Semua Bab Yang Mandul Itu Kamu, Mas!: Bab 151 - Bab 160

185 Bab

Bab 151. Bertemu Mas Amar di Rumah Sakit

"Kalau besok saja, gimana?" Aku mengusap lembut pipi Yuda. Wajahnya sangat mulus. Bahkan lebih mulus dari wajahku. Mungkin bakteri tidak rela untuk mengotori kulitnya yang putih bersih."Kenapa besok, bukan hari ini saja?" Yuda berkata sambil menurunkan tanganku dari pipinya. Dia membawa ke bibirnya untuk di cium. Sungguh indah kasih sayang dari Yuda. Tingkahnya selalu membuatku tersipu. Merasa menjadi perempuan spesial."Kalau hari ini, sepertinya sangat mendadak." "Tidak ada yang mendadak, sayang. Aku tidak bisa menunggu besok. Hari ini aku tidak ada sidang di kantor. Aku akan minta izin untuk tidak masuk kantor karena menemani istriku ke rumah sakit." Yuda mengakhiri ucapannya dengan kembali mencium punggung tanganku."Kamu jangan kebiasaan izin tidak masuk kerja. Dulunya kamu rajin, jangan sampai semua orang mengenalmu sebagai pemalas setelah menikah denganku. Aku tidak mau diberi label sebagai istri yang tidak bisa mengurus suami. Apalagi kamu seorang hakim. Pokoknya kamu haru
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-02
Baca selengkapnya

Bab 152. Aku Telah Menikah Lagi

Aku menggenggam erat tangan Yuda. Ingin berlari, namun kaki bahkan terasa kaku. Aku takut! Saat ini aku sangat takut!Sudah lama tak bertemu mendengar suara Mas Amar dari jarak yang dekat. Dulu saat bertemu di toko barang, aku pikir itu akan menjadi pertemuan terakhir setelah lama tak bersua. Ternyata aku salah, kami kembali bertemu, di saat yang tidak tepat. "Ada apa? Kenapa ingin bicara dengan istriku? Apa yang ingin kamu katakan padanya?" Suara bas miliki Yuda terdengar menyeramkan. Aku menoleh untuk melihat wajah suamiku. Dia nampak membenci lelaki yang kini berdiri di hadapan kami. Tatapannya sangat tajam dan mematikan."Istri? Kamu jangan mengaku-ngaku! Dia mantan istri aku dan sekarang aku ingin bicara dengannya?" Mas Amar berkata dengan wajah yang tak kalah seram. Aku belum pernah melihatnya begini. "Haha! Iya, aku tahu, kamu mantan suami istriku. Lalu ada urusan apa kamu dengan istriku? Kamu dan dia sudah tidak ada urusan lagi. Jika ingin bicara, katakan saja sekarang. Aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-02
Baca selengkapnya

Bab 153. Si Dokter Cantik

"Di periksa dulu ya."Alat USG kini dipasangkan di atas perut setelah perawat memoleskan krim yang entah apa namanya."Ini sudah ada kantung janinnya." Ucapan dokter membuatku membatin syukur. Benarkah aku akan punya anak? Rasanya masih seperti mimpi. Saat dulu menggebu-gebu ingin memiliki anak, Allah justru tidak memberi. Sekarang di saat aku menjalani pernikahan cukup dengan niat ibadah, Allah justru memberikan kejutan yang tak di sangka. Bening telah keluar dari kelopak. Aku terseduh, tak mampu menahan air mata. Ya Allah, terimakasih! Terlihat di layar, ada kantong kecil. Entah apa yang dilakukan dokter, kini bahkan terdengar detak jantung. Aku semakin terseduh. Sungguh, ini nikmat Allah yang sangat luar biasa.Dulu aku pernah USG beberapa kali saat masih menjadi istri Mas Amar, untuk program hamil. Jadi sangat terlihat berbeda. Dulu, tidak pernah ada kantung kecil di dalam rahimku, seperti saat ini."Sudah berapa minggu?" Suara Yuda terdengar bergetar. Mungkin dia sedang menaha
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-02
Baca selengkapnya

