Home / Rumah Tangga / Yang Mandul Itu Kamu, Mas! / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Yang Mandul Itu Kamu, Mas!: Chapter 171 - Chapter 180

185 Chapters

Bab 171. Kedatangan Orang Jahat

***"Bu, diluar ada orang yang ingin bertemu dengan ibu," ujar Bi Ita — Asisten rumah yang dipekerjakan oleh Yuda untuk membantuku. Kini aku sedang berdiri di depan pintu. Tangan masih memegang ganggang pintu. "Siapa, Bi?" tanyaku dengan wajah heran.Siapa yang datang mencariku? Kalau Trisha, tidak mungkin. Setiap kali Trisha ingin ke sini, dia selalu menghubungiku. Kalau ibu dan ayah juga tidak mungkin."Aku juga tidak tahu, Bu. Katanya, saudara ibu dari kampung." Saudara dari kampung? Siapa? Lama berpikir, aku tak kunjung menemukan. Ah, mungkin memang benar saudara dari kampung, mereka datang tanpa menghubungi terlebih dahulu. Untung saja aku sedang berada di rumah. Jika tidak, kasihan sudah datang dari jauh, tapi tak bertemu denganku."Kalau begitu aku ke dapur dulu, Bu." Aku mengangguk. "Iya, makasih ya." Bi Ita kini meninggalkan aku yang masih berdiri di depan pintu kamar. Dia menunduk hormat terlebih dahulu sebelum melangkah. Aku senang dengan kehadiran Bi Ita di sini. Kebe
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Bab 172. Kembali Meremehkan

Aku sudah mengenal mereka dalam waktu yang lama. Sudah sangat tahu karakter jahat mereka. Aku yakin, mereka sedang merencanakan sesuatu. Bukan ingin berburuk sangka, namun itulah kenyataannya. Aku sangat yakin."Kamu ternyata belum berubah ya, Arumi! Selalu kasar saat bicara dengan orang tua. Memang susah, kalau berbicara dengan anak yang tidak pernah dididik oleh orang tuanya," ujar ibu tua yang berada di hadapanku. Perkataan tidak beradab namun bibir membentuk garis senyum. Ibu tua ini juga tidak membentak seperti yang sering dilakukan dulu padaku. Mungkin merasa jika tidak ada yang salah dengan perkataannya. Dia orang yang tidak pernah sadar diri. Ya Allah, aku sedang hamil. Tolong lindungi aku dari bahasa kasar. Tolong jaga pikiranku agar tidak stres.Kenapa mereka harus datang sekarang, di saat aku sedang hamil? Sangat takut terjadi hal buruk padaku. Kalau tahu jika tamu yang datang mencariku adalah mereka, aku sudah menyuruh Bi Ita untuk mengusir, tanpa harus menemui."Mohon m
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Bab 173. Bayar Semua Jasaku

Aku hanya menatap. Membiarkan ibu tua ini berkata sesuka hati. Aku sudah kebal dengan hinaan dan bahasa kasar. Hari ini aku harus bisa tenang menghadapi mereka."Kalau begitu, kami langsung saja pada intinya. Sebenarnya kami datang ke sini ingin meminta pengembalian semua uang yang dulu Amar berikan ke kamu."Aku mengerutkan alis atas perkataan Mbak Mira. "Maksudnya?" Mbak Mira dan ibunya tertawa cengengesan. Sesekali saling menatap, lalu melihatku bersamaan. Mbak Mira lalu lanjut berkata, "ternyata kamu memang tidak sadar diri ya. Dulu 'kan Amar selalu memberikan kamu uang bulanan. Nah, kami datang kesini untuk meminta uang itu dikembalikan. Jangan pura-pura lupa. Jangan pura-pura hilang ingatan. Semua uang makan kamu dulu dari hasil kerja Amar. Iya 'kan, Bu." Aku membelalakkan mata. Ya Allah Ya Robbi Ya Tuhan! Sungguh, dua orang perempuan yang ada dihadapanku ini sangat tidak tahu malu. Mereka pasti sudah gila!Aku memejamkan mata sejenak. Menarik napas, lalu berkata, "pulanglah!
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Bab 174. Makhluk Tak Tahu Malu

