Semua Bab Crazy Rich Baby: Bab 231 - Bab 240

305 Bab

Bab 231 : Jangan Mengusik!

Zie dengan sabar menunggu Bagus menjawab, pria itu nampak berpikir sambil menggerakkan jari kanannya seolah sedang berhitung. Sejenak Bagus diam, kemudian menjawab dengan nada frustasi.“Entahlah! Mungkin saat berumur dua puluh tahun.”“Tapi kamu benar-benar sudah bertobat ‘kan?” selidik Zie, dia menyipitkan mata curiga.“Iya, aku sudah tidak bekerja seperti itu lagi setelah menyelamatkanmu hari itu. Aku bertemu dengan seorang wanita yang sangat baik hati, tapi sayang Tuhan lebih sayang padanya dan dia dipanggil lebih dulu.”Zie merasa prihatin, dia tepuk pundak Bagus untuk menguatkan setelah itu kembali ke pembahasan mereka di awal.“Jadi bagaimana? Kamu mau tidak menjadi sekretaris suamiku?”“Berapa gajinya? Kalau cocok aku mau.”“Aku akan mengabarimu nanti, entah kenapa aku lebih percaya padamu ketimbang orang lain, mungkin karena kamu adalah cupid (dewa cinta) kami.” Zie tertawa, dia membuat Bagus membuang muka karena kesal.“Dewa cinta apa? Nasib percintaanku saja sungguh menyesa
Baca selengkapnya

Bab 232 : Pria Pengecut

“Yura, kamu kenapa?”Gani panik, menoleh pria berbaju merah yang Yura bilang adalah pengawalnya. Ia memanggil pria itu dengan suara lantang agar bisa segera membantu Yura.Pengawal itu kaget dan bergegas mendekat, dia mengecek kondisi Yura lalu dengan gesit membopongnya menuju mobil.Gani yang tak mungkin meninggalkan gadis itu sendiran pun ikut naik ke mobil, dia bahkan tak peduli dengan minuman yang sudah dia cicipi tapi belum dibayar.“Apa maag mbak Yura kambuh?” tanya pengawal itu.Yura tak menjawab, dia hanya menggeleng karena merasakan perutnya terasa seperti diremas kuat.“Om cepetan! Aku takut ini bukan maag tapi kandunganku,”ucap Yura yang masih meringis menahan sakit.Gani bertambah panik, dia meraih tangan Yura yang sudah berkeringat dingin. “Tenang saja! kandunganmu pasti baik-baik saja,”ucapnya.Meski sangat menyukai Yura, tapi Gani tidak ingin berpikiran jahat, dia tahu Yura pasti akan sangat sedih jika sampai kehilangan calon bayinya.“Gan, aku takut. Tolong jangan perg
Baca selengkapnya

Bab 233 : Tak Mengapa Janda

Raiga tertampar, dia tak percaya Gani bisa bicara sekasar itu padanya. Mungkin harga diri yang dimilikinya terluka, hingga dia tiba-tiba saja buka suara. "Sus Nia, apa kamar perawatan istriku belum siap? Segera pindahkan dia." Raiga bicara sambil menatap Gani. Jika saja laki-laki di depannya ini bukanlah adik dari Zie, mungkin saja dia akan memaki atau melayangkan bogem mentah karena kesal. "Cih … ternyata harus melukai harga dirimu dulu, agar kamu mau mengakui istri sendiri." Gani kembali menggunakan kalimat sarkas untuk bicara. Ia menarik sudut bibir, tatapannya tetap fokus ke wajah Raiga, meski tiga perawat nampak sibuk hendak memindahkan Yura ke kamar perawatan. Raiga bukanlah pria bodoh, dengan sangat jelas dia bisa melihat bahwa Gani memiliki perasaan ke Yura. Raiga mendekat beberapa langkah ke Gani, setelah itu bicara dengan nada ketus untuk memukul mundur. "Aku suaminya, aku pasti akan bertangungjawab padanya apapun yang terjadi. Maaf kalau kami berisik tadi," ucap Raiga.
Baca selengkapnya

