"Kamu nggak apa-apa, Va?" Aku tersenyum tipis lalu menggeleng pelan. Tak ingin kutunjukkan pada mereka berdua rasa sakit yang kurasakan detik ini. Aku harus bisa menepisnya dan tak perlu mengotori pikiranku dengan pesan menyesakkan dada itu. "Makan dulu, Va. Setelah ini kita ke masjid sholat dzuhur." Aku kembali mengangguk. Mulai menikmati kepiting saos Padang, udang tepung dengan segelas es jeruk. Berusaha keras melepaskan beban di pundak, tapi tetap saja bayangan Mas Amran sedang honeymoon di sana, kegenitan Lala, murka ibu mertua dan kekesalan Mbak Selly kembali menyesaki benak. Setelah selesai makan siang, seperti biasa Arumi pasti akan mereview makanan yang dia pesan. Ini enaklah, itu kurang enak, keasinan, kepedesan, terlalu lembek tepungnya, terlalu asam kuahnya dan lain sebagainya. Namun, di akhir kalimat dia bilang," Not badlah ya, Va. Lain kali bisa ke sini lagi kalau ada waktu dan kesempatan." Kembali bersyukur memiliki sahabat sepertinya, dia yang pantang menyerah memb
Read more