"Heh, tidak bisa begitu dong! Kamu itu sudah dinikahi oleh Amar. Jadi sudah menjadi kewajiban kamu untuk melayani Amar. Tidak boleh menuntut, karena itu pekerjaan kamu sebagai istri. Semua istri di dunia ini juga melakukan kewajiban itu. Aku sudah melahirkan Amar, mendoakan dan memberinya makan hingga besar. Namun setelah besar, dia menikahi dan memberikan sebagian gajinya untuk perempuan lain. Wajar jika sekarang aku meminta kembalikan semua uang itu karena kamu dan Amar sudah bercerai." Jika tadi suara ibu tua ini terdengar lembut, berbeda dengan sekarang. Wajahnya terlihat kurang sehat, tetapi tidak dengan kekuatan untuk membentak. Seharusnya dia beristirahat di rumah, bukan datang ke sini untuk marah-marah padaku.Berbicara dengan mereka hanya akan membuang-buang waktu. Sudah berkali-kali menarik napas, agar bisa sedikit tenang. Tetapi tidak bisa. Agar aku bisa tenang, mereka harus keluar dari rumah ini. Selama mereka masih di sini, aku pasti akan terganggu. Dan selama masih mel
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Bab 175. Pelindungku

Tak lama kemudian, dua orang satpam datang. Mereka kini berdiri di pintu. Aku kesal, kenapa baru masuk ke rumah sekarang. Bahkan seharusnya dua orang tamu ini tidak diizinkan untuk masuk. Mungkin aku akan katakan pada Yuda untuk menyuruh satpam agar tidak sembarangan mempersilahkan tamu masuk.Sebenarnya mereka tidak salah sih. Mungkin kedua orang tamu ini tampak baik saat berbicara dengan satpam, sehingga mereka diizinkan untuk masuk. Hati pun bertanya-tanya, kenapa dua orang satpam ini bisa tiba-tiba berada di pintu sambil menatap Mbak Mira dan ibunya. "Keluarkan mereka dari sini! Jangan biarkan mereka menginjakan kaki di Rumah ini lagi!" Setelah berkata, aku langsung melangkah meninggalkan ruang tamu. Masih terdengar teriakan Mbak Mira, "Arumi! Hei! Kamu mau kemana? Urusan kita belum selesai!" Aku tidak peduli. Kaki terus saja melangkah. Kepala pun tak menoleh. Aku tidak tahu, dengan cara apa kedua satpam itu mengusir Mbak Mira dan ibunya. Aku hanya berharap jika kedua satpam
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Bab 176. Kedatangan Mas Amar

***"Maaf, Bu. Di luar ada yang mencari ibu," ujar Bi Ita dengan lembut sambil menunduk sopan.Sebenarnya aku tidak suka diperlakukan seperti ini, tidak terbiasa. Hanya saja mungkin itu adab saat berbicara dengan seorang majikan yang dipahami oleh Bi Ita. Sebelum bekerja dengan kami, dia pernah menjadi asisten rumah tangga di tempat lain.Aku sudah pernah melarangnya. Tetapi tetap saja, dia masih selalu menunduk hormat saat berbicara padaku. Selalu saja begini sejak awal bekerja di sini. "Siapa, Bi?" tanyaku sambil memakan rujak yang dibawa oleh ibu mertua. Tadi ibu mertua datang ke sini dan baru saja pulang. Mungkin belum cukup dua puluh menit. "Aku tidak tahu, Bu. Tamunya aku suruh duduk di luar, soalnya bapak 'kan tidak di rumah." Sambil mengerutkan alis, aku berkata, "laki-laki?" Bi Ita mengangguk dan berkata, "iya, Bu. Aku belum pernah melihatnya ke sini. Mungkin dia teman ibu, soalnya katanya ingin bertemu dengan ibu, bukan bapak." Dulu Yuda pernah mengatakan pada Bi Ita ag
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Bab 177. Aku Selalu Salah

Setelah berkata, aku langsung berbalik. Tetapi saat belum melangkah, Mas Amar sudah kembali berucap."Jangan karena sekarang sudah menjadi orang kaya, kamu bisa berbuat seenaknya pada kami. Aku akui, Arumi. Dulu aku sudah menyakiti kamu. Tetapi, bukan berarti sekarang kamu bisa membalaskan dendammu pada ibuku. Kasihan dia, Arumi! Dia sedang sakit! Aku sangat tidak menyangka Arumi, perempuan yang tampak sholehah seperti kamu ternyata sangat licik. Kalau kamu ingin berbuat jahat, kalau ingin membalas dendam, langsung saja ke aku. Jangan ke ibuku … ibuku tidak bersalah apa-apa!" Aku berbalik dan kembali melihat wajah Mas Amar. Raut tampak merah. Sangat jelas jika sedang marah."Aku tidak mengerti maksud kamu, Mas? Kalau bisa, sebelum datang ke sini, tanyakan terlebih dahulu pada ibumu, apa yang sudah dia lakukan. Oh, tidak! Ibumu 'kan selalu memfitnahku. Dia orang yang selalu memutar balikan fakta sehingga kamu selalu menyalahkan aku. Kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi. Jadi t
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Bab 178. Panik!

