidak suka. Aku akan taat pada perintah dan berusaha melakukan yang mas inginkan." Lilis mengambil tanganku. Dia lalu menggenggam. Beberapa detik kemudian, dia telah menyalimi tanganku. Lilis melanjutkan ucapan. "Sekali lagi aku minta maaf kalau kemarin-kemarin selalu berkata kasar. Maaf jika secara sengaja sudah mempermalukan mas di depan banyak orang. Atau mungkin banyak kesalahan lain yang tidak aku sadari. Aku tahu, mas sangat marah dan murka atas perbuatannya. Aku minta maaf." Tatapan Lilis terlihat tulus. Apa dia serius ingin berubah? Kenapa aku masih ragu? Terlalu banyak pikiran buruk tentangnya. Aku bingung untuk berkata. Tindakan Lilis ini terlalu tiba-tiba."Mas terlalu membenciku ya? Apa kesalahan yang pernah aku perbuat terlalu fatal, sehingga dari tadi
last updateLast Updated : 2023-06-10
Read more

Bab 106. Berusaha Menjadi Baik

POV Amar "Semua istri di dunia ini tidak ada yang suka jika dibanding-bandingkan dengan perempuan lain. Apalagi perempuan itu adalah mantan istri suaminya. Aku sering berpikir, mungkin terlalu berlebihan. Seharusnya aku bisa terima. karena mungkin mas tidak berniat membuatku cemburu atau menyakitiku. Tapi ternyata berat, Mas … Jika aku tidak mencintai mas, mungkin akan biasa saja. Tidak peduli dengan semua ucapan mas yang memuji-muji Mbak Arumi. Ini perasaanku, Mas. jika mas menganggap rasa cemburu ini salah, tidak apa-apa kok. Aku akan berusaha beradaptasi dengan pujian-pujian itu. Aku akan berusaha berpikir dewasa. Toh semua ucapan mas hanya sebatas bibir, tidak bermaksud untuk kembali menjalin hubungan dengan Mbak Arumi." Lilis menampakan segaris senyum, saat mengucap kalimat terakhir. Namun matanya nampak sendu. Dia seperti seseorang yang sedang berusaha tersenyum menahan sakit di hati. Dulu saat masih menjalin pernikahan dengan Arumi, aku juga sering membanding-bandingkannya
last updateLast Updated : 2023-06-10
Read more

Bab 107 Mengurangi Jatah Bulanan Ibu

***"Aku ke rumah Mbak Mira ya? Kemungkinan tidak akan lama. Aku makan siang di rumah," tuturku pada Lilis yang sedang masak. Saat ini aku sedang berdiri di pintu dapur. Meskipun aku dan Lilis sudah baikan, aku masih saja kaku untuk memanggilnya "sayang" seperti panggilanku pada Arumi dulu. Setahun lebih aku dan Lilis menjadi pasangan yang bermusuhan, untuk melatih bibir dengan panggilan mesra sepertinya tidak mudah. Setelah kejadian dua minggu lalu, saat Lilis berbicara serius padaku, Lilis telah berubah. Ucapannya terbukti, tidak sekedar di bibir saja. Aku menghargai usahanya dan aku juga tidak pernah lagi berkata kasar. "Iya, hati-hati," ujar Lilis sambil menghampiriku.Aku pikir Lilis mau melakukan apa. Tangannya terulur, dia lalu menyalami tanganku. Aku pun tersenyum, bibir berkata, "iya. Aku pergi, ya. Jangan lupa kunci pintu rumah." Lilis mengantarku hingga depan pintu keluar. Sudah dua minggu ini, dia rutin melakukan aktivitas itu. Setiap kali mau keluar rumah, Lilis sela
last updateLast Updated : 2023-06-10
Read more

