Zie perlahan menutup pintu kamar Keenan setelah memastikan putranya itu tidur. Ia bersyukur dan merasa puas acara hari ini berjalan sangat lancar, apalagi semua anggota keluarga yang hadir terlihat sangat menikmati pesta. Namun, kini ada satu hal penting yang harus dia kerjakan, hal yang tidak akan bisa membuatnya tidur nyenyak sebelum dilakukan. Zie masuk ke kamar dan menutup pintu pelan-pelan, di sana Sean sudah menunggunya di tepian ranjang sambil menumpukan ke dua tangan ke kasur. Suara gemericik air terdengar karena kamar mandi tidak ditutup rapat oleh Sean. Pria itu tersenyum hangat, dia ingin Zie nyaman, melakukan kewajibannya sebagai istri tanpa beban. “Ken sudah tidur?” “Sudah,”jawab Zie sambil mengurai rambut yang tadi dia cepol sembarangan seusai pesta. “Kita mandi dulu, aku akan memijat punggungmu,”kata Sean. Terdengar sangat mesra, tapi jelas ada udang di balik batu dari niat baiknya itu. Ia ingin mendapat haknya sebelum tidur, seperti apa yang sudah Zie janjian tadi s
Yura bingung, dia menggerak-gerakkan matanya ke arah bawah lalu berkata,”Bukankah kakak memang sudah menandaiku, lihat perutku! Di sini ada anak kakak.” Raiga baru sadar dirinya salah mengeluarkan ancaman, dia melihat ke arah perut Yura dengan kikuk. “Maksudku bukan yang ini,”ucapnya sambil mengusap perut sang istri. “Lalu apa? Semua pria jelas tidak akan ada yang berani mendekat karena tahu aku ini bumil. Ya, meskipun di kampus aku suka memakai baju over size sih. Bisa saja ada yang tidak tahu. Apa mulai sekarang aku pakai baju biasa saja, agar perutku kelihatan?” Pipi Raiga tanpa disangka merona, dia benar-benar malu mengakui bahwa yang dia maksud sebagai menandai adalah mengajak Yura bercinta, bukan penjelasan panjang lebar seperti apa yang istrinya katakan itu. “Apa kamu benar-benar sepolos ini? Atau hanya berpura-pura?” Raiga menjauhkan badan, dia pindai wajah Yura yang menurutnya memang masih sangat muda. “Apa aku sudah menghancurkan masa depannya?” bisiknya di dalam hati. “E
Sean berangkat dengan perasaan jengkel, dia tidak bisa lagi mendebat karena anak dijadikan alasan oleh Zie. Ia tidak mau dicap sebagai papa durhaka, penyebab anaknya yang belum lahir ileran karena keinginan mamanya tidak dituruti. Sean akhirnya setuju untuk hadir di acara resepsi pernikahan Surya, dengan syarat setelah makan pulang, tidak ada acara foto bersama dan bercengkerama dengan keluarga Surya. “Pak Sean, Anda kedatangan tamu.” Resepsionis perusahaan tiba-tiba berlari menghampiri Sean untuk memberitahu. Karena terlalu kesal, dia sampai tidak memperhatikan bahwa Bagus sudah datang dan kini sedang duduk di sofa yang ada di lobi perusahaan. “Halo, Pak!” Bagus mendekat memberi salam. “Aku pikir kamu akan sedikit terlambat karena kita janjian jam sembilan,”ucap Sean. Ia diam-diam memindai penampilan Bagus yang terlihat lebih kurusan. “Aku mendengar kabar duka yang menimpamu dari Zie, aku turut berduka dan semoga kekasihmu tenang di sana.” Bagus memulas senyum tipis, meski nama d
