Semua Bab Dinodai Sebelum Malam Pertama: Bab 431 - Bab 440

686 Bab

Bab 129 Senjata makan tuan

[Apa? Rumah sakit mana?]Lidia terkejut ketika mendapat panggilan telepon dari seorang perawat di rumah sakit kota. Suaminya, Adriawan terluka parah karena diserang oleh ‘begal’ semalam ketika ia pulang dari klub malam.Tentu saja sang istri yang materialistis tapi setia tersebut tidak mengetahui ihwal kepergian suaminya ke sana. Ia hanya mengetahui suaminya meminta ijin padanya untuk meeting di Bintaro dengan rekan kerjanya.Lidia menangis sesenggukan mendengar suaminya dirawat di ruang ICU. Ia duduk terkulai lemas macam orang tak makan selama seminggu. Andai ia tahu apa yang suaminya lakukan ia tak mungkin menangisinya. Atau meratap seperti seorang wanita bodoh. Mungkin ia bahkan akan berjingkak riang gembira mengumpati perbuatan cabul suaminya langsung yang mendapat karma instan.Seorang asisten rumah tangga tergopoh-gopoh melihat adegan majikan wanitanya yang tengah menitikan air mata begitu hebatnya. Ia sudah sering melihat adegan drama di rumah mewah tersebut. Pertengkaran sua
Baca selengkapnya

Bab 130 Aku mau kamu!

“Katakan apa maumu?” tanya Ilham merasa tersinggung ketika secangkir kopi tiba-tiba saja menumpahi pakaiannya, tak ada angin dan tak ada hujan. Bagaimana bisa secangkir kopi tiba-tiba tumpah ketika benda itu diam kecuali ada yang menggerakkannya. Bahkan letak cangkir tersebut lebih dekat dengan posisi Ilham ketimbang tangan Daniel. Tak mungkin cangkir itu berpindah karena kemampuan telekinesis seseorang. Ilham tak terima. “Hei, aku sudah bilang sorry! Kau tuli?” Daniel menepuk-nepuk pundak Ilham dengan menampilkan wajah tanpa dosa. Ia justru merasa belum puas menumpahkan cairan kopi pada pakaiannya. Mungkin lain kali ia menumpahkan kopi ke wajahnya saja sekalian, agar tidak caper pada Salwa. “Apa maksudmu? Aku tak punya masalah denganmu! Jangan cari gara-gara! Aku tidak buta, aku bisa melihat kau menumpahkan kopi pada pakaianku dengan sengaja.” Ilham mengemukakan uneg-uneg yang sedari tadi ia tahan ketika mereka berada di ruang tamu. Kini mereka tengah berhadapan, empat mata d
Baca selengkapnya

Bab 131 Cowok Posesif

Bab 131“Mama, kenapa dari tadi melamun? Dompet Mama dicopet?”Violeta menghampiri ibunya, yang kini tengah duduk di sofa lobi rumah sakit. Ia menekuk wajah cantiknya. “Mama! Mama jangan ngelamun! Mama gak mau ‘kan masuk rumah sakit juga? Nyusul Papa? Tapi masuk rumah sakit jiwa,” cicit Violeta lagi, puas menggoda ibunya. Ia mengguncang pundak ibunya gemas.“Vio, kamu jangan bicara sembarangan! Mama bukan ngelamun. Mama lagi banyak pikiran,” sahut Lidia dengan perasaan gundah gulana. Perkataan dokter tadi terus menerus terngiang berisik di telinganya mirip nyamuk yang kelaparan.Dokter Cantika menceritakan soal pasien yang dikeroyok oleh ‘begal’. Nama pasien tersebut ialah Salwa Salsabila. Dokter Cantika keceplosan mengatakan nama pasien yang ditanganinya.Lidia mengetahui betul semua kegiatan suaminya, termasuk rencananya dalam membalas dendam pada perbuatan Daniel Dash melalui gadis yang ditaksirnya.Lidia mulai menarik benang merah. Luka yang diperoleh Adriawan sama dengan luka ya
Baca selengkapnya

