Home / Rumah Tangga / Yang Mandul Itu Kamu, Mas! / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Yang Mandul Itu Kamu, Mas!: Chapter 111 - Chapter 120

185 Chapters

Bab 111. Beban Berat Mas Amar

POV Lilis Sebenarnya apa yang sudah terjadi? Kenapa Mas Amar berkata begini padaku? Bukankah kemarin kemarin kami baik-baik saja. Kok tiba-tiba dia bertanya begini. "Lilis, kamu tidak akan meninggalkan aku 'kan?" Suara Mas Amar kembali terdengar. Namun arah mata tidak melihatku. Tatapannya masih tertuju pada langit-langit kamar.Aku langsung melangkah, menghampiri Mas Amar. Meskipun tidak berbicara, alangkah lebih baik jika aku berada di sampingnya."Aku tidak akan meninggalkan mas. Aku 'kan sudah pernah katakan, ingin hidup bersama mas selamanya … Sebenarnya ada apa, kok mas berkata seperti itu?" ujarku dengan lembut. Kini sudah duduk di samping Mas Amar yang sedang berbaring."Aku takut kamu meninggalkan aku karena aku sulit punya anak," ujar Mas Amar tanpa melihatku. Aku langsung mengusap dadanya dan setengah berbaring. Aku tidak tahu, apa yang dibicarakan oleh Mbak Mira dan Ibu Mertua, sehingga Mas Amar berkata seperti ini padaku. Apa mereka baru saja menjelek-jelekan aku? Ya A
last updateLast Updated : 2023-06-11
Read more

Bab 112. Pujian Untuk Ibu Mertua

POV Lilis Cobaan apa yang sedang menimpa saudara Mas Amar, Ya Allah? Mbak Maya kenapa? Mungkin terlalu berat sehingga Mas Amar tidak mau cerita ke aku."Iya, Mas. Aku mengerti. InsyaAllah semuanya akan baik-baik saja. Allah memberi cobaan karena Allah ingin menaikan derajat seorang hamba." Aku mencoba menenangkan Mas Amar. Aku lalu diam. Tak tahu akan berkata apa. Tangan hanya mengusap dada Mas Amar tanpa berkata apapun. "Iya, Lilis. Allah pasti memberi ujian kepada kami karena ingin menaikan derajat. Allah punya rencana lain. Kami hamba Allah yang patuh, tidak pernah menyakiti orang. Pasti semua ini hanya jalan untuk mendapatkan nikmat Allah. Bisa jadi setelah musibah ini, kami akan mendapatkan rezeki yang tak disangka-sangka.""Iya, Mas."Hanya itu kalimat yang terucap dari bibirku. Satu karakter Mas Amar yang sangat sulit untuk aku ubah, dia terlalu percaya diri dan merasa menjadi manusia paling baik, sulit untuk mengakui kesalahan. Mungkin itu karakter bawaan karena ibu mertua,
last updateLast Updated : 2023-06-11
Read more

Bab 113. Disuruh Bekerja

POV Lilis Aku rasa, saat ini lebih baik menjadi pendengar. Aku dan Mas Amar baru saja berbaikan. Jangan sampai kalimat yang keluar dari bibir akan melukai hati Mas Amar."Oh iya, aku juga mau beritahu kalau uang belanjamu akan tetap satu juta sebulan. Jadi uang kemarin aku kasih tolong dikembalikan. Aku mau kasih ke ibu. " Mas Amar melihatku sejenak. Dia lalu kembali menatap langit-langit.Aku cukup kaget. Tetapi berusaha terlihat biasa saja. Tak perlu dijelaskan alasannya. Aku sudah paham.Pasti ibu mertua tidak terima. Entahlah karena apa. Padahal dia selalu makan di rumah anak-anaknya. Bukankah seharusnya tidak lagi punya banyak kebutuhan. Atau tidak, jika dia tetap mengambil banyak bagian dari gaji Mas Amar, seharusnya sudah punya banyak tabungan."Kalau Mbak Mira dan Mbak Maya sering mengambil makan di sini, kamu jangan kecewa," ujar Mas Amar lagi.Aku tersenyum, seraya berkata,"hehe, aku tidak pernah katakan kalau aku kecewa. Maaf, mungkin mas salah sangka. Memangnya sekarang ma
last updateLast Updated : 2023-06-11
Read more