Seperti janjinya semalam, Raiga mengantar Yura pergi ke kampus. Tak hanya itu, dia berkata akan menunggu sang istri sampai selesai kuliah.“Tidak perlu, Kak!”Yura yang awalnya ingin mendekati Raiga dengan berbagai cara, kini malah dibuat bingung sendiri dengan sikap sang suami. Yura memaki diri sendiri di dalam hati, seharusnya dia tidak perlu jujur bahwa kuliahnya hanya sampai jam sebelas.“Tidak apa-apa, aku akan menunggumu di kantin atau perpustakaan. Sana cepat keluar dan belajar! Aku suka ibu anakku rajin,”ucap Raiga sambil membuat gerakan mengusir.Yura menelan ludah, dia menyentuh bagian lehernya yang sudah dia tutupi dengan concealer. Rambutnya sengaja dia gerai agar bekas itu tidak terlihat oleh teman-temannya.Hari itu, Yura sengaja memakai baju biasa, sehingga perutnya yang buncit terlihat menonjol. Ia berjalan mengabaikan tatapan aneh mahasiswa lain, meski kehamilannya adalah buah kecelakaan, tapi dia memiliki suami.Yura tak peduli, sampai tiga gadis yang pernah membulin
Yura diam memandang ke arah jalan raya. Kuliahnya sudah selesai dan sekarang dia sedang menuju tempat di mana Raiga ingin mengajaknya makan siang. Yura masih memikirkan sindirian pedas Gani pagi tadi, dia bahkan tak memiliki kesempatan untuk mengajak Gani bicara karena adik Zie itu menghindar.“Kenapa? Sejak keluar kelas mukamu masam, apa ada tugas dari dosenmu?”Raiga tentu saja menyadari perubahan sikap Yura, dia melirik botol air minum yang ada di pangkuan istrinya itu dan bertanya kenapa Yura sedikit sekali minumnya. Raiga malah menjelaskan perlunya asupan cairan, dia seperti sedang melakukan sesi konsultasi bersama pasien, sampai Yura menyela.“Kak, Gani marah padaku, padahal aku merasa tidak memiliki salah apa-apa.”Raiga diam, dia menghentikan mobil dengan mulus saat lampu lalu lintas menyala merah. Raiga menoleh sang istri, memindai wajahnya yang kebingungan.“Ra, bukankah sudah sangat jelas, dia menyukaimu,”kata Raiga.“Apa?”“Saat kamu masuk UGD, dia sangat ketakutan dan emo
Berita seorang anak jenderal yang hamil di luar nikah pun tersebar. Bahkan Zie sudah melihat berita itu dari akun gossip yang dia ikuti di dunia maya. Zie sedang menemani Ken yang sedang minum susunya sambil berbaring untuk tidur siang di kamar, dia membaca beberapa komentar yang sangat menyudutkan, kebanyakan menanyakan cara didikan orangtua ke anaknya.Zie hanya bisa mengelus dada. Hari apes tidak ada di kalender manusia. Jika bisa, Zie juga tidak ingin berakhir bahagia dengan Sean dengan cara yang keliru. Begitu juga dengan Yura, adik iparnya itu pasti memiliki rasa penyesalan di lubuk hatinya.[ Apa kamu sudah melihat gosip itu? Apa yang dimaksud Yura?]Zie kaget, berita ini benar-benar membuat geger satu negara, bahkan Sean yang sangat cuek sampai mengirim pesan hanya untuk menanyakan ini kepadanya.[ Entahlah, aku tidak ingin menerka-nerka]Zie mengunci layar ponsel kemudian mengatur posisi Keenan, dia mengusap lembut pipi putranya itu dan mencium keningnya. Zie berharap kelak s
"Tidak! Jangan katakan itu pada Yura."Raiga yang baru saja diberitahu Daniel tentang siapa dalang yang menyebarkan gosip tentang keluarga Yura beserta alasannya, miminta sang papa untuk tidak bicara ke sang istri. Daniel yang mendapat informasi dari Jim berkata, bahwa teman kampus Yura itu adalah mantan selingkuhan Aris. Mita merasa kesal karena Aris memutuskan hubungan setelah tahu dia teman satu kampus Yura. Tentu saja menjadi sugar baby seorang jenderal memberi Mita banyak keuntungan, tapi setelah tak lagi berhubungan gadis itu seperti kehilangan ATM berjalan dan membuatnya dendam. Raiga tak percaya kalau mertuanya bisa melakukan hal segila ini, mengencani gadis yang seumuran putrinya sendiri. "Mungkin karena Yura mertuamu memutus hubungan, dan gadis bernama Mita itu kesal sehingga melampiaskannya ke istrimu," kata Daniel. Raiga membeku kebingungan, Yura tahu dia dan Daniel sedang bicara berdua di ruang kerja. Raiga berpikir istrinya itu pasti akan menanyakan apa yang baru saj