Bab 132 Sosok misterius

Semenjak kepulangan dari rumah Nuha, Ustazah Aliyah menangkap sesuatu yang tak beres pada putranya. Ketika ia asik berbincang dengan Nuha di ruang tamu, Ilham sudah menunggunya di dalam mobil dengan kondisi wajah yang masam. Ia juga terus meneleponnya agar segera pulang padahal Ilham tinggal menyusul ibu dan adiknya ke dalam rumah. Namun Ilham tetap menunggu di luar. Wajah Ilham terluka. Namun pakaiannya yang kotor sempat digantinya dengan kemeja yang memang selalu dibawa di dalam mobil tersebut. Setelah ia mencoba bertanya apa yang terjadi, Ilham hanya memberi jawaban tak masuk akal. Jatuh. Namun setelah tiba di pondok, ketika mereka berada di rumah Kyai Umar, Ustazah Aliya bertanya kembali. Mumpung tidak ada Zahra yang cerewet. “Ilham, wajahmu kenapa? Jawab yang jujur!” Ustazah Aliyah bicara dengan tegas. Tak mungkin seseorang jatuh hingga menyebabkan wajahnya terlihat lebam dan kini terlihat membengkak saat tiba di rumah. Ilham yang tengah bersiap-siap untuk mengajar, harus m
Baca selengkapnya

Bab 133 Gara-gara cincin

Pukul delapan pagi.“Binder, tugas makalah, laptop, ponsel, powerbank, flashdisk. Semua ready!” Salwa mengecek perlengkapan yang akan dibawa ke kampus. Ia akan melakukan presentasi salah satu mata kuliah di kelas. Oleh karena itu ia harus mempersiapkan segalanya dengan rinci, khawatir ada yang ketinggalan. Kemudian ia memasukan seluruh keperluannya ke dalam tas ranselnya.“Salwa, udah sarapan belum?” tanya Nuha yang rajin mengecek adiknya. Ia tengah menggendong Farrel yang masih merem. Anak lelaki tampan itu baru bangun, tak seperti kakak kembarnya yang sudah siap, mandi dan sedang sarapan karena mau pergi main dan jalan-jalan bersama Oma Sahila dan Opa Naufal.Si kembar akan mulai mengikuti pre school tahun depan sebab sekarang sudah tanggung, sudah berjalan satu semester. Kemarin Nuha hanya mengecek sekolah dan mencari informasi soal sekolah tersebut. Anak-anak sudah cocok dengan sekolah tersebut.“Mau, Teh,”“Masih sakit perut gak?”“Enggak,”“Makanya jangan makan sembarang!”“Gak
Baca selengkapnya

Bab 134 Dipanggil KPK

“Jawab, Bobi! Atau saya akan memecatmu! Kau lupa siapa yang mempekerjakanmu? Siapa yang memungutmu? Jawab!”Lidia bersedekap tangan di dada. Saat ini ia tengah menginterogasi asisten pribadi suaminya terkait suaminya yang ditemukan terluka dalam kondisi mabuk.Jika Bobi berkata sejujur-jujurnya, sudah dipastikan Adriawan akan murka padanya. Namun jika Bobi berdusta, ia merasa teramat berdosa. Lidia sangat berjasa bagi hidupnya.“Maaf, Bu, memang saya mengantar Bapak untuk meeting dengan rekan kerja Bapak. Kan seperti Ibu ketahui, terkadang meeting dengan orang luar biasanya memesan wine. Sebetulnya di kalangan pejabat sudah biasa tuh Bu minum. Saya saja yang tidak minum soalnya ‘kan takut terjadi apa-apa kalau Bapak mabuk. Saya yang bawa mobil.”Lidia terdiam sejenak mendengar penjelasan Bobi. Memang betul apa yang dikatakannya. Lidia bukan orang yang antipati pada minuman beralkohol, apalagi teman-teman sosialitanya seringkali mengajaknya mencicipinya ketika berkumpul. Tidak sampai m
Baca selengkapnya

Bab 135 Moodbooster

Di sebuah klub malam seorang gadis menari di lantai dansa dengan gerakan yang tak karuan. Ia tengah berada dalam pengaruh alkohol. Ia mabuk berat.Beberapa teman perempuan yang diajaknya terus membujuknya agar segera pulang mengingat bahaya untuk seorang gadis mabuk berat di sana maka akan mengundang pria hidung belang, terutama pria yang seringkali menikmati one night stand dengan orang asing.“Vio, stop! Kau harus pulang!”Teman-teman Violeta merasa cemas tatkala melihat Violeta yang mulai kehilangan kesadaran termasuk rasa malunya. Ia meliuk-liukkan tubuhnya di lantai dansa mirip seekor ular yang mendengar suara seruling pawangnya. Dress merah yang ia kenakan kurang bahan dan pasti akan mengundang para pria yang doyan selangkangan.Ke dua teman Violeta menyeret Violeta agar keluar dari klub tersebut. Mereka berhasil memapah Violeta hingga ke tempat parkiran.“Cepat telepon si Kak Evan! Dia masih di mana?” seru salah satu temannya.“Bentar, aku lihat pesan,” tukas temannya yang lain
Baca selengkapnya

