jangan lupa gemnya buat Nyai Serapinah ya geng
Ulangtahun Keenan dan Kenzio pun akhirnya terselenggara dengan sangat meriah. Meskipun hanya keluarga inti yang hadir, tapi pesta itu terbilang cukup seru. Miro dan Serafina sudah cukup membuat orang-orang dewasa terbahak-bahak karena tingkah polos keduanya.Ditemani orangtua mereka masing-masing, duo Ken meniup lilin ulangtahun mereka yang pertama, masing-masing dari mereka mendapat hadiah dan jumlahnya pun sama. Zie buru-buru memberitahu semua keluarga sebelum acara berlangsung, sehingga meski tergesa-gesa, mereka masih bisa menyiapkan hadiah juga untuk Kenzio.“Mereka memiliki umur yang sama, nama yang hampir sama dan jika dilihat wajah mereka pun hampir mirip.” Daniel berseloroh sambil memandang dua bocah yang kini sedang duduk di mobil-mobilan hadiah darinya.Semua orang yang berada di dekatnya pun menoleh, mereka tersenyum menyadari bahwa klan Tyaga sudah dipastikan memiliki penerus. Sama halnya dengan Marsha, perempuan di keluarga Tyaga lebih memiliki kebebasan untuk memilih ja
Zie perlahan menutup pintu kamar Keenan setelah memastikan putranya itu tidur. Ia bersyukur dan merasa puas acara hari ini berjalan sangat lancar, apalagi semua anggota keluarga yang hadir terlihat sangat menikmati pesta. Namun, kini ada satu hal penting yang harus dia kerjakan, hal yang tidak akan bisa membuatnya tidur nyenyak sebelum dilakukan. Zie masuk ke kamar dan menutup pintu pelan-pelan, di sana Sean sudah menunggunya di tepian ranjang sambil menumpukan ke dua tangan ke kasur. Suara gemericik air terdengar karena kamar mandi tidak ditutup rapat oleh Sean. Pria itu tersenyum hangat, dia ingin Zie nyaman, melakukan kewajibannya sebagai istri tanpa beban. “Ken sudah tidur?” “Sudah,”jawab Zie sambil mengurai rambut yang tadi dia cepol sembarangan seusai pesta. “Kita mandi dulu, aku akan memijat punggungmu,”kata Sean. Terdengar sangat mesra, tapi jelas ada udang di balik batu dari niat baiknya itu. Ia ingin mendapat haknya sebelum tidur, seperti apa yang sudah Zie janjian tadi s
Yura bingung, dia menggerak-gerakkan matanya ke arah bawah lalu berkata,”Bukankah kakak memang sudah menandaiku, lihat perutku! Di sini ada anak kakak.” Raiga baru sadar dirinya salah mengeluarkan ancaman, dia melihat ke arah perut Yura dengan kikuk. “Maksudku bukan yang ini,”ucapnya sambil mengusap perut sang istri. “Lalu apa? Semua pria jelas tidak akan ada yang berani mendekat karena tahu aku ini bumil. Ya, meskipun di kampus aku suka memakai baju over size sih. Bisa saja ada yang tidak tahu. Apa mulai sekarang aku pakai baju biasa saja, agar perutku kelihatan?” Pipi Raiga tanpa disangka merona, dia benar-benar malu mengakui bahwa yang dia maksud sebagai menandai adalah mengajak Yura bercinta, bukan penjelasan panjang lebar seperti apa yang istrinya katakan itu. “Apa kamu benar-benar sepolos ini? Atau hanya berpura-pura?” Raiga menjauhkan badan, dia pindai wajah Yura yang menurutnya memang masih sangat muda. “Apa aku sudah menghancurkan masa depannya?” bisiknya di dalam hati. “E
Sean berangkat dengan perasaan jengkel, dia tidak bisa lagi mendebat karena anak dijadikan alasan oleh Zie. Ia tidak mau dicap sebagai papa durhaka, penyebab anaknya yang belum lahir ileran karena keinginan mamanya tidak dituruti. Sean akhirnya setuju untuk hadir di acara resepsi pernikahan Surya, dengan syarat setelah makan pulang, tidak ada acara foto bersama dan bercengkerama dengan keluarga Surya. “Pak Sean, Anda kedatangan tamu.” Resepsionis perusahaan tiba-tiba berlari menghampiri Sean untuk memberitahu. Karena terlalu kesal, dia sampai tidak memperhatikan bahwa Bagus sudah datang dan kini sedang duduk di sofa yang ada di lobi perusahaan. “Halo, Pak!” Bagus mendekat memberi salam. “Aku pikir kamu akan sedikit terlambat karena kita janjian jam sembilan,”ucap Sean. Ia diam-diam memindai penampilan Bagus yang terlihat lebih kurusan. “Aku mendengar kabar duka yang menimpamu dari Zie, aku turut berduka dan semoga kekasihmu tenang di sana.” Bagus memulas senyum tipis, meski nama d