Bab 114. Aku Harus Bersabar

POV Lilis Mas Amar terdiam. Mungkin sedang berpikir. Aku tahu karakter Mas Amar. Dia memiliki harga diri yang harus selalu dijaga. Aku tahu jika dia melarangku bekerja karena malu kalau ada yang mengejeknya. Selama ini Mas Amar terkenal sangat menyayangi istrinya. Kalau untuk itu, aku sedikit membenarkan. Hanya sedikit, karena jika dihadapkan dengan kondisi mengutamakan ibu dan istri, Mas Amar akan memilih ibu. Apapun kondisinya. Dia tidak bisa menilai mana yang benar dan salah, baginya ibu tetap benar. Sebenarnya itu tidak masalah jika Mas Amar bisa menempatkan diri. Aku tahu ibu harus diutamakan, tetapi bukan dengan cara mendzolimi istri. Buktinya sangat nyata, uang yang diberikan untuk ibunya lebih banyak dari pada uang untuk aku."Sebenarnya apa yang sudah terjadi, Mas? Ceritakan saja semuanya padaku. Agar aku mengerti. Kalau mas cerita setengah-setengah, aku tidak akan paham. Maaf, maksudku, kenapa aku harus bekerja? Padahal gaji mas masih cukup untuk memenuhi kebutuhan kita be
last updateLast Updated : 2023-06-11
Read more

Bab 115. Aku Di Suruh Berkorban

POV Lilis ***Sudah satu Minggu aku mencari kerja, tetapi belum menemukan yang cocok. Lowongan kerja banyak, tetapi lokasinya jauh. Aku tidak memiliki kendaraan, otomatis harus menanggung ongkos pulang pergi. Jika dihitung, gaji bersih yang bisa diterima hanya lima ratus ribu per bulan. Uang lima ratus ribu bisa dipakai untuk beli apa? Sekarang semua belanjaan mahal. Setiap hari Mas Amar selalu bertanya tentang pekerjaan. Saat aku mengatakan belum menemukan, dia tampak murung. Dia sangat berharap aku mendapatkan pekerjaan.Saat ini aku sedang duduk di dapur. Aku sudah selesai memasak. Hari ini aku tidak keluar mencari kerja. Ongkos ke sana ke mari sudah habis dua ratus lima puluh ribu. Jika setiap hari aku keluar rumah untuk mencari kerja, bisa jadi uang yang di kasih oleh Mas Amar akan habis. Kalau saja Mas Amar mau menemaniku mencari kerja, pasti biaya yang keluar tidak akan sebanyak ini."Kamu di rumah? Sudah dapat kerjaan?" Suara Mas Amar mengganggu lamunanku. Ternyata dia sudah
last updateLast Updated : 2023-06-12
Read more

Bab 116. Ucapan Menyakitkan Ibu Mertua

POV Lilis"Aku nggak mau kamu menjual! Cari pekerjaan lain saja. Setidaknya kamu tidak dipandang remeh oleh orang. Masa tidak ada pekerjaan yang lain." Aku menggelengkan kepala. Sungguh cobaan yang berat, memiliki suami yang punya pemikiran aneh. Selalu mengutamakan harga diri, namun tidak sesuai pada tempatnya. Andaikan Mas Amar bisa menurunkan ego, aku sudah memikirkan jualan apa yang bisa dibuat tanpa modal besar. Aku juga bisa menyesuaikan dengan waktu untuk memasak di rumah. "Jadi aku harus kerja apa, Mas? Coba mas yang mencari. Aku mengikut, apapun yang mas pilihkan," ujarku dengan lembut namun hati telah terbalut emosi."Aku juga bingung. Jangan sampai banyak yang menghinaku jika kamu bekerja."Dasar lelaki aneh. Seharusnya kalau punya pemikiran begitu, jangan menyuruh istri bekerja. Dasar suami plin-plan! "Assalamu'alaikum." Terdengar salam dari pintu depan. Aku dan Mas Amar langsung menghentikan pembicaraan dan menuju ruang tamu. Itu seperti suara ibu mertua. Saat membu
last updateLast Updated : 2023-06-12
Read more

Bab 117. Mulut Jahat Ibu Mertua

POV Lilis Tetapi aku sudah mengatakan pada Mas Amar, akan bertahan dengannya. Aku juga sudah berjanji pada diri sendiri, jika akan bertahan selama Mas Amar masih setia. Namun di luar dugaan, aku tidak memikirkan jika akan mendapat ujian baru dalam pernikahan ini.Aku pikir, ujian rumah tanggaku hanya persoalan keturunan. Jika tentang itu, aku sudah bisa berdamai dengan keadaan. Aku juga sudah berdamai dengan karakter Mas Amar, Ibu Mertua dan kedua iparku. Sangat tidak menyangka jika akan menyuruhku bekerja agar kebutuhan mereka terpenuhi. Itu sangat jahat!"Lilis, apa kamu tidak punya keterampilan atau apa saja yang bisa dijadikan uang?" tanya ibu mertua sambil melihatku. Tidak ada raut keramahan di wajahnya.Kini aku telah duduk di samping Mas Amar. Aku menggeleng lalu berucap, "tidak ada, Bu.""Berarti kamu hanya numpang hidup di Amar. Kasihan dia, harus bekerja keras mencari uang untuk menghidupi kamu. Harusnya kamu cari sesuatu yang bisa di kerjakan di rumah. Jangan hanya tahu ma
last updateLast Updated : 2023-06-12
Read more