Bab 136 Miskomunikasi

“Mas Daniel, Ibu telepon!”Riko menyusul Daniel yang tengah mengawal Salwa berbelanja laptop. Mungkin Kinan sudah menghubungi sedari tadi via ponselnya, hanya saja Daniel tak mendengar nada dering telepon ketika asik bersama gadis itu. Memilih laptop terbaik untuknya. Oleh karena itu Kinan menghubungi ponsel Riko.“Aku akan telepon balik, Riko.”Daniel menyahut dan langsung meraih ponsel yang ia simpan di saku celananya. Ia akan mengobrol dengan ibunya di luar toko tersebut, mencari tempat yang sepi. Di dalam toko elektronik tersebut, musik klasik terdengar mengayun merdu sehingga tetap saja akan terdengar berisik untuk mengobrol via teleconference. Sejenak Daniel mengabaikan teman kampusnya yang dulu sempat menjadi rivalnya sewaktu kuliah. Lelaki bertato tersebut tengah menggandeng wanita cantik, memilih laptop pula.“Sal, aku angkat telepon Mommy dulu. Gak apa-apa?”“Okay, Mister. Aku akan menunggu pesananku. Karyawan toko sedang mengemasnya.”Salwa menunjukan ibu jarinya ke hadapa
Baca selengkapnya

Bab 137 Dendam dan amarah

Di dalam sebuah masjid agung pesantren Babussalam para murid santriwati kelas mahasiswa tengah berkumpul dengan sukacita. Malam ini mereka akan melaksanakan kegiatan tasmi’, menyetor hafalan surat dalam Alquran yang telah mereka hafal selama mondok di sana. Santriwati dibagi ke dalam beberapa kelompok. Malam itu hari pertama kegiatan, ada satu kelompok santriwati yang terdiri dari dua puluh orang yang mengikuti kegiatan tasmi’ disertai talqin atau sambung ayat. Ustazah yang membimbing santriwati putri terdiri dari tiga orang ustazah. Salah satu Ustazah tentu saja putri pemilik pondok, Ustazah Aliya.Satu per satu santriwati maju ke depan dan duduk berhadapan dengan sang ustazah. Mereka mulai membacakan salah satu surat dalam Alquran, yakni surat Al Baqarah. Ustazah juga melakukan metode talqin untuk melancarkan hafalan surat para santriwati.Tiba giliran Salwa Salsabila maju ke depan setelah mendapat panggilan dari sang pembawa acara. Dalam balutan abaya berwarna putih yang mengkila
Baca selengkapnya

Bab 138 Ada apa dengan Evan?

Cuaca pagi itu terlihat cerah. Awan cirrus terukir rapi di kanvas langit berwarna biru lazuardi. Ke dua gadis berpenampilan agamis baru saja turun dari angkutan umum di depan gapura kampus berbentuk harimau Jawa yang sangar dengan perasaan penuh semangat.Dari sana mereka harus berjalan cukup jauh untuk tiba di gedung FK. Namun karena mereka terbiasa berolahraga dan hidup di pedesaan, mereka justru menikmati berjalan kaki pagi hari. Biasanya.Berbeda dengan anak mahasiswa lain yang mengendarai kendaraan pribadi baik itu beroda dua maupun roda empat yang mewah. Jika melihat pemandangan demikian, sudah dipastikan mereka mahasiswa normal yang menghuni kampus Cakra dan berasal dari kalangan ekonomi tinggi.Jika kebalikannya, menemukan mahasiswa yang lebih memilih menaiki ojol atau seperti mereka, naik angkutan umum berarti mereka anak mahasiswa berasal dari golongan menengah ke bawah dan penerima beasiswa.“Wa, kenapa kita gak bawa motor aja ya ke kampus? Lama kelamaan bisa gempor juga ni
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
4243444546
...
69
DMCA.com Protection Status