Entah apa yang ada dipikiran gadis bernama Mita itu saat ini. Dia hanya diam dan bahkan tak menunjukkan rasa takut sama sekali berhadapan dengan istri mantan sugar daddy-nya. Mirna sendiri awalnya tidak ingin sampai berbuat sejauh ini. Namun, sebagai istri sah dan seorang ibu, dia bertekad mencari tahu siapa penyebar gosip hamilnya sang putri, hingga menyeret nama suaminya. Namun, tak disangka informasi yang dia dapat malah membuatnya patah hati. Mirna hancur, tapi dia memilih untuk tidak menangis sekarang. Meski sudah meninggalkan Mita, tapi tetap saja Aris dulu diam-diam pernah berselingkuh dengan gadis muda di depannya ini. Mirna sama sekali tidak pernah menunjukkan kuasanya atau berbuat semena-mena sebagai istri seorang jenderal, tapi karena merasa Yura berada di dalam masalah, dia pun meminta bantuan anak buah Aris. "Anda pasti jengkel, kenapa baru tahu sekarang tentang kelakuan pak Aris." Mita malah tersenyum mencibir.Jika saja memukul orang tidak melanggar hukum, Mirna pasti
Hari itu Sean dan Zie menemani Lea bermain bersama Keenan di taman. Putra dan putri mereka itu tampak bermain prosotan juga ayunan bersama. Zie duduk tidak jauh dari mereka, dia sangat bahagia melihat Keenan dan Lea yang begitu akur. “Yura masih bersikeras tidak mau melihat kondisi ayahnya. Dia tampaknya sekarang benar-benar tidak peduli,” ucap Zie dengan tatapan tertuju ke Keenan dan Lea. Sean menghela napas kasar, hingga kemudian membalas, “Yura masih menganggap kalau kecelakaan yang menimpanya dulu memang disengaja. Sampai sekarang Yura juga sangat yakin jika pak Aris memang dalangnya, padahal yang sebenarnya itu murni kecelakaan. Kakaknya saja yang sengaja membuat isu itu agar Yura membenci papanya, kemudian pergi dan tidak mengharapkan warisan karena terlanjur benci.” Sean menjelaskan panjang lebar akan fakta yang memang diketahuinya. “Hem … tapi Yura sebenarnya juga sudah tahu, dan dia bilang tidak butuh warisan. Buatnya yang terpenting bisa hidup tenang dan Raiga terus mencin
Setelah perbincangan malam itu, hari berikutnya Yura dan Raiga pun menemui Mita yang sudah kembali masuk penjara. Di sana mereka bicara di ruang khusus yang memang disediakan untuk menjenguk narapidana.“Kami sengaja ke sini karena ingin meminta izin darimu. Kami berniat mengadopsi bayimu,” ujar Yura menyampaikan maksud kedatangannya dan sang suami, sesuai dengan apa yang sudah mereka sepakati.Mita terkejut mendengar ucapan Yura, bahkan menatap mantan teman kuliahnya itu seolah tidak percaya.“Aku akan meminta pengacara untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan. Kami juga akan memberimu sejumlah uang, agar nanti saat kamu keluar dari penjara, kamu bisa memulai hidup baru yang lebih baik,” ucap Raiga.“Kamu harus berjanji, tidak akan pernah bertanya, mendekati, atau berpikir untuk melihat anak itu lagi, setelah kamu setuju untuk melimpahkan hak asuhnya kepada kami.”Raiga sengaja menegaskan agar Mita tidak sembrono dan dikemudian hari mengakui anak itu sebagai anaknya.Mita hany
