Home / Rumah Tangga / Yang Mandul Itu Kamu, Mas! / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Yang Mandul Itu Kamu, Mas!: Chapter 91 - Chapter 100

185 Chapters

Bab 91. Mengenang Masa Sekolah

POV Yuda Tak perlu aku baca semua. Tiga lembar tulisan dalam diary sudah cukup. Kini aku pun menaruh diary ke tempat asal, lalu berbaring di kasur. "Kalau ini yang membuat kamu melupakan lelaki itu, aku akan berusaha meluangkan waktu ke sini setiap hari untuk mengganggu kamu. Aku tidak rela kamu mencintai lelaki lain, Arumi. Apalagi lelaki itu telah menyakiti kamu. Aku tidak rela dan tidak akan rela! Aku sudah mengejarmu sejak lama. Dulu aku pernah menyuruhmu untuk menunggu, tetapi tidak kamu ikuti. Padahal setelah punya penghasilan sendiri, aku mencari alamat rumahmu. Namun yang di dapat justru kabar jika kamu telah menikah." Aku mengajak diri berucap sambil menatap langit-langit. Tubuh masih menggunakan pakaian kerja. Tadi dari kantor langsung ke sini. Ada kerjaan di kantor yang membuatku harus lembur. Lama melamun, pikiran kini melayang pada kejadian lima belas tahun lalu. "Arumi, tunggu! Aku belum selesai ngomong. Kamu mau kemana?" Perempuan di hadapanku berhenti melangkah,
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

Bab 92. Jangan Menghina Arumi

POV Yuda Aku memanggil Arumi. Berulang kali, tetapi Arumi tetap melanjutkan langkah. Aku tidak mungkin mengejarnya, di luar ada banyak siswa. Aku berteriak meluapkan emosi. Ingin melempar benda untuk melampiaskan rasa marah. Dengan cara apa lagi aku harus berbicara pada Arumi? Dia selalu saja mengacuhkan ku. Seolah ucapan yang keluar dari bibirku hanyalah pernyataan bayangan. Aku akhirnya memutuskan untuk tidak mengejarnya lagi selama sebulan. Aku pikir, Arumi akan berbalik mencariku. Ternyata yang terjadi tidak sesuai harapan. Dia terlihat biasa saja, seolah tidak ada apa-apa. Aku juga masih mengingat kejadian di hari itu. Yang membuat aku dan Bagas tidak berteguran. "Kamu kenapa, Bro? Dari tadi hanya melamun. Aku seperti sedang bicara sendiri. Kalau ada masalah, cerita. Jangan di pendam sendiri. Kamu seperti perempuan yang sedang PMS." Bagas membuatku menoleh. Aku sedang melamun, menatap keluar jendela. Di pikiranku hanya ada bayangan Arumi. Apakah dia juga memikirkan ku?
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

Bab 93. Alasan Selalu Diam

POV Yuda "Pulanglah! Aku tidak suka kamu datang ke rumahku!" Aku lalu berdiri dan mendorong Bagas agar keluar dari kamar. Aku tidak ingin lagi melihatnya hari ini. Mood sedang tidak baik. Kalau terus berbicara dengan Bagas, akan semakin hancur. Seharusnya sebagai sahabat, dia mendukung. Bukan justru menghina perempuan yang aku suka. Aku tersinggung dengan semua ucapan Bagas. "Heh! Jangan sensi, Bro! Kenapa kamu jadi marah begini! Lah, benar kan yang aku omongin, tidak ada orang yang mau bergaul dengan perempuan seperti Arumi. Lihatlah dia, bahkan pernah ada yang menyentuh tangannya, tetapi dia langsung histerisnya. Seolah sudah diapa-apakan. Padahal kan orang itu hanya ingin bersalaman, pegangan tangan. Jadul sekali. Ya wajar sih, dia kan dari kampung! Orang kampungan memang begitu." Aku langsung melayangkan pukulan ke wajah Bagas. Aku sungguh tidak rela dia menghina Arumi. Dari tadi ucapannya terus saja merendahkan perempuan yang aku suka. Aku sangat tidak senang dia berkata j
last updateLast Updated : 2023-06-06
Read more

Bab 94. Aku Sungguh Mencintaimu, Arumi!