Bab 154. Pukulan Untuk Mas Amar

"Sayang, aku tidak suka kalau sayang selalu menganggap diri tidak cantik. Itu sama saja telah menghina seleraku. Bagiku, sayang sangat cantik. Sederhana tanpa balutan make up yang menor. Sayang memiliki inner beauty yang tidak semua orang miliki. Dimataku, sayang adalah perempuan paling cantik. Jadi, jangan pernah merasa jika tidak cantik." Aku tersenyum mendengar ucapan Yuda. Aku merasa telah menjadi perempuan sempurna. Memiliki lelaki yang sangat penyayang dan menjaga perasaan pasangan adalah sebuah rezeki terindah dalam pernikahan. Yuda tidak pernah merendahkan aku dengan segala kekurangan yang aku miliki. Perempuan mana yang tidak bahagia jika diperlakukan seperti ini. "Aku membawamu ke dokter Fara karena tidak ingin kamu diperiksa oleh dokter laki-laki. Aku tidak rela. Jangan berpikir macam-macam ya."Semakin ke sini, aku merasa jika Yuda sangat protektif padaku. Tetapi tidak mengapa. Aku suka kok. Aku merasa semakin terjaga jika bersamanya. "Terimakasih ya." Aku berkata sambi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-02
Baca selengkapnya

Bab 155. Pertengkaran Yuda dan Mas Amar

Mas Amar berdiri, dia langsung membalas pukulan Yuda. Pukulannya sangat membabi buta. Yuda tidak mau kalah, dia pun membalas pukulan Mas Amar.Wajah mereka sudah tak terbentuk, darah keluar dari bibir. Yuda menghapus darah yang keluar dari bibir menggunakan tangan. Begitupun dengan Mas Amar."Berhenti! Tolong berhenti!" Aku berusaha melerai mereka, tetapi tidak bisa. Sepertinya mereka masih saja mementingkan ego dan enggan untuk berhenti. Aku hanya bisa berteriak. Memikirkan janin didalam perut. Jangan sampai aku terjatuh dan mencelakainya."Mas Amar! Please berhenti! Tidak cukupkah dulu kamu menyakitiku? Sekarang mau apa lagi?" Teriakan ku ini ternyata berhasil membuat Mas Amar menghentikan pukulannya. Nafasku sudah tak beraturan. Aku langsung mengangkat Yuda yang sudah terduduk di tanah. Wajahnya penuh luka. "Apa mau kamu, Mas? Kenapa masih ingin bicara denganku, hah? Dulu kamu yang menceraikan aku! Kenapa sekarang datang lagi? Kita sudah tidak punya hubungan! Lalu apa yang perlu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-04
Baca selengkapnya

Bab 156. Berbicara Dengan Mas Amar.

Yuda berjalan menghampiriku dengan gaya jalan yang sudah lesuh. Saat tiba di hadapan, dia menatapku dengan sangat tajam. Aku tidak mengerti maksud tatapan Yuda. Apa yang sudah terjadi dengannya? Kenapa menatapku seperti ini? "Aku mengizinkan untuk bicara dengannya. Aku tunggu di mobil." Perkataan Yuda yang sangat lembut membuatku bingung. Tadi dia bersikeras tidak ingin membiarkan Mas Amar berbicara denganku. Hingga dia harus memukul Mas Amar bertubi-tubi. Kenapa sekarang pikirannya berubah?Yuda sudah melangkah menuju mobil, sebelum aku merespon ucapannya. Dia menundukan kepala selama berjalan. Aku langsung menghampiri Mas Amar. Rasanya tidak ingin lagi untuk bicara dengannya. Tetapi semua ini harus diselesaikan. Jika bukan sekarang aku meladeni, Mas Amar akan terus membuat ulah. "Ada apa? Cepat katakan sekarang! Mau bicara apa denganku?" ujarku sambil menatap tajam lelaki yang telah sah menjadi mantan. Mas Amar tidak berucap. Dia hanya menatapku dengan sendu. Sepertinya sudah l
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-04
Baca selengkapnya

Bab 157. Salah Paham

Saat aku sudah duduk di kursi pengemudi, Yuda langsung melaju. Aku bisa melihat dari spion mobil, Mas Amar terus memanggil. Dia bahkan kini telah terduduk di tanah.Pikiranku masih tertuju pada Mas Amar. Apa yang membuatnya menyesal? Bukankah dulu dia sangat memuji kecantikan Lilis? Bukankah dia telah menjatuhkan talak padaku tanpa rasa berdosa, tanpa memikirkan perasaanku? Kenapa sekarang berubah? Kenapa sekarang dia menyesal?Banyak hal yang membuatku bertanya-tanya. Bagaimana keadaan pernikahan Mas Amar dan Lilis? Kalau Lilis tahu jika Mas Amar berkata begini padaku, dia pasti akan sangat terluka. Aku tahu, Lilis perempuan baik. Jangan sampai Lilis tahu tentang kejadian ini. Aku tak ingin dibenci. Aku tak ingin mengecewakan Lilis.Saat Lilis datang menemuiku, kami berbicara tentang banyak hal. Dari sikapnya, aku pikir Lilis bisa mengubah karakter buruk Mas Amar. Lilis adalah perempuan yang bisa diajak diskusi. Dia juga mau mendengarkan nasehat."Apa kamu masih memikirkan orang itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-04
Baca selengkapnya