“Tapi memangnya Lea boleh punya adik?” tanya Lea ke Yura, dia menatap wanita itu penuh harap.Yura menoleh Ghea, hingga kemudian mencoba memanfaatkan keinginan Lea untuk membujuk Raiga.“Kalau gitu ngomong ke papa, bilang Lea mau bayi ini jadi adik Lea. Gimana?” Yura mencoba memprovokasi karena mungkin jika Lea yang meminta hasilnya akan berbeda.Lea terlihat senang, hingga kemudian kembali menatap bayi Mita.Raiga baru saja selesai menangani pasien, dia cukup terkejut melihat Yura, Ghea, dan Lea di sana, karena mereka tidak mengatakan jika akan berkunjung ke klinik.“Papa.” Lea langsung berlari ke arah Raiga, kemudian meminta gendong.Raiga pun senang, dia menggendong Lea bahkan mencium pipi bocah itu penuh kasih sayang.“Kenapa kalian tidak memberi tahu kalau mau ke sini?” tanya Raiga sambil menggendong Lea. “Hanya kebetulan mampir, sekalian mau melihat bayinya Mita, katanya ada di sini,” jawab Ghea.Raiga menoleh ke bayi Mita yang tampak menggeliat di dalam box, kemudian kembali me
“Harusnya kita makan siang bukan makan sore seperti ini.” Raiga tampaknya merasa kasihan ke Yura yang harus menunggu dia membantu persalinan Mita tadi. “Tidak apa-apa, aku masih bisa menahan rasa lapar, lagipula aku senang melihat kakak bisa membantu persalinan ibu hamil dengan selamat.” Yura tersenyum lebar. Ia bahkan menyodorkan sendok ke depan mulut Raiga, dan pria itu tanpa ragu menerima suapannya. “Polisi tadi datang ‘kan?” Tanya Raiga. Masalah Mita sepertinya menjadi topik yang menarik untuk mereka bahas. Baik Raiga dan Yura tak menyangka kalau Mita berujung menjadi PSK dan hamil anak salah satu pelanggannya. Karena membahas soal bayi yang baru saja dilahirkan wanita itu, Yura pun memberanikan diri untuk bertanya bagaimana kalau mereka mengadopsi seorang bayi. Bukankah banyak anak yang butuh orangtua asuh di luaran sana. “Bagaimana menurut kakak? Apa kita harus mengadopsi anak?” Mendengar pertanyaan itu, pikiran Raiga pun langsung tertuju ke Mita. Mungkinkah Yura ingin men
Enam Bulan KemudianHari itu Yura baru saja mengantar Lea yang kemarin menginap bersamanya ke rumah Zie. Dia berada di mobil dan kini sedang menelepon Raiga. Setelah masalah Lea selesai hubungan mereka masih sangat harmonis. Riaga sendiri kini sudah tidak bekerja di rumah sakit karena fokus mengurus klinik bersalin miliknya sendiri.“Apa kakak sibuk? Aku sudah mengantar Lea ke apartemen kak Zie. Bagaimana kalau kita keluar untuk makan siang bersama?” tanya Yura.Dia seberang sana, Raiga tampak memulas senyum bahagia sambil membubuhkan tanda tangan ke berkas yang dipegang oleh perawat.“Tentu, aku tidak mungkin menolak ajakan makan siang dari wanita —yang selalu bisa membuatku merasa menjadi pria paling beruntung di dunia," jawabnya merayu.Yura pun tertawa mendengar ucapan Raiga, pria itu senang sekali menggombal dan membuat hatinya berbunga-bunga. Jika dipikir lagi, mungkin ini adalah hikmah dari kejadian yang menimpa rumah tangga mereka. Bukannya renggang hubungan keduanya malah ber
Hari berikutnya, baik Yura dan Zie terlihat sudah bisa menjaga perasaan dan sikap masing-masing. Keduanya bertatap muka meski tidak saling sapa, tapi tidak seemosi semalam. “Mama.” Lea langsung mendekat ke Yura, bahkan langsung memeluk wanita itu. Zie sedikit iri melihat hal itu, tapi dia mencoba menahan diri meski ada rasa sesak yang tak terelakkan melihat Lea yang memeluk Yura penuh kasih sayang. “Lea mau mandi, sambil main busa,” celoteh anak itu. Yura pun mengangguk sambil tersenyum, dia kemudian menggandeng Lea untuk pergi mandi, sedangkan Zie hanya bisa memandangi keduanya, tanpa bisa berbuat apa-apa karena takut membuat Lea sedih. Saat sudah berkumpul untuk sarapan bersama, mereka bersikap wajar meski wajah mereka terlihat begitu tegang. “Aku minta izin untuk bermain dengan Lea sebentar, Kak. Setelah itu baru kita bicara,” ujar Yura ke Zie. Ia memulas senyum tipis saat sang kakak ipar menganggukkan kepala tanda setuju. Yura pun mengajak Lea ke halaman samping. Dia sama se