Seperti janjinya semalam, Raiga mengantar Yura pergi ke kampus. Tak hanya itu, dia berkata akan menunggu sang istri sampai selesai kuliah.“Tidak perlu, Kak!”Yura yang awalnya ingin mendekati Raiga dengan berbagai cara, kini malah dibuat bingung sendiri dengan sikap sang suami. Yura memaki diri sendiri di dalam hati, seharusnya dia tidak perlu jujur bahwa kuliahnya hanya sampai jam sebelas.“Tidak apa-apa, aku akan menunggumu di kantin atau perpustakaan. Sana cepat keluar dan belajar! Aku suka ibu anakku rajin,”ucap Raiga sambil membuat gerakan mengusir.Yura menelan ludah, dia menyentuh bagian lehernya yang sudah dia tutupi dengan concealer. Rambutnya sengaja dia gerai agar bekas itu tidak terlihat oleh teman-temannya.Hari itu, Yura sengaja memakai baju biasa, sehingga perutnya yang buncit terlihat menonjol. Ia berjalan mengabaikan tatapan aneh mahasiswa lain, meski kehamilannya adalah buah kecelakaan, tapi dia memiliki suami.Yura tak peduli, sampai tiga gadis yang pernah membulin
Yura diam memandang ke arah jalan raya. Kuliahnya sudah selesai dan sekarang dia sedang menuju tempat di mana Raiga ingin mengajaknya makan siang. Yura masih memikirkan sindirian pedas Gani pagi tadi, dia bahkan tak memiliki kesempatan untuk mengajak Gani bicara karena adik Zie itu menghindar.“Kenapa? Sejak keluar kelas mukamu masam, apa ada tugas dari dosenmu?”Raiga tentu saja menyadari perubahan sikap Yura, dia melirik botol air minum yang ada di pangkuan istrinya itu dan bertanya kenapa Yura sedikit sekali minumnya. Raiga malah menjelaskan perlunya asupan cairan, dia seperti sedang melakukan sesi konsultasi bersama pasien, sampai Yura menyela.“Kak, Gani marah padaku, padahal aku merasa tidak memiliki salah apa-apa.”Raiga diam, dia menghentikan mobil dengan mulus saat lampu lalu lintas menyala merah. Raiga menoleh sang istri, memindai wajahnya yang kebingungan.“Ra, bukankah sudah sangat jelas, dia menyukaimu,”kata Raiga.“Apa?”“Saat kamu masuk UGD, dia sangat ketakutan dan emo
Berita seorang anak jenderal yang hamil di luar nikah pun tersebar. Bahkan Zie sudah melihat berita itu dari akun gossip yang dia ikuti di dunia maya. Zie sedang menemani Ken yang sedang minum susunya sambil berbaring untuk tidur siang di kamar, dia membaca beberapa komentar yang sangat menyudutkan, kebanyakan menanyakan cara didikan orangtua ke anaknya.Zie hanya bisa mengelus dada. Hari apes tidak ada di kalender manusia. Jika bisa, Zie juga tidak ingin berakhir bahagia dengan Sean dengan cara yang keliru. Begitu juga dengan Yura, adik iparnya itu pasti memiliki rasa penyesalan di lubuk hatinya.[ Apa kamu sudah melihat gosip itu? Apa yang dimaksud Yura?]Zie kaget, berita ini benar-benar membuat geger satu negara, bahkan Sean yang sangat cuek sampai mengirim pesan hanya untuk menanyakan ini kepadanya.[ Entahlah, aku tidak ingin menerka-nerka]Zie mengunci layar ponsel kemudian mengatur posisi Keenan, dia mengusap lembut pipi putranya itu dan mencium keningnya. Zie berharap kelak s
"Tidak! Jangan katakan itu pada Yura."Raiga yang baru saja diberitahu Daniel tentang siapa dalang yang menyebarkan gosip tentang keluarga Yura beserta alasannya, miminta sang papa untuk tidak bicara ke sang istri. Daniel yang mendapat informasi dari Jim berkata, bahwa teman kampus Yura itu adalah mantan selingkuhan Aris. Mita merasa kesal karena Aris memutuskan hubungan setelah tahu dia teman satu kampus Yura. Tentu saja menjadi sugar baby seorang jenderal memberi Mita banyak keuntungan, tapi setelah tak lagi berhubungan gadis itu seperti kehilangan ATM berjalan dan membuatnya dendam. Raiga tak percaya kalau mertuanya bisa melakukan hal segila ini, mengencani gadis yang seumuran putrinya sendiri. "Mungkin karena Yura mertuamu memutus hubungan, dan gadis bernama Mita itu kesal sehingga melampiaskannya ke istrimu," kata Daniel. Raiga membeku kebingungan, Yura tahu dia dan Daniel sedang bicara berdua di ruang kerja. Raiga berpikir istrinya itu pasti akan menanyakan apa yang baru saj