Bab 108. Musibah Di Keluargaku

POV Amar "Lilis tidak pernah lagi mengeluh tentang uang yang aku kasih, Bu. Ini keputusanku tanpa ada keinginan dari siapapun." Tanganku masih mengurut kaki ibu. Sebenarnya aku sangat sedih melihat ibu bersedih. Tetapi tidak bisa begini terus. Aku juga harus memikirkan masa depan. Dulu, aku bisa membangun rumah karena ayah masih hidup. Jadi aku hanya memberikan ibu uang bulanan lima ratus ribu. Uang itu sudah cukup sebagai tambahan pemasukan orang tua. Bahkan ayah selalu menolak, jika aku memberikan uang bulanan pada mereka. Kata ayah, dia masih mampu untuk menghasilkan uang.Tetapi saat ayah meninggal, semuanya berubah. Ibu memintaku agar menaikkan uang bulanannya menjadi empat juta. Dan aku setuju saja karena tidak ingin melihat ibu bersedih. Dulu, aku tidak meminta persetujuan Arumi. Dia sempat syok dan protes, namun akhirnya menyetujui karena taat padaku. "Apa kamu tidak sayang lagi pada ibu?" tanya ibu masih dengan raut wajah yang sedih."Sayang, Bu! Aku sangat menyayangi ibu.
last updateLast Updated : 2023-06-10
Read more

Bab 109. Ibu Merasa Terpuruk

"Tetapi aku juga anak ibu. Aku berhak tahu, kalau ada yang terjadi di keluarga kita. Aku sudah diberi tanggung jawab oleh ayah." Aku berkata sambil mengusap punggung belakang ibu. Pantas Mbak Mira dan Mbak Maya sering mengambil makan di rumah, ternyata mereka memiliki masalah seperti ini. Aku sangat tidak menyangka. Padahal dulu, rumah tangga mereka baik-baik saja. Tidak pernah sekalipun terdengar ada masalah. Mas Holik — Suami Mbak Mira, aku kenal baik. Dia pergi merantau karena ingin mencari nafkah untuk istri dan anaknya. Aku sungguh tidak menyangka dia tega menyakiti Mbak Mira. Sedangkan Mas Gani — Suami Mbak Maya, dia terkenal santun dan tidak mudah bergaul. Setahuku dia lelaki pendiam. Kok bisa melakukan hal keji itu. Akibat dari perbuatannya, kini Mbak Maya harus menanggung semuanya. "Ibu sekarang sudah jarang keluar rumah, Nak. Ibu takut kalau ada yang tahu, suami Mbak Mira selingkuh dan telah menikah dengan selingkuhannya. Ibu takut kalau ada yang tahu Mbak Maya terkena p
last updateLast Updated : 2023-06-10
Read more

Bab 110. Ada Masalah Apa?

POV Lilis ***Aku sedang menunggu Mas Amar di ruang tamu. Katanya dia akan pulang makan. Hingga kini pukul dua siang, dia belum juga pulang. Aku sudah lapar, tetapi masih ingin menunggu Mas Amar. Tadi aku sudah menghubungi, tetapi tidak diangkat. Mungkin Mas Amar masih ingin berlama-lama di Rumah Mbak Mira, tetapi 'kan dia sudah mengatakan akan makan di sini bersamaku. Aku bimang, apa harus menunggu atau makan lebih awal."Apa mungkin Mas Amar sudah makan di Rumah Mbak Mira. Sekarang 'kan sudah hampir jam dua. Pasti Mas Amar sudah lapar," ujarku lirih sambil terus melihat ke arah pintu. Aku sengaja membuka pintu. Dari tadi handphone berada di tangan. Aku menunggu telepon balik dari Mas Amar. Ya sudah, aku makan lebih awal saja kalau begitu. Menunggu Mas Amar, mungkin masih lama.Aku kini makan sendiri. Padahal hari ini aku masak makanan spesial untuk Mas Amar. Aku baru belajar dari internet, cara membuat ayam sambal ijo. Aku pernah dengar dari ibu mertua, kalau Mas Amar menyukai s
last updateLast Updated : 2023-06-11
Read more
PREV
1
...
910111213
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status