Bab 234 : Tendangan Kecil

Yura hanya diam saat diceramahi oleh Mirna. Tatapan matanya tertuju pada Raiga yang duduk sambil menyantap makan malam. Pria itu baru saja selesai membantu persalinan pasien, dan bukannya pulang Raiga malah datang dan bilang ingin menemani Yura. Ia sudah meminta Mirna pulang untuk istirahat sejak tadi, tapi wanita itu masih betah menasihati putrinya. “Jangan sampai kumat lagi maag kamu itu! Kasihan bayi kamu juga, pokoknya Mama tadi sudah sampaikan ke dokter, setelah ini kamu akan mendapat pendampingan dari ahli gizi.” “Iya, Ma. Jangan terus mengomel, nanti Mama darah tinggi,”jawab Yura. Meski gemas dengan sang putri, ternyata Mirna agak berat juga meninggalkan Yura. Ia menunggu sampai Raiga selesai makan dan mencuci tangan, setelah itu meminta bantuan menjaga sang putri. Raiga meminta Mirna untuk tidak mencemaskan Yura, dia bahkan mengantar sang mertua sampai ke depan sebelum kembali lagi ke kamar. “Kak Rai beneran mau tidur di sini?” Yura yang masih duduk bersandar pada kepala
Baca selengkapnya

Bab 235 : Sekutu

Hari ulang tahun Keenan pun tiba, di rumahnya Zie sibuk memantau para pekerja yang sedang mempercantik halaman samping yang akan digunakan sebagai lokasi pesta. Meskipun hanya keluarga besar saja yang diundang, tapi dia ingin dekorasinya sempurna.Awalnya Sean heran, kenapa sang istri tak mengundang orang luar, jika hanya keluarga saja yang diundang menurutnya dekorasi tidak dibutuhkan. Namun, Zie bersikeras. Dekorasi itu untuk latar foto bersama sebagai kenang-kenangan untuk Keenan nantinya.Keluarga Zie sudah datang sejak pagi, pesta ulangtahun Keenan itu bertepatan dengan hari Minggu sehingga semua keluarga bisa meluangkan waktu."Kak, ponselmu bunyi!"Teriakan Gani membuat Zie berhenti berbicara ke pekerja dari jasa dekorasi. Ia menoleh sambil mengusap permukaan perutnya yang terasa gatal."Miro, tolong bawakan ponsel kakak ke sini!"Zie malas masuk ke dalam, dia meminta adik yang lebih cocok menjadi anaknya itu mengambilkan benda pipih miliknya.Miro berlari kecil mendekat dengan
Baca selengkapnya

Bab 236 : Drama Rumah Tangga

Serafina akhirnya bisa melepaskan diri dari sang papa yang menahannya. Bocah yang sudah membintangi beberapa iklan dan sinetron sebagai pemeran pembantu itu pun berlari masuk ke mobil. Ia duduk di samping Marsha dan buru-buru memasang seat belt, lalu mengatur napasnya. "Papi bilang mau nyusul nggak ke rumah tante Zie?" tanya Marsha bahkan sebelum putrinya bisa menarik napas dengan normal. "Huh.... " Serafina membuang napas dari mulut, seperti biasa merapikan penampilannya dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Marsha. "Aku tidak tanya ke Papi, aku tidak ingin terlibat dalam urusan rumah tangga kalian."Mulut Marsha menganga tak percaya, kalimat itu pasti putrinya dengar dari adegan sinetron yang dibintangi. Marsha pun tak mau bertanya lagi, jika Serafina sudah mengeluarkan penggalan dialog dari sinetron, itu artinya sang putri sedang tidak mood bicara atau memperpanjang percakapan. "Ya sudah kita berangkat, semoga kue Ken aman dibagasi," ujar Marsha. Ia memandang putranya yang duduk
Baca selengkapnya

Bab 237 : Jangan Bercerai Mami!

"Kamu bisa tidak jangan membantahku?"Marsha mengulang perkataan Jeremy yang dianggap membentaknya. Padahal sebenarnya pria itu hanya bertanya tapi memang dengan nada bicara yang naik beberapa oktaf dari biasanya. "Apakah ini tanda-tanda kak Je sudah bosan denganku?" Marsha mulai berpikir berlebihan, dan Zie pun merespon dengan cara berlebihan juga, dia merengkuh bahu Masha dan menyandarkan ke pundaknya. "Sudah-sudah! Aku yakin ini pasti hanya kesalahpahaman biasa." Zie menepuk punggung Marsha secara konstan. Keduanya tidak sadar sedang dipantau oleh orang-orang, termasuk putri sulung Marsha. Serafina menyembul di antara Sean dan Airlangga yang sedang berdiri di depan dinding kaca yang membatasi antara ruang tengah dan halaman. Bocah itu berdecak beberapa kali sambil menggelengkan kepala. "Drama apa lagi ini? Hidupku terlalu banyak drama."Sontak saja Airlangga dan Sean menatap ke sumber suara. Mereka saling lirik dan Serafina pun membuang napas panjang sampai pundaknya turun. "In
Baca selengkapnya