POV YudaAlarm berbunyi. Ternyata aku ketiduran di kamar Arumi. Saat ini aku masih berada di warung. "Sekarang jam berapa?" lirihku dalam keadaan kaget. Aku langsung terbangun saat melihat sedikit cahaya terang yang masuk lewat jendela."Ya Allah, sudah hampir jam enam. Aku belum sholat." Aku langsung berdiri tergesah-gesah, keluar dan menuju toilet. Untung saja aku sudah tahu lika-liku di warung ini. Setelah sholat, aku kembali berbaring di kasur. Rasanya masih ngantuk. Aku ingin melanjutkan tidur. Hari ini juga tanggal merah. Jadi masih punya banyak waktu untuk istirahat."Ya Allah! Kenapa kamu masih ada di sini? Kenapa kamu berani tidur di sini? Yang menyuruh kamu siapa? Aku tidak sudi kasurku ditiduri oleh kamu. Cepat bangun! Berdiri! Jangan tidur di sini!" Aku kaget. Suara perempuan yang aku cinta membuatku terbangun. Dia lalu mengambil sapu untuk memukul. Aku pun bangun dan berdiri, berusaha menghindar dari pukulan."Aku masih mengantuk. Aku butuh satu jam lagi untuk tidur,"
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more

Bab 95. Mendengarkan Keluh Arumi

POV Yuda "Apa nya yang berbeda, Arumi? Kasta apa yang kamu maksud? Kita berdua sama-sama manusia. Kita berada di planet yang sama. Yang membedakan hanya, kamu perempuan dan aku lelaki. Aku mencintaimu! Lalu apa yang mustahil?" Aku sangat gusar. Kenapa Arumi sangat sulit untuk diluluhkan? Dia masih mengacuhkan perasaanku."Lihat aku, Arumi! Tatap aku!" Aku yakin Arumi dapat mendengar suaraku. Namun dia tidak mengindahkan, pandangannya masih ke arah lain. Aku pun berdiri dan melangkah ke depannya. Aku duduk tepat di hadapannya."Apa yang membuatmu ragu untuk menerima aku? Kenapa mustahil kita hidup bersama? Aku mencintaimu, itu sudah cukup kuat menjadi alasan sebuah hubungan. Kamu butuh alasan apa lagi, Arumi? Apa sebuah rasa cinta belum cukup?" ujarku dengan nada sedikit keras. Tidak ada kelembutan di dalamnya. Aku tak bisa berkata lembut dalam keadaan seperti ini."Karena aku tidak mencintaimu, Yuda! Dari dulu hingga sekarang, aku tidak memiliki perasaan pada kamu! Percuma kamu men
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more

Bab 96. Memilih Pergi

POV Yuda "Saat ini aku sedang dalam proses menyembuhkan luka. Kondisiku sekarang sudah jauh lebih baik. Tolong jangan kamu hancurkan. Aku yakin jika kamu bukan lelaki egois, rela menyakiti perempuan yang dia sayang demi memuaskan rasa. Aku yakin, kamu lelaki baik yang menghargai perasaan orang lain … Tolong hargai keputusanku yang tidak ingin hidup bersama kamu!" Aku tersenyum sendu mendengar perkataan Arumi. Sesakit itukah yang dia rasakan? Hingga tak percaya pada orang lain untuk menyembuhkan. Tatapan Arumi sangat sendu. Aku yakin hatinya diliputi rasa takut akan mencintai. Dia takut kembali merasakan sakit."Dia lelaki beruntung karena pernah mendapatkanmu. Aku yang hingga kini berjuang, mungkin akan tetap menjadi pejuang. Entah apa yang dia miliki, hingga membuat kamu jatuh cinta dan menerima lamarannya. Aku penasaran? Dan entah sesakit apa yang dia telah perbuat, hingga membuat kamu trauma untuk memulai hubungan yang baru." Setelah berkata aku terdiam hampir lima menit. Arumi
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more

Bab 97. Trisha Mencintaiku

POV Yuda ***"Kenapa baru datang. Semua teman-teman sudah pada pulang," tanya Bagas saat aku baru saja duduk di sofa. "Aku pikir kamu tidak akan datang." Bagas kembali melanjutkan ucapan."Aku pasti datang, masa tidak! Aku lapar." ujarku sambil memegang perut. Aku memang sudah sangat lapar. "Makan saja yang dipikirkan!" Bagas lalu berdiri. "Sini ikut! Istriku sudah menyimpankan makanan sisa untuk kamu." Dia pun melangkah.Aku mengikuti langkah Bagas sambil berucap, "dasar kurang ajar!" Di sertai tawa terbahak.Kalau sedang berbicara dengan Bagas, sepertinya mulutku sangat jahat. Banyak bahasa kasar yang terucap. Begitupun dengan Bagas, mulutnya sangat tidak bermoral."Tadi yang terakhir datang, Trisha dan Arumi. Tetapi mereka hanya membawa kado, tidak makan. Kamu kenapa datang dengan tangan kosong? Aku mengundangmu kesini untuk menambah sepaket baju untuk anakku." "Dasar bodoh! Kenapa tidak bilang? Uangmu kan banyak. Kenapa untuk membeli baju saja tidak bisa?" ujarku sambil menyend
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more