Raiga tidak bisa berkata-kata saat Sean menghajarnya. Seolah pasrah, Raiga membiarkan kakaknya itu memukul wajahnya bertubi-tubi. Zie hanya diam dan Yura pun masih syok sekaligus bingung. Tak tinggal diam, Daniel mencoba melerai dan menjauhkan Sean yang masih memukuli Raiga. “Sudah, kalian seharusnya tenang! Kasihan Lea jika tahu kalian begini. Seharusnya kalian bicara baik-baik agar Lea tidak terkejut atau bingung dengan fakta sebenarnya,” ujar Daniel yang tidak berniat membela salah satu dan berusaha menjadi penengah. Sean pun akhirnya menjauh dari Raiga, tapi tatapan pria itu jelas masih penuh amarah. “Kalian menginaplah di sini dulu. Besok setelah kalian sedikit tenang, kita bicarakan lagi masalah ini dengan baik-baik, serta memikirkan bagaimana ke depannya,” ujar Daniel ke Zie dan Sean. Sean melirik Zie yang mengangguk tanda setuju dengan ide Daniel, hingga akhirnya mereka pun menginap di sana malam itu. Lea sendiri tidur dengan Keenan, Daniel, dan Ghea agar tidak lagi terjad
Setelah menembus jalanan yang sedikit sepi, Sean dan Zie pun sampai di rumah Daniel. Di sana Yura menyambut hangat mereka, meski Zie dan Sean hanya memasang wajah datar.“Ken, ajak Lea main di kamarnya, ya,” pinta Sean ke sang putra.Keenan pun mengangguk, sedangkan Ghea langsung mengajak dan menemani keduanya pergi ke kamar yang terdapat di lantai atas.“Ra, kita perlu bicara!” ujar Sean.Yura bingung karena sikap Sean dan Zie yang berbeda, apalagi Zie terlihat sedih, hingga kemudian membiarkan saja Keenan dan Lea pergi ditemani sang mertua, sedangkan dia ikut Sean dan yang lain ke ruang keluarga untuk bicara.Mereka kini sudah duduk bersama, Yura sendiri menangkap gelagat aneh dari kakak iparnya.“Kami ingin membicarakan sesuatu. Meskipun menyakitkan, tapi kamu harus tahu kalau Raiga selama ini memiliki kebohongan besar,” ujar Sean sambil memberikan ekspresi wajah datar.Yura mencoba menyiapkan hati dengan hal yang akan didengar selanjutnya, meskipun tangannya kini sudah terlihat g
Hari itu adalah hari Yura wisuda. Binar kebahagiaan tampak jelas di wajahnya. Apalagi Raiga datang ke sana bersama Lea. Bocah itu memakai kebaya yang mirip dengannya, Daniel dan Ghea juga hadir sebagai orangtua. Mereka begitu bahagia melihat Yura yang akhirnya bisa menyelesaikan study-nya.Setelah acar seremonial selesai, mereka pun berfoto bersama, Yura terlihat bahagia karena semua orang memberinya selamat, termasuk Lea yang tampak bangga ke prestasi yang diraihnya.“Papa sudah memesan tempat di restoran untuk kita merayakan kelulusan Yura,” ucap Daniel.Yura semakin bahagia karena keluarga sang suami sangat baik, tidak pernah membedakan antara anak dan mantu. Namun, saat tiba di restoran dan sampai waktu makan tiba, Zie, Sean, dan Keenan tidak terlihat di sana, tentu saja hal itu membuat Yura bertanya-tanya.“Apa Kak Sean dan Kak Zie tidak Papa undang?” tanya Yura. “Sean sibuk dan Zie juga, jadi mereka tidak bisa datang," jawab Raiga membuat alasan.Yura pun memaklumi, hingga kem