POV Amar***"Arumi! Arumi!" panggilku sambil menepuk-nepuk pipi Arumi. Aku juga mengguncang tubuh tak berdaya Arumi, namun tak ada respon. Dia tetap menutup mata. Aku memanggil nama Arumi berulang kali, berusaha membangunkan, tetapi matanya masih saja tertutup. Keadaan Arumi yang tak sadar membuatku khawatir terjadi sesuatu padanya. Apalagi saat ini dia sedang hamil. Rasa khawatir ini sangat besar.Aku membaringkan tubuh Arumi ke lantai. Lalu berdiri di depan pintu, bibir mengucap salam. Dua kali berucap salam, tetapi tak ada balasan. Tak ada pula tanda-tanda asisten rumah memunculkan diri. "Kemana asisten itu pergi? Aku harus bagaimana sekarang. Setidaknya aku butuh seseorang yang bisa membantuku membawa Arumi ke rumah sakit. Ya Allah, aku bingung," lirihku sambil menatap Arumi dengan gelisah.Aku berlari ke depan, menuju pos satpam. Tadi di pos itu tidak ada orang, berharap sekarang masih ada orang di sana. Namun setelah tiba, ternyata kosong. Aku melihat tubuh tak berdaya Arumi
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

Bab 179. Arumi di Operasi

POV Amar "Sekarang bapak ke kasir untuk menyelesaikan pembayaran." Aku pun keluar dari ruang UGD. Sekedar melangkah untuk menuju ke sana. Tidak tahu apa yang harus dilakukan saat tiba di kasir. Aku tak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit, yang sudah pasti mahal.Ingin menghubungi suami Arumi, tetapi aku tidak memiliki nomor handphonenya. Mungkin jika aku tidak nekat datang ke rumahnya, Arumi tidak akan seperti ini. Tadi, saat keluar dari rumah, dia masih terlihat baik-baik saja. Bahkan tidak ada wajah pucat yang menandakan akan pingsan."Adik aku akan dioperasi melahirkan. Dokter menyuruh ke sini." Aku berkata dengan suara pelan saat di kasir. "Oh baik, Pak. Aku hitung dulu semua biayanya." Aku terdiam sejenak. Bibir lalu berkata, "maaf, Pak. Saat ini aku tidak memegang dompet dan uang. Tadi adikku pingsan dan aku lupa membawa perlengkapan. Aku telah menghubungi orang rumah, tetapi tidak ada yang mengangkat.Jika boleh, aku akan melunasi semua biaya setelah adikku telah se
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more

Bab 180. Aku Yang Salah

Pov Amar "Mana istriku?" Suara bas terdengar di telinga. Aku langsung berdiri dan menatap lelaki yang berada di hadapan dengan tatapan murka. Mungkin dia dari kantor. Pakaian kerjanya masih lengkap menutupi badan."Belum keluar. Masih di ruang operasi," ujarku pelan. "Jika terjadi sesuatu pada istri dan anakku. Kamu tidak akan selamat. Aku pastikan kamu akan celaka." Tak takut dengan ancaman lelaki yang aku ketahui bernama Yuda. Aku memang salah. Jika dia akan mencelakaiku, tak mengapa. Itu memang hukuman yang pantas untuk aku.Yuda duduk di kursi, aku pun menyusul untuk duduk. Aku kembali menatap pintu ruang operasi. Melirik Yuda, ternyata dia juga melakukan yang sama denganku. Arumi jatuh ke tangan yang tepat. Lelaki ini terlihat sangat mencintai Arumi. Jika Arumi tidak mendapatkan kebahagiaan saat bersamaku dulu, mungkin bersama lelaki ini, Arumi sudah bahagia.Seharusnya aku tidak lagi mengganggu hidup Arumi. Jika aku menyelesaikan sendiri masalah ibu dan Mbak Mira tanpa meli
last updateLast Updated : 2023-07-10
Read more
PREV
1
...
141516171819
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status