Bab 98. Tuhan Sedang Bercanda

POV Yuda "Sudah, jangan di lanjutkan! Aku tidak ingin mendengar." Aku kembali makan dengan santai. Kali ini pikiran tertuju pada Arumi. Jangan-jangan dia tidak ingin aku mendekatinya karena Trisha. Hati Arumi terlalu lembut. Dia pasti tidak tega menyakiti sahabatnya. Apalagi setahuku, selama ini yang menjadi sahabat Arumi hanya Trisha."Kamu harus dengar ceritaku, Bro! Ternyata dia sudah lama memendam perasaan untuk kamu. Sejak SMA dia sudah suka pada kamu. Aku sangat kaget ketika dia cerita. Gimana ya? Trisha kan salah satu perempuan cantik di sekolah, kamu sangat beruntung, Bro," tutur Bagas dengan sangat antusias.Aku mendengarnya sambil memasang tampang biasa saja. Bagiku ini petaka. Aku tidak suka Trisha menyukaiku. "Dia sampai sekarang belum menikah. Padahal banyak lelaki yang sudah datang melamar. Itu karena dia menunggumu. Dia hanya ingin menikah dengan kamu. Kalau kalian berdua menikah, kabar itu akan menghebohkan teman-teman seangkatan. Bahkan kabar itu juga menjadi beri
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more

Bab 99. Masih Berjuang!

POV Yuda"Tolong sampaikan ke Trisha agar dia tidak berharap. Aku pulang dulu. Masih ada yang harus aku kerjakan. Makasih makannya. Salam untuk istrimu!" ujarku yang langsung berdiri.Bagas juga ikut berdiri. Dia mengantarku hingga pintu. "Good luck, Bro. Aku mendukung apapun pilihanmu." Aku berbalik saat mendengar suara Bagas. Untung saja baru dua langkah dari pintu. Aku tersenyum dan langsung meninju lengan Bagas.Aku tidak ingin pulang ke rumah. Malam ini juga harus bertemu Arumi. Aku mau memperjelas tentang banyak hal yang bersarang di otak.Apa alasan dia menolakku? Pertanyaan itu menjadi tanda tanya besar. Apa dia tahu jika Trisha menyukaiku? Batin kecilku mengatakan jika Arumi tahu tentang perasaan Trisha. Mereka bersahabat. Mustahil jika Trisha tidak menceritakan perasaannya pada Arumi.Saat tiba di depan warung Arumi, ternyata sudah di tutup. Biasanya jam begini Arumi belum pulang. Aku harus menunggunya."Itu dia!"Mata melihat Arumi yang baru saja keluar dari warung. "Ar
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more

Bab 100. Perubahan Pada Lilis

***POV Amar Aku duduk di kursi yang ada di ruang makan. Dari sini, aku bisa memperhatikan gerak gerik Lilis yang sedang mencuci piring. Dia membelakangiku, sehingga tidak menyadari jika aku menatapnya.Banyak yang aneh setelah Lilis kembali. Sebelumnya dia menghilang beberapa hari. Aku tidak tahu dia kemana dan tidak ingin tahu. Saat datang, Lilis sudah memakai jilbab dan sangat banyak perubahan dalam dirinya. Lilis tidak lagi menjadi pemarah. Dia telah menjadi perempuan lembut dan terlihat tidak memusingkan perkataan buruk dari banyak orang. Dan yang lebih aneh, sekarang dia sholat. Padahal selama setahun menikah, aku belum pernah melihatnya sholat.Aku masih mengingat momen saat aku murka saat melihat Lilis berada di depan pintu."Assalamu'alaikum." Terdengar salam dari balik pintu disertai ketukan. Suaranya mirip Lilis sehingga aku langsung berdiri untuk membuka.Aku sangat kaget, dia datang dengan menggunakan pakaian yang sudah tertutup. Tidak bisa di pungkiri, Lilis memang s
last updateLast Updated : 2023-06-09
Read more
PREV
1
...
89101112
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status