Bab 238 : Sakit, Tapi Tak Berdarah

"Zie, apa aku boleh menjenguknya?" "Sekarang? Sean, ini masih siang bolong." "Kalau nanti malam, kita pasti akan sama-sama capek." Sean menegakkan badan, dia menggeser tubuh mendekat ke arah Zie lalu tersenyum manis menggoda. Ia mengangguk-angguk memberi kode agar Zie setuju melakukan hohohehe dengannya. Zie gemas, tapi dia juga tidak bisa menolak ajakan mendayung nirwana dengan sang suami. Zie lantas melingkarkan tangan ke leher Sean, dia mengecup sekilas bibir pria itu sebelum dibalas dengan ciuman penuh gairah. Mereka saling membelit lidah, hingga lama kelamaan tangan Zie mulai menarik kaus yang dikenakan suaminya, dan meloloskan kain penutup itu dari tubuh Sean. Mereka masih saling menautkan bibir, sampai pada akhirnya apa yang Sean inginkan akan segera terpenuhi. Dia memegang pinggang Zie yang sudah duduk di atas pangkuan, posisi seperti ini adalah yang paling aman dan dianjurkan oleh dokter kandungan, untuk menghindari perut Zie tertindih atau tertekan. Sean benar-benar sud
Baca selengkapnya

Bab 239 : Jangan Lupa!

Ulangtahun Keenan dan Kenzio pun akhirnya terselenggara dengan sangat meriah. Meskipun hanya keluarga inti yang hadir, tapi pesta itu terbilang cukup seru. Miro dan Serafina sudah cukup membuat orang-orang dewasa terbahak-bahak karena tingkah polos keduanya.Ditemani orangtua mereka masing-masing, duo Ken meniup lilin ulangtahun mereka yang pertama, masing-masing dari mereka mendapat hadiah dan jumlahnya pun sama. Zie buru-buru memberitahu semua keluarga sebelum acara berlangsung, sehingga meski tergesa-gesa, mereka masih bisa menyiapkan hadiah juga untuk Kenzio.“Mereka memiliki umur yang sama, nama yang hampir sama dan jika dilihat wajah mereka pun hampir mirip.” Daniel berseloroh sambil memandang dua bocah yang kini sedang duduk di mobil-mobilan hadiah darinya.Semua orang yang berada di dekatnya pun menoleh, mereka tersenyum menyadari bahwa klan Tyaga sudah dipastikan memiliki penerus. Sama halnya dengan Marsha, perempuan di keluarga Tyaga lebih memiliki kebebasan untuk memilih ja
Baca selengkapnya

Bab 240 : Malam Panas

Zie perlahan menutup pintu kamar Keenan setelah memastikan putranya itu tidur. Ia bersyukur dan merasa puas acara hari ini berjalan sangat lancar, apalagi semua anggota keluarga yang hadir terlihat sangat menikmati pesta. Namun, kini ada satu hal penting yang harus dia kerjakan, hal yang tidak akan bisa membuatnya tidur nyenyak sebelum dilakukan. Zie masuk ke kamar dan menutup pintu pelan-pelan, di sana Sean sudah menunggunya di tepian ranjang sambil menumpukan ke dua tangan ke kasur. Suara gemericik air terdengar karena kamar mandi tidak ditutup rapat oleh Sean. Pria itu tersenyum hangat, dia ingin Zie nyaman, melakukan kewajibannya sebagai istri tanpa beban. “Ken sudah tidur?” “Sudah,”jawab Zie sambil mengurai rambut yang tadi dia cepol sembarangan seusai pesta. “Kita mandi dulu, aku akan memijat punggungmu,”kata Sean. Terdengar sangat mesra, tapi jelas ada udang di balik batu dari niat baiknya itu. Ia ingin mendapat haknya sebelum tidur, seperti apa yang sudah Zie janjian tadi s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2223242526
...
31
DMCA.com Protection Status