Bab 158. Terimakasih Telah Cemburu

"Benarkah, aku bicara seperti itu tadi?" ujarku sambil berusaha mengingat. Yuda tak menjawab. Kalau memang tadi aku berkata begitu, sudah pasti Yuda marah. Lelaki mana yang tidak marah ketika perempuan yang dia cintai seolah mendukung orang lain. Padahal yang harusnya aku dukung adalah Yuda, bukan Mas Amar. Hanya saja, kondisi tadi sangat menakutkan. Aku sudah lupa, kalimat apa saja yang terucap dari bibir. Semua itu terucap karena aku tidak bisa lagi berpikir jernih untuk melerai Yuda dan Mas Amar. "Kalau benar aku bicara begitu, aku minta maaf. Semua perkataan yang terucap dari bibirku diluar kendali. Melihat kamu memukul Mas Amar bertubi-tubi, membuatku takut. Aku takut terjadi sesuatu dengan kamu. Aku sudah tidak peduli dengan Mas Amar. Tetapi aku mempedulikanmu. Tolong jangan berpikir negatif tentangku. Tadi aku sudah bingung, harus berbuat apa, harus mengatakan apa agar kamu dan Mas Amar berhenti bertengkar."Yuda langsung membawaku dalam pelukannya. Dia lalu mengecup puncak
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-04
Baca selengkapnya

Bab 159. Hari Berduka

POV Amar***Bacaan ayat suci menggema di ruang tamu, disertai histeris tangisan. Semua suara berpadu menjadi satu. Banyak yang datang untuk menenangkan. Banyak pula yang datang sekedar melihat. Ada yang sibuk ke sana ke mari. Ada pula yang duduk diam sambil menatap kosong. Suara tangis tak terhenti. Sejak tadi, tiga orang anak Mbak Maya terus saja menangis. Mbak Mira berusaha menenangkan, namun tak kunjung berhasil. Sedangkan ibu, dia juga terus saja mengeluarkan bening dari kelopak.Aku duduk menunduk. Rasanya seperti mimpi. Seorang kakak yang kemarin masih tertawa bersamaku, kini telah terbaring tanpa nadi. Menyadarkan diri, semua telah menjadi kenangan."Jangan menangis lagi, Nak. Kamu harus mengikhlaskan ibumu," ujar Mbak Susi yang terdengar hingga ditempat aku duduk."Tidak mau. Aku maunya ibu … ibu nggak boleh meninggal. Aku masih kecil. Siapa yang akan menjagaku kalau ibu sudah meninggal?" Anak Mbak Maya yang kini berusia tiga belas tahun, menangis tersedu. Air mata kini kemb
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-04
Baca selengkapnya

Bab 160. Ucapan Laknat Mbak Mira

POV Amar Om Farhan tidak lagi mengajak aku bicara. Mungkin karena aku tidak menggubris ucapannya. Dia telah berdiri, menjauhiku. Kini aku menyadari jika keluarga besar ayah dan ibu banyak yang tidak baik pada kami. Buktinya, saat kami terpuruk mereka justru menjelek-jelekan kami. Menghina ibu dengan kata-kata yang kasar.Aku masih mengingat jelas ucapan Tante Yaya — Adik ayah. Saat itu kami menghadiri acara nikahan anaknya yang terakhir. "Kamu ternyata tidak bisa mendidik anak-anakmu dengan benar. HIV 'kan penyakit yang terjadi karena nakal. Bisa saja itu bukan dari suaminya, tetapi karena Maya pernah nakal sebelum menikah dulu. Tidak ada yang tahu, bisa jadi dulu Maya pernah berbuat haram sebelum menikah … Dia 'kan punya banyak mantan pacar, bisa jadi penyakit itu dari mantannya dulu, tetapi penyakit HIV yang dia derita baru terdeteksi sekarang." Ibu hanya menunduk ketika mendengar ucapan Tante Yaya. Sebenarnya saat itu ibu tidak ingin datang. Tetapi aku yang memaksanya. Tidak e
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status