Bab 118. Suami Zalim

POV Lilis Aku kini sudah berada di kamar. Bantal menjadi saksi banyaknya air mata. Aku menangis tersedu-sedu. Tak lama kemudian, Mas Amar masuk ke dalam kamar. Sepertinya Ibu Mertua dan Mbak Mira sudah pulang."Kamu kenapa menangis?" tanya Mas Amar yang telah duduk di dekatku.Aku menatapnya. "Mas bertanya kenapa aku menangis? Apa tadi mas tidak mendengar yang dikatakan oleh ibu dan Mbak Mira?" Aku menyeka air mata sebelum berucap. Ya Allah, ampuni aku. Kemarin aku berjanji tidak akan marah-marah lagi. Nyatanya itu sulit. Kesabaranku sangat tipis. "Aku mendengar semuanya, Lilis. Tidak ada kalimat dari mereka yang harus di permasalahkan. Pikiran ibu sedang kacau. Makanya bicara begitu. Tidak usah diambil hati. Lagi pula ucapan ibu ada benarnya, kamu harus membantuku untuk mencari nafkah. Saat ini keadaan ekonomi kita sedang tidak baik-baik saja. Keluargaku sedang susah dan butuh uang. Masa kamu hanya tinggal diam melihatku susah. Kalau istri orang lain, saat suaminya sedang ditimpa
last updateLast Updated : 2023-06-12
Read more

Bab 119 Jatuh Talak!

POV Lilis Mas Amar tampak terkejut mendengar ucapanku. Aku menatapnya dengan senyuman. Tak perlu marah, karena percuma. Mas Amar mustahil berubah. Sepertinya memang karakter buruknya sudah ada sejak lahir. Mungkin diturunkan oleh ibunya, karena tiga bersaudara memiliki karakter yang sama."Kamu pernah katakan kalau tidak akan meminta cerai. Kamu pernah katakan akan mempertahankan rumah tangga kita. Dan juga pernah katakan, akan berubah menjadi perempuan lembut. Kenapa sekarang kamu berubah lagi, Lilis? Kamu kembali menjadi perempuan yang pembantah, keras kepala!" Perkataan Mas Amar membuatku ingin tertawa terbahak. Bisa-bisanya dia masih bertanya. Dasar manusia yang tidak pernah sadar diri! Aku muak melihat wajahnya yang tampak polos tidak merasa bersalah."Mas, kapan kamu sadar? Kamu itu memiliki karakter buruk yang sangat tidak bisa dimaklumi. Tidak ada seorang pun yang mampu hidup dengan manusia seperti kamu? Gara-gara karakter buruk kamu, aku menjadi keras kepala. Susah! Sangat
last updateLast Updated : 2023-06-14
Read more

Bab 120. Punya Penyakit Mental 

POV Lilis Aku memilih untuk duduk di ruang tamu. Memikirkan jika tidak lama lagi akan keluar dari rumah ini. Ternyata sangat cepat. Aku tidak pernah menyangka jika usia pernikahan hanya bertahan setahun lebih.Tak lama kemudian, aku mendengar suara pintu terbuka. Terlihat Mas Amar melangkah, dia menghampiriku. Mau apa lagi dia? Bukankah perdebatan tadi sudah selesai?Aku sengaja masih duduk di ruang tamu. Rencananya, setelahnya pikiran sedikit tenang, aku akan membereskan semua barang milikku yang ada di rumah ini. "Kamu yakin mau pisah denganku?" ujar Mas Amar, sesaat setelah duduk di sampingku.Ada apa lagi ini, Ya Allah! Kenapa Mas Amar kembali membahas? Apa dia kurang puas dengan ucapannya tadi?"Kenapa diam? Kamu sebenarnya takut 'kan kalau kita pisah?" ujar Mas Amar lagi.Aku tersenyum sinis, bibir lalu berucap, "kenapa takut? Aku justru senang berpisah dari kamu. Lelaki berpenyakit mental tetapi tidak pernah sadar! Aku bahagia bisa lepas dari lelaki seperti kamu!" "Apa maksu
last updateLast Updated : 2023-06-14
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status